HomeDeep ReportTinjauan Perekonomian Provinsi Bali: Sektor Pariwisata Tertatih-tatih Dihantam Pandemi

Tinjauan Perekonomian Provinsi Bali: Sektor Pariwisata Tertatih-tatih Dihantam Pandemi

Published on

Keadaan ekonomi Provinsi Bali terus mengalami keterpurukan sejak pandemi Covid-19 melanda. Pemerintah diharapkan bisa cepat merespon krisis agar tidak menekan stabilitas ekonomi masyarakat terlalu dalam. Sektor pariwisata menerima imbas pandemi dengan diberlakukannya pembatasan hingga penutupan perjalanan antar wilayah.

Kebijakan berbasis pariwisata menjadi tumpuan gerak ekonomi Provinsi Bali. Seperti saat memasuki tahun 2022 ketika pemerintah berniat kembali membuka pintu penerbangan internasional bandara Ngurah Rai Bali. Pemerintah berharap dengan dibukanya pintu penerbangan pada 04 Februari 2022, perekonomian Bali yang sempat babak belur dihantam pandemi dapat digenjot kembali.

Laporan Perekonomian Provinsi Bali

Sektor pariwisata Provinsi Bali yang selama ini merupakan tulang punggung kesejahteraan masyarakat menjadi sektor utama yang terimbas pandemi dan pemulihannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Laporan Perekonomian Provinsi Bali yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) pada pada triwulan III 2021 mencatatkan kontraksi perekonomian Bali. Yakni sebesar -2,91% (yoy) setelah sempat tumbuh positif pada triwulan sebelumnya 2,88% (yoy).

Tertahannya kinerja perekonomian Bali pada triwulan III 2021 dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan mobilitas sosial seiring dengan peningkatan kasus COVID-19 (varian delta) pada triwulan III 2021. Faktor lain seperti kinerja konsumsi rumah tangga (RT), konsumsi pemerintah, ekspor luar negeri, serta meningkatnya impor luar negeri juga semakin memperparah keadaan.

Sektor pariwisata Bali mengalami penurunan jumlah wisatawan secara signifikan. Terutama pada kategori wisatawan mancanegara (wisman) yang selama ini menjadi wajah industri tersebut. Simak penurunan jumlah wisman melalui grafik berikut.

https://public.flourish.studio/visualisation/8768455/

Kedatangan wisman tercatat tumbuh -100% (yoy) pada 2021, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya -95,44% (yoy). Masih dalamnya penurunan kunjungan wisman disebabkan karena masih berlangsungnya kebijakan travel restriction antarnegara pada 2021 baik dilakukan oleh Indonesia maupun oleh negara asal wisman.

Penurunan kedatangan wisman terjadi pada seluruh pasar negara asal wisman. Pasar wisman utama Bali didominasi oleh wisman dari Australia, Tiongkok, dan India. Pemberlakuan aturan di berbagai negara, termasuk Indonesia menyebabkan penurunan drastis jumlah wisman yang tercatat hanya menyentuh angka 51 wisman.

Darurat dan PPKM Level 4 yang sempat diberlakukan di Bali menyebabkan pembatasan jam operasional dan kapasitas layanan restoran dan pusat perdagangan, serta pengetatan persyaratan penerbangan/penyeberangan di bandara dan pelabuhan.

Sedangkan untuk kinerja investasi laporan BI mencatat bahwa komponen ini membaik apabila dibandingkan triwulan sebelumnya dengan didorong oleh berlanjutnya proyek-proyek strategis di tengah PPKM Darurat dengan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.

Bank Indonesia juga mencatat bahwa realisasi pendapatan daerah di Bali pada triwulan II tahun 2021 masih negatif. Lemahnya realisasi pendapatan daerah di provinsi/kabupaten/kota se-Bali tidak terlepas dari menurunnya serapan sebagian besar komponen pajak dan retribusi, khususnya komponen yang berhubungan dengan sektor pariwisata.

