Dalam kurun enam tahun terakhir, Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan ekonomi syariah yang dinilai memberi kontribusi positif terhadap perekonomian nasional. Kenaikan pangsa ekonomi syariah nasional ini didorong oleh berbagai sektor, seperti sektor pertanian dan makanan halal. Kedua sektor tersebut merupakan kategori sektor unggulan dari Halal Value Chain (HVC).
HVC dalam ekonomi syariah merupakan perwujudan atas integrasi antar rantai nilai halal mulai dari input, produksi, distribusi, pemasaran, hingga konsumsi hasil akhir produk dalam koridor nilai-nilai syariah. Sehingga tidak boleh bercampur dengan unsur tidak halal. Bahkan dalam hal pembiayaan dan asuransi harus menggunakan keuangan syariah.
Dalam Masterplan Ekonomi Syariah 2019–2024 terdapat sejumlah industri yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat muslim. Antara lain terbagi menjadi beberapa sektor seperti sektor makanan halal, sektor pariwisata halal, sektor fesyen muslim, sektor farmasi dan kosmetik halal, dan sektor energi terbarukan. Penguatan HVC menjadi salah satu strategi pemerintah dalam upaya pencapaian visi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah global.
Peningkatan kontribusi sektor prioritas HVC ini berkembang seiring dengan membaiknya permintaan pasar atas komoditas pangan selama pandemi. BI mencatat setelah tumbuh menguat pada triwulan II 2021 meski sempat tertahan pada triwulan III 2021 akibat kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh untuk mencegah penyebaran varian delta.
Ditengah arus perekonomian nasional yang tidak stabil seperti apakah peran ekonomi syariah dalam menyokong perekonomian nasional?
Pertumbuhan pangsa HVC terhadap PDB mencapai 24,3% pada 2016. Angkanya kemudian meningkat menjadi 24,86% pada 2020 dan kembali meningkat menjadi 25,44% pada triwulan III tahun 2021.
Sepanjang tahun 2021 kinerja ekonomi syariah nasional mampu berdaya tahan di tengah proses perbaikan ekonomi yang terus berlanjut sepanjang tahun 2021. Perbaikan kinerja ini tercermin dari pertumbuhan sektor prioritas HVC selama triwulan I sampai dengan triwulan III 2021 terus bergerak dalam fase recovery, sejalan dengan perbaikan pada ekonomi nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri makanan, minuman, kimia, farmasi, barang konsumen kemasan, dan bioteknologi masuk dalam kategori industri pengolahan sumber PDB nasional. Sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar 19,25% dari total PDB Indonesia yang mencapai Rp16,97 kuadriliun pada tahun 2021.
Sektor Industri pengolahan makanan dan pertanian menjadi dua sektor unggulan yang menyumbang tren pertumbuhan positif. Sehingga keduanya memiliki potensi dalam pengembangan HVC produk ekonomi syariah.
Konsep ekonomi syariah secara umum adalah mengeluarkan variabel produk non halal, seperti minuman keras, senjata api, dan perjudian. Kemudian dalam ekonomi syariah seperti apakah pertumbuhan sektor prioritas HVC?
Pertumbuhan sektor prioritas HVC tumbuh positif pada triwulan II 2021 (Gambar 1) sebesar 4,19% (yoy) didorong oleh perbaikan kinerja di seluruh sektor HVC. Sektor prioritas HVC pada triwulan III 2021 tercatat tumbuh sebesar 1,69% (yoy). Pertumbuhan ekonomi syariah tertinggi terjadi pada sektor makanan halal yang mencapai 3,49% (yoy).
Pertumbuhan ini disokong oleh sejumlah sektor prioritas HVC yang masih dapat beroperasi selama masa pembatasan yang berlaku. Sektor tersebut adalah pertanian dan makanan halal. Sementara, fesyen muslim mengalami kontraksi dan Pariwisata Ramah Muslim (PRM) harus kembali mengalami penurunan pada periode ini.
Sementara itu melalui sektor eksternal tren positif dari pertumbuhan ekonomi syariah juga dipengaruhi oleh kinerja ekspor. BI mencatat ekspor sektor makanan halal pada sampai dengan Oktober 2021 mencapai 38,27 miliar dolar AS tumbuh 35,60%.
Adapun kontributor utama kelompok komoditas yang mendorong pertumbuhan ekspor makanan sampai dengan Oktober 2021 yaitu komoditas Animal or vegetable fats, oils & waxes including Palm Oil sebesar 25,25 miliar dolar AS dengan pangsa 65,98% terhadap total ekspor bahan makanan halal.
