HomeCurrent ReportBuruknya Kualitas Udara Jakarta Jadi Pembahasan Media dan Kecaman Warganet

Buruknya Kualitas Udara Jakarta Jadi Pembahasan Media dan Kecaman Warganet

Published on

Buruknya kualitas udara Jakarta kini tengah menjadi sorotan. Terlebih saat DKI Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor empat di dunia pada Rabu (16/8/2023). Dikutip dari laman IQAir, US Air Quality Index (AQI US) atau indeks kualitas udara di Ibu Kota mencatatkan angka 156. Yang berarti tingkat polusi DKI Jakarta masuk dalam kategori kondisi tidak sehat sejak tiga hari terakhir. Adapun konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta mencapai PM 2.5. Konsentrasi tersebut 13 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).
Hal ini memantik amarah warganet dan meraih perhatian publik hingga pemerintah dikabarkan turut mengambil sikap. Netray memantau perbincangan ini di Twitter dan media pemberitaan online untuk mengamati sejauh mana warganet membahas topik ini. Berikut hasil pengamatan Netray.

udara jakarta
Gambar 1. Statistik report news

Dengan menggunakan kata kunci udara && jakarta dan pltu && jakarta selama 7-16 Agustus Netray menemukan 2.570 artikel terkait topik ini. Seluruh artikel tersebut berasal dari 218 total media dengan 16,5 ribu entitas terkait. Sementara pada top kategori pemberitaan media massa, tampak topik udara Jakarta mendominasi artikel berkategori pemerintah, kesehatan dan gaya hidup, serta bencana. Berikut intensitas pemberitaan terkait kualitas udara Jakarta selama periode pantauan Netray.

Gambar 2. Intensitas pemberitaan

Melalui grafik intensitas pemberitaan, artikel dengan topik udara Jakarta muncul setiap hari selama periode ini. Intensitas tersebut mengalami peningkatan signifikan sejak 14 hingga 16 Agustus 2023. Sedangkan peak time terjadi pada tanggal 15 Agustus 2023. Berikut beberapa pemberitaan terkait.

Gambar 3. Artikel terkait

Salah satu artikel terkait kualitas udara Jakarta menyoroti penanganan polusi DKI yang dinilai hanya seremonial. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Komisi Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin (Puput) yang menurutnya belum ada hasil nyata dari upaya tersebut. Menurutnya tindakan penanganan pencemaran udara hanya sebatas rakor (rapat koordinasi) dan seremoni uji emisi bahkan bukan sesuai yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 (tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

Pemberitaan lainnya membahas Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta yang menyebutkan bahwa saat ini masalah polusi udara yang berdampak pada kesehatan masyarakat belum masuk kategori darurat. Berdasarkan data Dinkes DKI, tren kasus penyakit yang dialami warga atas dampak polusi udara tidak mengalami peningkatan drastis.

Selain itu, Netray juga menemukan berbagai kosakata yang kerap muncul dalam berbagai artikel terkait kualitas udara Jakarta. Hal ini dapat diamati melalui gambar berikut.

Gambar 4. Kosakata populer di media

Kata transportasi, listrik, industri, dan pencemaran tampak muncul dalam berbagai artikel. Kosakata tersebut turut menjadi pembahasan media selama periode pantauan Netray. Salah satu topik yang mencuat yakni terkait kendaraan listrik yang dinilai mampu menjadi solusi alternatif. Serta menguatnya isu PLTU sebanyak penyumbang polutan terbanyak di DKI.

Gambar 5. Artikel terkait

Sektor transportasi sebagai biang kerok polusi udara Jakarta semakin mengkhawatirkan mengingat tingginya pertumbuhan populasi kendaraan bermotor berbasis fosil di Jakarta. Dalam 5 tahun terakhir, populasi mobil penumpang di Jakarta mengalami peningkatan hingga 15,5% menjadi 4,13 juta kendaraan. Sementara populasi sepeda motor meningkat hingga 27,8% menjadi 19,22 juta kendaraan.

Artinya, dengan rata-rata konsumsi BBM di Jakarta untuk motor sebesar 0,92 liter per hari dan mobil 3,9 liter per hari maka total konsumsi BBM di Jakarta bisa mencapai 17,8 juta liter per hari untuk seluruh populasi motor dan 16,2 juta liter per hari untuk seluruh populasi mobil.

Dengan jumlah emisi karbon 1 liter BBM setara dengan 2,4 kg CO2e, estimasi total emisi yang dihasilkan dari total populasi sepeda motor dan mobil penumpang di Jakarta mencapai 81,17 juta kg CO2e. Dengan menyadari besarnya emisi karbon yang dihasilkan kendaraan berbasis fosil tersebut sudah mestinya menjadi momentum transformasi menuju ekosistem transportasi yang bersih.

Selain persoalan transportasi keberadaan PLTU juga dinilai menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta. Pemerintah seharusnya konsisten dalam memastikan transisi energi di sektor ketenagalistrikan sesuai RUPTL 2021-2030 dimana porsi PLTU terhadap bauran energi Indonesia ditargetkan turun dari 67% pada 2021 menjadi 59,4% pada 2030.