Untuk mengamati kondisi perekonomian Bali secara lebih rinci, Netray menyajikan grafik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berlaku di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali. PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga yang berlaku maupun atas dasar harga konstan.

Berdasarkan grafik di atas tampak pada tahun 2020 sebanyak sembilan kabupaten/kota di provinsi tersebut pun mengalami kontraksi seiring lumpuhnya sektor pariwisata Pulau Dewata. Pada tahun 2020 tampak Badung menjadi wilayah yang paling terdampak pandemi Covid-19.

Perekonomian kabupaten tersebut apabila diukur menurut produk regional domestik bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) maka akan terlihat penurunan sebesar 16,52% dari Rp 37,33 triliun pada 2019 menjadi Rp 31,16 triliun pada 2020.

Kota Denpasar berada di urutan kedua dengan kontraksi ekonomi hingga 9,42% pada 2020. Posisinya diikuti Kabupaten Gianyar yang mencatat pertumbuhan negatif 8,38%. Ekonomi Kabupaten Klungkung tercatat mengalami penurunan sebesar 6,35% pada 2020.

Sementara, PDRB ADHK Kabupaten Tabanan turun 6,14% pada tahun lalu. Kabupaten Buleleng mengalami penurunan ekonomi hingga 5,76% pada 2020. Ekonomi Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Karangasem masing-masing menciut sebesar 4,96% dan 4,45%. Sementara, penyusutan ekonomi di Kabupaten Bangli mencapai 4,1%.

Laporan News Netray: Pemerintah Membuka Kembali Pintu Masuk Wisman Meski Omicron Meningkat

Merespon persoalan ini Netray memantau pemberitaan media daring sejak 19 Januari 2022 sampai dengan 17 Februari 2022. Tidak hanya itu Netray juga menghimpun data dari berbagai sumber untuk mengetahui seperti apa perkembangan perekonomian Bali dan kaitannya dengan keputusan terbaru pemerintah untuk segera menggenjot kembali sektor pariwisata Bali.

Gambar 1. Infografik News Netray

Berdasarkan hasil pantauan Netray ditemukan 167 total artikel yang berasal dari 47 media pemberitaan online. Adapun kategori pemberitaan tersebut didominasi oleh tiga topik utama, yakni hotel dan pariwisata, kesehatan dan gaya hidup, serta keuangan.

Gambar 2. Puncak pembahasan media

Pada Gambar 2 Netray menemukan laju pembahasan terkait ekonomi Bali muncul hampir setiap hari di media online. Puncaknya terjadi pada 31 Januari dengan jumlah artikel mencapai 30 artikel. Hal ini dipicu oleh pengumuman pemerintah yang akan membuka kembali penerbangan internasional pada 04 Februari 2022.

Pada 31 Januari 2022 Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan kembali membuka pintu masuk internasional di Bali mulai 4 Februari 2022. Hal ini dimaksudkan untuk menggencarkan ekonomi Bali yang anjlok akibat terdampak pandemi.

Kebijakan ini lantas menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Pasalnya Indonesia kini tengah memasuki gelombang ke-3 pandemi dengan varian kasus Omicron yang meningkat sejak Januari lalu. Bahkan saat ini beberapa wilayah di Indonesia termasuk Bali tengah menerapkan PPKM level 3 yang kabarnya akan diperpanjang hingga 21 Februari 2022.

Meski demikian pemerintah tetap membuka penerbangan untuk wisman dengan aturan yang berlaku. Pemerintah Bali menyediakan 2 opsi karantina Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), yaitu karantina bubble di 5 hotel terlebih dahulu dengan 447 kamar dan 6 kapal live on board yang sudah tersertifikasi Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE).

