Sejak seminggu terakhir, portal media pemberitaan ramai memberitakan terkait penumpukan penumpang yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta. Padahal pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.
Pelanggaran PSBB yang marak belakangan ini seperti yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta menuai komentar dari warganet terutama dari pengguna media sosial Twitter. Netray menelusuri pemberitaan mengenai topik penumpukan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta di portal media berita daring dan Twitter selama 7 hari terakhir dari 8-14 Mei 2020. Bagaimana tanggapan warganet terkait hal ini? Berikut pantauan Netray.
Salah Paham
Menurut News Channel Monitoring Netray terdapat 1,185 artikel pemberitaan yang dipublikasikan melalui 88 media pemberitaan daring. Pemberitaan tersebut berkaitan dengan penumpukan penumpang yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta selama periode 08 Mei 2020 sampai dengan 14 Mei 2020. Sebanyak 63,54% artikel menyoroti transportasi dan 17,81% membahas melalui sisi pemerintahan.
Berdasarkan Peak Time frekuensi pemberitaan selama seminggu terakhir memiliki intensitas yang cukup tinggi. Memuncaknya pemberitaan tersebut di mulai sejak 8 Mei 2020. Namun, jumlah pemberitaan memuncak pada 14 Mei 2020.
Sejak 8 Mei 2020, pemberitaan mengenai penumpukan penumpang di tengah aturan PSBB mulai memuncak. Pada tanggal tersebut muncul pemberitaan mengenai calon penumpang yang berbondong-bondong datangi terminal bus. Adanya kebijakan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melonggarkan operasional transportasi umum di tengah PSBB ternyata menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat. Masyarakat mengira pemerintah juga melonggarkan aturan mudik. Padahal, pemerintah telah mengeluarkan aturan pelarangan mudik 2020.
Kemudian, di hari yang sama muncul pemberitaan mengenai 11 penumpang di Bandara Soekarno-Hatta yang positif Covid-19. Kesebelas penumpang tersebut adalah eks anak ABK kapal pesiar Italia. Selain itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional Soekarno-Hatta Anas Maruf mengungkapkan terdapat lebih dari 40 penumpang yang terindikasi positif Virus Corona baru atau COVID-19 sejak April hingga Mei 2020.
Dilihat melalui Peak Time, frekuensi pemberitaan memuncak pada 14 Mei 2020. Memuncaknya jumlah pemberitaan tersebut disebabkan viralnya foto yang menampakkan penumpukan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta. Pihak pengelola Bandara Soekarno Hatta, PT Angkasa Pura II (AP II) mengakui memang ada penumpukan penumpang di Terminal II Bandara Soekarno Hatta pada Kamis pagi (14/5). Penumpukan terjadi karena proses pemeriksaan dokumen penumpang oleh tim gugus tugas udara covid-19.
Peristiwa tersebut menuai kritik dari berbagai pihak, diantaranya, Wakil Ketua Komisi V DPR RI Nurhayati Monoarfa menyoroti seharusnya penumpang tetap melakukan physical distancing atau berjaga jarak. Selain itu, Nurhayati juga menyoroti persyaratan yang harus diisi oleh penumpang. Menurutnya, persyaratan seharusnya bisa dilakukan secara online atau daring, sehingga proses administrasi di bandara dapat bergulir dengan cepat tanpa penumpukan penumpang.
Selain itu, Ombudsman RI juga menyesalkan potret penumpang yang membludak tanpa aturan jelas terkait protokol kesehatan maupun physical distancing. Komisioner Ombudsman, Alvin Lie menyatakan bahwa hal ini menunjukkan lemahnya koordinasi antara Angkasa Pura II selaku pengelola bandara, kemudian otoritas bandara selaku garda terdepan dari Kemenhub Ditjen Perhubungan Udara dengan airline dan dengan satgas penanggulangan COVID-19.
Warganet: Sia-sia Sudah PSBB Selama Ini
Selain monitoring News Channel, Netray juga melakukan monitoring tanggapan warganet Twitter terkait penumpukan penumpang Bandara Soetta. Terkait topik tersebut ditemukan sebanyak 7,083 total cuitan warganet di Twitter yang didominasi oleh sentimen netral. Akan tetapi, jumlah sentimen negatif hampir 2 kali lipat dari jumlah sentimen positif. Tweets tersebut meraih impressions sebanyak 209,4K dan potential reach-nya mencapai lebih dari 131 juta pengguna Twitter.
Dilihat melalui Peak Time, jumlah tweets yang berhubungan dengan Bandara Soekarno-Hatta meningkat tajam pada 14 Mei 2020. Seperti halnya Peak Time pada media pemberitaan, pada tanggal yang sama Peak Time juga terjadi pada cuitan warganet Twitter.
Pada tanggal tersebut terjadi lonjakan pada sentimen negatif hingga lebih dari 2 kali lipat dari jumlah sentimen positif.
Frekuensi cuitan memuncak pada tanggal tersebut disebabkan oleh warganet yang mengkritisi peristiwa penumpukan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta.
Sementara ini menurut Social Network Analysis Report Netray, cuitan akun Twitter @SudahGelappp menjadi cuitan yang paling banyak di-retweeted oleh warganet terkait peristiwa penumpukan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta.
Berikut adalah sampel tweets dari @SudahGelappp yang paling banyak menerima retweet dari warganet. Akun tersebut menuliskan bahwa Corona, PSBB, hanya jadi lelucon di negeri ini.
Tweets terpopuler yang mendapatkan banyak replies, favorite, dan retweet pun senada dengan cuitan @SudahGelappp. Warganet juga merasa kecewa dengan pelanggaran physical distancing yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta. Terlebih sebelumnya relaksasi aturan yang disampaikan Menhub memiliki syarat protokol kesehatan.
Tak hanya itu, sebagian besar warganet meradang karena merasa usaha mereka untuk tetap di rumah saja selama 2 bulan dengan harapan pandemi ini berakhir pun sia-sia setelah melihat kejadian tersebut.
Berikut adalah salah satu media terpopuler yang menampakkan membludaknya penumpang Bandara Soekarno-Hatta yang diunggah oleh akun @AymanAlatas. Dalam caption-nya, akun @AymanAlatas mengungkapkan kekecewaannya karena sia-sialah PSBB yang telah dijalankan selama ini.
Demikianlah pantauan Netray mengenai penumpukan penumpang yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta melalui portal media berita daring dan media sosial Twitter. Melihat, bagaimana kebijakan pemerintah yang kerap berubah-ubah yang membingungkan masyarakat. Serta perilaku tidak disiplin masyarakat yang dengan mudah melanggar physical distancing begitu saja, tentunya menimbulkan pertanyaan. Jika terus begini, kapan pandemi akan berakhir? Lantas, bagaimana dengan warga yang sudah patuh untuk tetap di rumah selama 2 bulan, bahkan harus dirumahkan tanpa digaji? Sia-siakah usaha mereka selama ini?