Namun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menegaskan polusi udara yang terjadi di Jakarta bukan bersumber dari pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU berbahan bakar batu bara.Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK Luckmi Purwandari, Ia mengatakan citra satelit yang menggambarkan sumber polusi udara dari PLTU adalah hoaks. Luckmi menilai ada pihak yang ingin mengambil keuntungan di tengah isu polusi udara yang saat ini sedang menyelimuti Jakarta.

Menurutnya, data dari laman copernicus sentinel-5p satellite menunjukkan arah angin bukan ke Jakarta, berbeda dengan gambar simulasi yang tersebar di masyarakat. Menurut KLHK Sektor transportasi dan manufaktur masih menjadi masalah utama pencemaran udara di Jakarta. Namun, baik sektor transportasi maupun PLTU keduanya menjadi isu yang menguat dan saling tuding menuding siapakah yang paling banyak menyumbang polutan terbanyak. Keduanya seharusnya berbenah agar hak dasar manusia untuk mendapatkan udara yang baik dapat terpenuhi di Ibu Kota.

Buruknya Kualitas Udara Jakarta Dari Kendaraan Listrik, PLTU, Hingga Kecaman Warganet

Selain menjadi pembahasan media massa daring, topik buruknya udara Jakarta juga menjadi perbincangan warganet. Dengan menggunakan kata kunci dan periode yang sama, Netray menemukan berbagai kecaman dan keluhan warganet terkait hal ini. Berikut hasil pengamatan Netray.

Gambar 6. Statistik report twitter

Dalam rentang 7–16 Agustus Netray menemukan 14,4 ribu tweets terkaitnya udara Jakarta dengan 7 ribu di antaranya bersentimen Negatif. Adapun jumlah impresi mencapai 30 juta reaksi dengan berpotensi menjangkau 179,7 juta akun pengguna Twitter. Berikut berbagai kosakata populer dalam perbincangan warganet.

Gambar 7. Kosakata populer Twitter

Terlihat bahwa kata emisi, batubara, kendaraan, pltu, presiden, kotor, faktapltu dan berbagai kosakata lainnya menjadi kata yang kerap disebut oleh warganet dalam membahas topik ini. Warganet ramai mengeluhkan dan menggugat pemerintah akan persoalan ini. Hal ini dapat diamati melalui beberapa tweet berikut.

Keluhan terkait buruknya kualitas udara Jakarta melahirkan perdebatan antara pemerintah dan masyarakat yang menyuarakan melalui lini media sosial mereka. Pemerintah menilai penyebab utama dari polusi di Jakarta adalah buangan dari kendaraan yang meningkat setiap tahunnya dan meminta masyarakat beralih ke EV, menawarkan WFH, hingga menaikkan pajak kendaraan. Sementara warganet menilai pemerintah enggan mengakui bahwa PLTU turut menjadi penyumbang polutan di Ibu Kota.

Warganet beramai-ramai mengkritisi keberadaan PLTU yang dinilai menjadi salah satu penyebab utama buruknya udara di Jakarta hingga saran untuk beralih ke kendaraan listrik dinilai tidak menjadi solusi. Meski demikian, tampak terdapat tagar yang digaungkan oleh warganet yang menolak pendapat tersebut, yakni #faktapltu.

Tuding menuding antara transportasi dan PLTU tak hanya terjadi di media pemberitaan, namun juga di lini media sosial. Sebagaimana tampak dari beberapa cuitan di atas, sebagian warganet menilai PLTU bukan satu-satunya sumber polutan. Meski keduanya sebetulnya menyumbang polutan untuk Ibu Kota dan pemerintah seharusnya dapat berkomitmen untuk mencari solusi jangka panjang untuk persoalan ini.

Di Twitter akun @tubirfess dan @GreenpeaceID menjadi akun dengan impresi tertinggi dalam topik ini. Kedua akun tersebut menjadi akun terpopuler dan paling banyak mendapat reaksi dari warganet. Sementara di media pemberitaan Kompas dan IDN Times menjadi portal media berita online yang paling banyak menerbitkan artikel terkait topik ini. Selama periode pantauan Netray Kompas setidaknya menerbitkan sebanyak 289 artikel dan IDN Times menerbitkan sebanyak 167 artikel.

Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.

Editor: Ananditya Paradhi

More like this

Kenaikan PPN 12% dan Gelombang Protes Warganet X: Bantuan Pemerintah Dianggap Tak Sebanding

Pemerintah akhirnya memutuskan untuk tetap menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada senin...

Tenggelam dalam Arus Sentimen Negatif, Gus Miftah Akhirnya Mundur

Miftah Maulana Habiburrahman atau yang biasa disebut Gus Miftah menjadi sorotan publik baru-baru ini...

Kebijakan Kenaikan PPN 12%, Gelombang Negatif Penuhi Linimasa X

Jelang akhir tahun 2024, kabar mengejutkan datang dari Menteri Perekonomian Sri Mulyani. Pajak Pertambahan...