Komitmen pemerintah untuk membenahi kembali perekonomian Bali pun dibuktikan dengan mendaratnya penumpang Singapore Airlines di Ngurah Rai pada Kamis, 17 Februari 2022. Pendaratan Ini pun merupakan penerbangan komersil perdana Singapore Airlines ke Bali, setelah dua tahun rute ini berhenti beroperasi akibat pandemi.

Keadaan ekonomi provinsi Bali yang rawan membuat pemerintah mengambil langkah yang cukup beresiko di tengah ancaman varian Omicron yang tengah melonjak. Pemerintah sepertinya sudah tidak kuat menghadapi kontraksi ekonomi di Provinsi Bali akibat dari hampir kolapsnya sektor pariwisata karena pandemi.

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Bali

Untuk dapat mengamati perkembangan kesejahteraan masyarakat Bali secara lebih mendalam kita dapat mengamati data jumlah pengangguran yang tercatat oleh BPS. Berdasarkan data yang dihimpun oleh BPS Bali jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2021 mengalami penurunan dibanding tahun 2020. Adapun jumlah TPT Agustus 2021 di Bali sebesar 5,37%, turun 0,25 poin dibandingkan dengan Agustus 2020 yang mencapai 5,63%.

Dari grafik di atas tampak persentase pengangguran di Denpasar memiliki TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) tertinggi di Bali pada Agustus 2021. BPS melaporkan, TPT per Agustus 2021 di kota tersebut mencapai 7,02%. Denpasar juga memiliki TPT tertinggi di Bali pada periode Agustus 2020, yakni mencapai 7,62%. Dari angka itu, TPT Kota Denpasar pada Agustus 2021 turun 0,6 poin.

Kabupaten Badung juga mempunyai TPT yang tinggi, yakni mencapai 6,93% pada Agustus 2021. Disusul oleh Kabupaten Gianyar dan Buleleng dengan TPT masing-masing sebesar 6,90% dan 5,38%. TPT terendah terdapat pada Kabupaten Bangli sebesar 1,80%. Sementara, di atasnya ada Kabupaten Karangasem sebesar 2,32%, dan Kabupaten Tabanan sebesar 3,94%.

Jumlah pengangguran tahun 2021 menurun dari 139,14 ribu orang pada Februari 2021 menjadi 138,67 ribu orang pada Agustus 2021. Penurunan angka pengangguran terutama didorong oleh membaiknya aktivitas pariwisata seiring peningkatan aktivitas wisatawan domestik. Perbaikan juga tidak terlepas dari penerapan program pemerintah sebagai upaya pemulihan pariwisata diantaranya program Work from Bali.

Di sisi lain BPS mencatat, jumlah penduduk usia kerja di Bali pada Agustus 2021 tercatat sebesar 3,51 juta orang atau meningkat dibandingkan dengan bulan Februari 2021 yang sejumlah 3,48 juta orang. Lebih lanjut, dampak COVID-19 terhadap ketenagakerjaan di Provinsi Bali terutama disebabkan pengurangan jam kerja di masa pemberlakuan PPKM yang diterapkan sejak awal triwulan III 2021.

Kemudian seperti apakah persentase kemiskinan di Bali sepanjang pandemi yang masih berlangsung hingga saat ini. Berikut persentase jumlah penduduk miskin Bali berdasarkan sebaran wilayah kabupaten/kota.

Anjloknya pertumbuhan ekonomi di Bali menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan di Bali hingga Maret 2021. Dari persentase penduduk miskin pada Maret 2021 tercatat sebesar 4,53%, atau sejumlah 201,97 ribu orang, meningkat dibandingkan dengan periode September 2020 yang sebesar 4,45% (196,92 ribu orang) dan periode Maret 2020 yang sebesar 3,78% (165,19 ribu orang).

Sementara itu, berdasarkan daerah tinggal, jumlah penduduk miskin, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, tercatat meningkat. Pada bulan Maret 2021, jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan tercatat sejumlah 129,58 ribu orang (4,12%), lebih tinggi dibanding periode September 2020 sejumlah 125,48 ribu orang (4,04%).

