Tren Green beauty dan Blue beauty belakangan mulai digandrungi konsumen di Tanah Air. Meningkatnya pengetahuan akan pentingnya menjaga lingkungan dan keamanan sebuah produk menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini tentunya merupakan kabar baik, terlebih lingkungan kini menjadi isu yang cukup serius untuk ditanggapi. Itulah sebabnya masyarakat pun harus meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya memperhatikan produk sebelum digunakan.
Sebelumnya, Netray sempat mengulas tren ini pada salah satu artikel Netray yang berjudul “Seri Lapsus: Proyeksi Industri Kecantikan di Masa Mendatang, Menjawab Tantangan Zaman”. Dalam analisis Netray, konsep Green beauty dan Blue beauty akan menjadi tren industri kecantikan yang semakin populer di masa mendatang. Munculnya berbagai produk berbahan natural, organik, serta tidak mengeksploitasi lingkungan membuat tren ini semakin ramai disuarakan. Kali ini Netray akan mengulas terkait tren ini dari mulai pengertian, label, hingga impresi warganet.
Isu terkait lingkungan semakin marak disuarakan dalam beberapa waktu belakangan. Isu ini memiliki urgensi yang cukup tinggi, mengingat dampak yang ditimbulkan semakin nyata mengkhawatirkan. Kerusakan alam dan lingkungan salah satunya bersumber dari pola dan gaya hidup masyarakat yang tidak menyadari bahwa kebiasaan mereka dapat memperparah kerusakan alam.
Dikutip melalui laman greenpeace.org masyarakat dunia sekarang hidup berdasarkan model ekonomi berbasis linear (linear economy). Model ekonomi ini akan membentuk pola berupa produsen memproduksi sebuah produk dan konsumen mengkonsumsi lalu membuangnya. Hal ini menciptakan pola pikir “out of sight, out of mind” mengenai nilai guna dari sampah setiap produk. Model ini juga menciptakan gaya hidup “produksi-konsumsi-buang” dalam masyarakat. Masyarakat akan langsung membuang produk tanpa mendaur ulang atau memakainya kembali. Sebagaimana tampak pada infografik di bawah, rumah tangga masih menjadi penghasil sampah tertinggi.
Tentu rumah tangga tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Hal ini juga melibatkan peran produsen yang seharusnya dapat mendesain produk dengan konsep reusable dan sustainable. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2019 menyebut bahwa dari sekitar 64 juta ton timbunan sampah yang dihasilkan setiap tahunnya, 60% dari angka tersebut ditimbun ke TPA, 30% dibiarkan dan mencemari lingkungan, sementara hanya 10% yang didaur ulang.
Untuk dapat mengubah gaya hidup masyarakat produsen seharusnya dapat memfasilitasi dengan menyediakan produk dengan konsep eco friendly. Sehingga produk tersebut dapat digunakan tanpa khawatir akan bahayanya terhadap lingkungan.
Berdasarkan data Sociolla selama satu tahun terakhir ini ditemukan bahwa brand kecantikan asal Asia, terutama dari Jepang dan Korea, serta brand kecantikan berbahan alami memiliki pertumbuhan positif di kuartal ketiga tahun 2021 ini sebesar 18,36 persen dibandingkan di tahun 2020. Dikutip melalui laman antaranews.com selain semakin meningkatnya ketertarikan terhadap brand Asia, ketertarikan konsumen pada produk kecantikan alami juga sedang meningkat dengan pesat, bahkan di saat pandemi. Di tahun 2019, GlobalData menemukan bahwa sebesar 39 persen konsumen di daerah Asia-Pasifik menginginkan produk kecantikan yang memiliki kandungan natural dan alami.
Hasil survei global yang dilakukan industri kecantikan, Garnier Sustainability Research 2021, menunjukkan bahwa 81% masyarakat ingin hidup lebih hijau atau lebih berkelanjutan, namun kurang dari 6% yang telah mengambil aksi nyata di kehidupan sehari-hari untuk melindungi bumi.
