HomeDeep ReportLayanan Streaming Film Tumbuh Saat Bioskop Tertatih Diterjang Pandemi

Layanan Streaming Film Tumbuh Saat Bioskop Tertatih Diterjang Pandemi

Published on

Data menunjukkan penurunan jumlah penonton di bioskop jadi momentum pertumbuhan layanan streaming film. Hal itu juga dibarengi dengan peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia, sehingga semakin banyak orang yang dapat menjangkau layanan streaming dan tak harus ke bioskop untuk menonton film.

Sektor industri film di Tanah Air merasakan imbas dari pandemi yang melanda Indonesia sejak awal 2020 lalu. Pemerintah memutuskan untuk menutup bioskop pada 23 Maret 2020. Akibatnya, pada tahun 2020 laju pertumbuhan layar pemutaran film dan bioskop pada 2020 dilaporkan melambat.

Dilansir melalui laman databoks.katadata.co.id pada tahun 2020 jumlah layar hanya naik 1,7% menjadi 2.145 layar dan bioskop bertambah 1,8% menjadi 517 bioskop. Padahal sebelum dilanda pandemi pertumbuhan layar dan bioskop di Indonesia terus menggairahkan. Puncaknya terjadi pada tahun 2018 industri perfilman mampu menambah 17,8% layar dan 19,8% bioskop. Sehingga terdapat 1.824 layar dan 430 bioskop pada tahun tersebut.

Pemerintah membuka kembali bioskop pada akhir Oktober 2020 menyusul penurunan kasus Covid-19. Pembukaan bioskop perlahan telah dimulai di beberapa wilayah dengan level PPKM 3 dan 2. Dibukanya kembali bioskop pun harus mengikuti sejumlah aturan yang berlaku, seperti pembatasan jumlah penonton dan tidak diperbolehkan menjual makanan dan minuman di dalam area bioskop.

Jumlah Penonton Bioskop Anjlok

Data dari filmindonesia.or.id menunjukkan berdasarkan 15 film dengan penonton terbanyak tiap tahunnya, dalam kurun waktu 2019–2021 jumlah penonton bioskop mengalami penurunan tajam.

Pada 2019 jumlah penonton mencapai 29.646.453 sedangkan pada 2020 jumlah penonton bioskop hanya 12.059.127. Perbandingan jumlah tersebut tentu dipengaruhi oleh pandemi yang mulai masuk ke Indonesia 2020. Sementara pada 2021 jumlah penonton di bioskop hanya menyentuh angka 2.457.456.

Artinya dari 2019 ke 2020 mengalami penurunan 60 %, kemudian di tahun berikutnya turun lagi hingga 80 %.

Meski kini bioskop telah dibuka kembali, minat penonton untuk menonton ke bioskop belum kembali pulih. Pelemahan daya beli masyarakat, aturan prokes yang dinilai terlalu ketat, dan perubahan gaya hidup menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat belum kembali ke bioskop. Dilansir melalui laman katadata.co.id sektor ini mengalami kerugian mencapai Rp 2 triliun akibat penutupan bioskop dari jumlah tiket penonton selama tujuh bulan pada tahun 2020.

Pada awal Maret 2021 para pelaku industri perfilman mengirim surat pada Presiden Joko Widodo untuk membantu membangkitkan kembali industri perfilman. Surat tersebut memuat keresahan para insan perfilman yang terkendala akibat penutupan bioskop. Hingga akhirnya bioskop kembali dibuka dan menunjukkan geliatnya pada musim Lebaran 2021.

Sayangnya, tak berlangsung lama pada 03 Juli 2021 PPKM Darurat kembali ditetapkan oleh pemerintah. Akibatnya, penutupan bioskop pun kembali terjadi.

Pemerintah akhirnya kembali membuka bioskop pada 16 September 2021. Ditutup dan dibuka secara berulang-ulang tentu mengakibatkan sejumlah pihak harus mengalami kerugian. Tak hanya pihak bioskop, namun juga insan produksi dalam perfilman Indonesia turut terkena imbasnya.