Sektor Unggulan Ekonomi Syariah
Dalam upaya pemulihan ekonomi nasional pemerintah memaksimalkan pengembangan produk unggulan ekonomi syariah, salah satunya makanan halal dan fesyen muslim. Namun seperti apakah persentasenya simak melalui grafik berikut.
Secara keseluruhan peran ekonomi syariah terhadap ekonomi nasional pada tahun 2021 mencapai 25%. Sementara itu pada tahun 2021 dari keseluruhan total tersebut pangsa sektor yang dominan menjadi prioritas adalah sektor pertanian, diikuti oleh sektor makanan halal, PRM, dan fesyen muslim.
Dengan demikian fokus pemerintah dalam memaksimalkan sektor makanan halal dan fesyen muslim menjadi produk unggulan HVC belum sepenuhnya berhasil. Meski data global menunjukkan Indonesia meraih posisi keempat pada indeks makanan halal di 15 negara.
Dalam skala global mampu menempati urutan keempat indeks makanan halal, di bawah Malaysia, Singapura, dan UEA. Indonesia menjadi salah satu negara dengan pasar produk makanan halal terbesar dengan nilai mencapai US$ 144 miliar atau Rp 2.046 triliun (kurs Rp 14.208). Pasar produk makanan halal terbesar berikutnya, yakni Bangladesh (US$ 107 miliar) dan Mesir (US$ 95 miliar).
Hal ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi produk makanan halal. Tidak hanya untuk memenuhi pasar dalam negeri, tetapi juga pasar internasional yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Prospek Ekonomi dan Keuangan Syariah
Ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi yang mengimplementasikan nilai dan prinsip dasar syariah, bersumber dari ajaran agama Islam nilai dan prinsip syariah yang berlaku universal dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam kegiatan ekonomi dan keuangan.
Pengetahuan masyarakat terhadap literasi ekonomi syariah menjadi hal yang penting untuk dapat meningkatkan konsumsi. BI mencatat pada tahun 2021 indeks literasi ekonomi syariah di Indonesia mencapai 20,01%. Hal ini menunjukkan peningkatan dibanding pada tahun 2019 yang hanya sebesar 16,28%.
Peningkatan pengetahuan dan pemahaman ekonomi syariah yang semakin tinggi, diharapkan dapat mendorong kebutuhan akan produk atau jasa ekonomi syariah. Hal ini dapat diwujudkan melalui sosialisasi atau edukasi publik terkait halal lifestyle.
Untuk dapat mengetahui tingkat literasi publik terhadap ekonomi syariah BI melakukan survei berskala nasional pertama kali pada tahun 2019. Survei tahun 2019 dilakukan di 13 provinsi dengan 3312 responden dari berbagai kalangan masyarakat dan usia seperti pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga, dan pelaku usaha.
Jumlah responden survei nasional tahun 2019 mewakili 80% penduduk muslim Indonesia. Survei tahun 2019 menghasilkan indeks literasi ekonomi syariah sebesar 16,28%. Berdasarkan hasil tersebut,dapat diasumsikan bahwa pada tahun 2019 dari sekitar 100 orang penduduk muslim Indonesia terdapat sekitar 16 orang yang “well literate” terhadap ekonomi syariah.
Dengan perkembangan yang dialami oleh berbagai sektor seperti apakah proyeksi dari ekonomi syariah di masa mendatang.
Proses recovery ekonomi global diiringi dengan vaksinasi yang tengah berlangsung diperkirakan akan mendorong ekspor produk halal dan meningkatkan permintaan domestik. Dengan demikian pemerintah mewacanakan ekonomi syariah akan kembali tumbuh pada tahun 2022.
Ekonomi syariah, yang diwakili oleh sektor prioritas HVC diperkirakan tumbuh lebih tinggi di tahun 2022. Kebijakan yang tepat dan sinergi kebijakan ekonomi syariah nasional diperkirakan akan mendorong akselerasi pemulihan ekonomi di 2022.
BI memperkirakan akselerasi ekonomi syariah di 2022 akan didorong oleh sektor unggulan industri makanan halal dan sektor pertanian. Sementara peran sektor Pariwisata Ramah Muslim dalam pemulihan nasional pada 2022 diperkirakan meningkat melalui optimalisasi wisatawan nusantara dalam jangka pendek, untuk kemudian kembali didukung oleh kunjungan wisatawan mancanegara dalam jangka menengah.
Diedit oleh Ananditya Paradhi