Produk kosmetik menjadi salah satu produk yang setiap hari digunakan oleh masyarakat. Dari mulai perawatan tubuh, wajah, rambut dan lain sebagainya menjadi produk yang dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari. Tak ketinggalan, kini produk kosmetik pun turut mengambil bagian dalam merawat lingkungan dengan meluncurkan produk dengan konsep Green beauty dan Blue Beauty. Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari Sustainable beauty yang berarti kecantikan yang berkelanjutan.
Blue Beauty dan Green Beauty, Apa Bedanya?
Selain Green beauty belakangan kita juga dikenalkan dengan istilah Blue beauty. Kedua tren ini ini kerap dipopulerkan oleh berbagai brand di industri kecantikan. Blue beauty adalah gerakan untuk menggunakan produk perawatan tubuh yang berkomitmen terhadap kelestarian laut dan ekosistemnya. Tren ini menekankan pentingnya penggunaan bahan alami secara inovatif, serta kemasan yang mudah terurai dan dapat didaur ulang atau dibuat dari hasil daur ulang, sehingga tidak mencemari lingkungan laut.
Dikutip melalui laman lifestyle.kompas.com One Green Step Report mengungkap skala pergeseran masyarakat menuju tren kecantikan ramah lingkungan pada tahun 2021. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pandemi dan segala dampaknya di tahun 2020 meyakinkan orang-orang untuk lebih menjaga lingkungannya. Data dalam laporan tersebut berasal dari survei terhadap lebih dari 18.000 orang di delapan negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Brasil, Jerman, India, dan beberapa negara lainnya, yang menanyakan pandangan dan resolusi responden terhadap keberlanjutan dan tujuan lingkungan.
Gerakan ini pun mulai dipopulerkan di tanah air, salah satu brand yaitu Love Beauty and Planet. Brand perawatan tubuh ini mempopulerkan produk perawatan tubuh berbahan alami tidak merusak bumi. Selain itu, Love Beauty and Planet juga mengklaim bahwa produk mereka diproses secara bertanggung jawab dan dikemas dengan plastik daur ulang yang tidak merusak lingkungan.
Seperti halnya tren Blue beauty, tren Green beauty juga mengusung konsep yang dekat dengan alam. Tren ini mengacu pada produk perawatan yang dibuat dan diproses secara alami dan bertanggung jawab untuk keberlangsungan kehidupan di Bumi. Dengan adanya tren ini perusahaan diharap dapat berinovasi dan berbenah terhadap produk yang mereka pasarkan. Perusahaan juga harus memastikan bahwa produk mereka dibuat, diproses, dan dikemas dengan cara yang etis dan berkelanjutan.
Dewasa ini terdapat banyak jenis produk yang mulai berinovasi mengikuti tren Green beauty. Salah satunya yaitu Garnier, melalui berbagai produknya kini Garnier turut serta mempopulerkan tren Green beauty. Garnier juga mengklaim bahwa produk mereka dibuat, diproses, dan dikemas secara alami.
Pada umumnya brand dengan konsep green beauty terbuat dari bahan yang natural atau bahkan organik. Lalu apakah perbedaan antara natural dan organik. Jika produk berbahan natural artinya bahan dari produk tersebut merupakan sesuatu yang berasal dari alam. Sedangkan organik berarti sesuatu yang diproduksi tanpa menggunakan pestisida, pupuk sintetis, organisme hasil rekayasa genetika, limbah, antibiotik, radiasi ion, hingga hormon pertumbuhan.
Mengenal Label Pada Produk Sustainable Beauty
Produk dengan konsep Sustainable beauty tentunya harus bersumber, diproduksi, dan dikemas dengan dapat didaur ulang dan ramah terhadap bumi. Untuk membedakan produk mereka dengan produk lainnya biasanya perusahaan akan menempelkan beberapa label pada kemasan sebagai penanda kandungan yang aman dari produk mereka.