Di wilayah perdesaan, jumlah penduduk miskin tercatat sejumlah 72,39 ribu orang (5,52%), yang juga meningkat dibandingkan dengan periode September 2020 dengan persentase penduduk miskin sebesar 5,40%.

Berdasarkan fakta ini, tingkat kemiskinan pada Maret 2021 merupakan yang tertinggi dalam 5 (lima) tahun terakhir. Namun dibandingkan provinsi lain, tingkat kemiskinan Bali masuk dalam kategori terendah di antara 34 provinsi di Indonesia.

Prospek Ekonomi Tahun 2021 dan 2022

Meski masih terkontraksi Bali optimis pada 2021 perekonomiannya akan segera membaik. Hal ini pun diamati melalui berbagai indikator, seperti prompt indikator, hasil survei dan liaison terakhir. Meski munculnya varian pada Covid-19 membuat perbaikan ini bersifat terbatas. Selain varian Delta dan Omicron masih diberlakukannya travel restriction di sejumlah negara juga mempengaruhi upaya perbaikan ini. Tak hanya itu, vaksinasi dan perbaikan ekonomi global yang belum merata juga membuat sektor pariwisata masih harus bersabar di tahun ini.

BI memperkirakan ekonomi Bali tahun 2021 akan tumbuh pada kisaran -1,8% s/d -2,6% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh lemahnya prospek pariwisata global akibat kebijakan restriksi di sejumlah negara. Meski demikian pariwisata Bali 2021 diperkirakan akan ditopang oleh wisnus, sementara wisman baru mulai membaik pada awal tahun 2022. Sesuai dengan kebijakan yang baru saja ditetapkan yakni dibukanya gerbang penerbangan internasional pada 02 Februari 2022 lalu.

Pada tahun 2022 diperkirakan beberapa sektor juga akan mengalami pertumbuhan yang positif, seperti sektor ekspor luar negeri, konstruksi, pertanian, maupun sektor investasi.Dari sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali terutama bersumber dari LU transportasi, LU akmamin, LU perdagangan, dan LU konstruksi. Dengan demikian secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Bali pada tahun 2022 diperkirakan tumbuh positif lebih baik dari tahun 2021.

Sementara itu, perkiraan inflasi pada tahun 2021 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, namun di bawah kisaran nasional. Serta secara keseluruhan, inflasi Bali tahun 2022 diperkirakan akan meningkat dalam kisaran 3±1% (yoy), lebih tinggi dibanding perkiraan inflasi Bali tahun 2021.

Perkiraan inflasi tahun 2022 tersebut juga masih berada dalam rentang sasaran inflasi Nasional. Peningkatan ini terjadi di seluruh kelompok barang, sebagai dampak perbaikan daya beli masyarakat seiring dengan perkiraan perbaikan lapangan usaha utama di Bali.

Upaya perbaikan perekonomian ini pun agaknya dipercepat oleh pemerintah mengingat data perekonomian Bali menunjukkan kerentanan terjadinya kontraksi. Hal ini berimbas pada berbagai sektor lainnya, seperti meningkatnya angka kemiskinan yang telah terjadi pada tahun ini.

Diedit oleh Ananditya Paradhi

More like this

Popularitas Partai Politik di Media Massa Online dan & Media Sosial Periode Desember 2023

Netray melakukan pemantauan media massa online dan Twitter untuk melihat popularitas partai politik (parpol)...

Speech Analysis Debat Capres 7 Januari: Agresif, Normatif, hingga Solutif

Debat capres yang diselenggarakan KPU pada tanggal 7 Januari lalu, meninggalkan banyak ruang untuk...

Analisis Speech to Text Debat Cawapres; Apa yang Jadi Perhatian Muhaimin, Gibran, dan Mahfud?

Usai menggelar debat perdana capres pada 12 Desember 2023 lalu, KPU kembali menggelar debat...