Silayoi dan Speece (2007) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) atribut utama dalam kemasan yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Atribut-atribut tersebut terbagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu : atribut visual dan atribut informasi. Atribut visual terdiri atas gambar dan bentuk dari kemasan tersebut. Sedangkan, atribut informasi berhubungan dengan informasi yang terdapat pada produk dan informasi mengenai teknologi yang digunakan dalam kemasan produk tersebut. Untuk dapat memahami beberapa label yang terdapat pada kemasan produk Sustainable beauty Netray mengurainya pada penjelasan berikut.
- Alcohol Free
Bila Anda menemukan simbol ini pada kemasan produk kecantikan artinya produk tersebut free alcohol Produk tersebut tidak mengandung ethyl alcohol yang memiliki dampak mengeringkan. Namun bisa saja mengandung alkohol jenis lainnya seperti cetyl, stearyl, cetearyl, atau lanolin — yang disebut dengan fatty alcohol.
- SLS Free
Salah satu kandungan berbahaya pada produk kecantikan adalah Sodium Lauryl Sulfate. Kandungan ini biasa ditemukan pada skincare, pasta gigi, sampo, dan sabun. Sodium Lauryl Sulfate digunakan sebagai bahan untuk emulsifier. Emulsifier memiliki fungsi untuk membantu bahan-bahan produk tercampur dengan sempurna. World Health Organization (WHO) dan International Labour Organization (ILO) mengklasifikasi SLS sebagai bahan berbahaya. Untuk kulit, SLS bisa memicu iritasi kulit bahkan hingga memicu kanker kulit.
- Paraben Free
Paraben adalah zat kimia yang digunakan sebagai pengawet dalam suatu produk. Fungsi paraben adalah untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur yang berpotensi muncul dari bahan-bahan aktif di dalam produk. Paraben dapat merusak hormon estrogen pada tubuh manusia. Pada ibu hamil, kerusakan hormon seperti ini dapat menyebabkan cacat lahir, keguguran, hingga terhambatnya pertumbuhan saraf bayi. Itulah sebabnya ibu hamil disarankan untuk tidak menggunakan produk yang mengandung paraben dan turunannya. Tak main-main bahkan paraben dapat menyebabkan gangguan hormon, menurunnya kualitas reproduksi, hingga risiko tumbuhnya sel kanker.
- Cruelty Free
Produk kecantikan Cruelty free adalah produk kecantikan yang tidak membahayakan, tidak menyakiti dan tidak membunuh hewan. Produk tersebut menggunakan bahan hewani namun tidak melakukan animal testing. Dilansir melalui laman journal.sociolla.com kini, pengawasan untuk produk kosmetik Cruelty free dilakukan oleh sejumlah organisasi, seperti PETA, Choose Cruelty Free, Coalition for Consumer Information on Cosmetics, dan Cruelty Free International. Dengan mengakses website mereka kita dapat mengecek brand-brand yang bebas dari Cruelty free.
- Fragrance Free
Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat menyebabkan mereka lebih kritis dalam memilih produk. Selain produk yang berbahan dasar alami kini produk tanpa wewangian juga ramai diminati. Tambahan pewangi pada produk memang tidak selalu berdampak buruk pada kulit setiap orang. Namun berbeda halnya dengan kulit yang mudah iritasi. Itulah sebabnya produk tanpa tambahan pewangi dinilai lebih aman untuk digunakan.
- Silicone Free
Silikon menjadi salah kandungan yang kerap ditemukan pada produk perawatan wajah. Seringnya ketika mendengar istilah ini orang-orang akan berpikiran negatif dengan senyawa kimia ini. Dilansir melalui laman hellosehat.com Silikon merupakan senyawa kimia buatan manusia yang terbuat dari mineral alami. Dalam dunia kesehatan, Silikon sering dipakai untuk menyembuhkan luka dan menyamarkan bekasnya. Silikon memang tidak memiliki bahaya yang dapat merusak jaringan kulit Anda. Namun, tetap ada kemungkinan efek samping yang muncul, seperti memicu timbulnya jerawat dan menghalangi penyerapan produk lain. Itulah sebabnya tidak semua orang menyukai produk dengan kandungan ini
- Eco Friendly
Produk dengan konsep Eco friendly tentu akan memberikan label pada kemasan mereka agar konsumen dapat mengetahui produk mereka ramah terhadap lingkungan. Eco friendly berarti ramah lingkungan atau tidak berbahaya bagi lingkungan. Istilah ini merujuk pada produk yang berkontribusi terhadap gaya hidup green living atau gaya hidup hemat energi dan air. Produk ramah lingkungan juga dapat mencegah kontribusi untuk polusi udara, air dan tanah.
Impresi Warganet Terkait Green Beauty
Produksi massal dalam industri kecantikan memang memiliki sisi gelap yang membahayakan lingkungan. Itulah sebabnya setiap perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan produk yang ramah terhadap lingkungan. Selain limbah plastik terdapat limbah lainnya yang menyebabkan pencemaran lingkungan yakni pencemaran air yang berasal dari bahan kimia beracun serta penyiksaan terhadap hewan melalui Animal testing.
Untuk menanggulangi pencemaran ini, banyak masyarakat maupun brand kecantikan yang beralih pada gaya hidup green beauty atau Sustainable beauty.
Untuk dapat melihat perkembangan tren ini Netray akan mengamati laju perbincangan warganet di media sosial Twitter. Simak hasil analisis Netray berikut ini.
Netray mengamati laju perbincangan warganet selama setahun, yakni sejak 01 Januari sampai dengan 23 Desember 2021. Melalui pantauan Netray ditemukan 1,201 total tweets yang didominasi oleh sentimen positif. Sementara impresi pada topik ini mencapai 216.1 ribu dengan potensi menjangkau lebih dari 29.6 juta akun pengguna Twitter. Lalu seperti apakah impresi warganet terkait produk yang ramah terhadap lingkungan?
Melalui beberapa tweet di atas tampak antusiasme warganet yang peduli akan produk yang ramah terhadap lingkungan. Sebagaimana opini dari akun @yuniarinukti, menurutnya cantik juga membutuhkan pola pikir yang cerdas, hal ini dimulai dari memilih produk dengan Sustainable beauty. Tak hanya itu, beberapa tweets lainnya juga menjadikan Cruelty free sebagai syarat untuk membeli sebuah produk. Ini artinya meski belum begitu ramai menjadi topik perbincangan di Twitter masyarakat kini mulai aware terhadap produk yang mereka gunakan dan dampaknya pada lingkungan.
Lalu pada kategori Top People pantauan Netray @GarnierID dan @thebodyshopindo menjadi dua brand yang paling banyak membahas topik seputar kecantikan yang berkelanjutan. Dua brand brand yang populer di Tanah Air ini belakangan memang cukup gencar dalam menyuarakan isu lingkungan melalui produk mereka. Hal ini tentu dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap produk yang akan mereka gunakan.
Hadirnya tren green beauty atau sustainable beauty menjadi kabar baik bagi lingkungan. Meningkatnya kesadaran akan pentingnya merawat lingkungan menyebabkan produsen industri kecantikan kini harus dapat berinovasi ke arah yang lebih baik. Kini setiap produsen harus lebih fokus memperhatikan bahan, proses, dan kemasan yang lebih ramah terhadap lingkungan sehingga produk mereka dapat bersaing di masa depan.
Tak hanya green kini konsep beauty juga harus clean yang artinya terbebas dari bahan yang berbahaya. Tak heran berbagai label, seperti Alcohol Free, SLS Free, Cruelty Free, dan lain sebagainya menjadi standar penentuan konsumen sebelum membeli produk kecantikan.
Meski tidak memiliki intensitas perbincangan yang cukup tinggi di media sosial beberapa warganet kini mulai mengajak warganet lainnya untuk menyadari pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini diwujudkan dengan memperhatikan produk yang akan digunakan. Untuk itu bukan tidak mungkin di masa mendatang produk dengan konsep Green beauty dan Blue beauty akan semakin diminati di Tanah Air.