Kemudian di tengah aturan yang masih terus tak menentu seperti apakah geliat penonton pada tahun ini? Berikut persentase jumlah perolehan penonton pada tahun 2021 berdasarkan tahun edar film.

Berdasarkan data filmindonesia.or.id, film horor Makmum 2 memperoleh jumlah penonton terbanyak pada tahun ini, dengan memperoleh sebanyak 741.392 penonton. Film yang baru saja tayang pada 30 Desember 2021 lalu berhasil mengalah beberapa 14 film lainnya, termasuk film Yuni dan Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas.

Meski demikian jumlah tersebut masih belum sebanding dengan film terlaris pada tahun 2020 yakni film Milea: Suara dari Dilan yang berhasil menembus 3.157.817 penonton. Hal ini pun tentu dipengaruhi oleh berbagai hal termasuk adaptasi kebiasaan baru yang membuat orang-orang kini memilih menyaksikan film dari rumah melalui berbagai platform berbayar.

Platform Streaming Jadi Arus Baru Industri Film

Adanya pandemi membuat seluruh sektor harus mampu beradaptasi dan berinovasi agar mampu bertahan. Dilansir melalui laman kominfo.go.id Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pada masa pandemi Covid-19 industri perfilman terbuka dengan peluang baru yakni berupa layanan streaming berbasis platform digital dengan video on demand (VoD). Pendapatan dari langganan VoD Indonesia bisa mencapai USD 411 juta di tahun 2021 dengan penetrasi pengguna sebesar 16% di tahun 2021 dan diperkirakan akan naik menjadi 20% di tahun 2025.

Gambar 1. pemberitaan media massa

Pertumbuhan layanan streaming berbasis platform digital dengan VoD itu sejalan dengan pertumbuhan pengguna internet. Dilansir melalui laman lipipress.lipi.go.id Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan hingga kuartal II tahun 2020, jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 196,7 juta orang atau 73,7% dari total populasi Indonesia, sedangkan menurut BPS, yakni 266, 9 juta jiwa. Kenaikan jumlah pengguna tersebut salah satunya disebabkan infrastruktur internet cepat atau broadband di Indonesia semakin merata dengan adanya Palapa Ring.

Pandemi Covid- 19 juga turut menyebabkan kenaikan penggunaan internet untuk menunjang sejumlah kegiatan yang praktis dilakukan di rumah, baik bekerja, belajar, maupun menikmati hiburan. Di sektor hiburan, data APJII mencatat video daring menjadi akses hiburan terbesar dengan 49,3%, disusul game daring 16,5%, dan musik daring 15,3%.

Platform berbasis VoD telah hadir menggantikan penjualan dan penyewaan DVD/Bluray atau melengkapi siaran TV konvensional. Platform berbasis VoD tersebut pun berkembang dengan berbagai turunannya, salah satunya subscription video on demand (SVoD).

Netray memantau pemberitaan media massa terkait topik ini sejak 1 November 2021 sampai dengan 10 Januari 2022. Dengan menggunakan beberapa kata kunci, yaitu industri film, bioskop && film, bioskop && Indonesia. Hasilnya banyak pemberitaan yang menyebut pertumbuhan termasuk munculnya sejumlah aplikasi streaming film, seperti salah satu pemberitaan pada gambar 2.

Gambar 2. Sampel News

Sejumlah platform penyedia layanan streaming film yang banyak diberitakan antara lain iFlix, Netflix, Vidio, GoPlay, Genflix, CatchPlay, iQIYI, Viu, Mola TV dan Disney+ Hotstar. Kehadiran layanan konten Internet Over the Top (OTT) berbasis aplikasi tersebut tentunya menjadi ranah baru bagi perkembangan perfilman di Tanah Air. Hal ini turut mempengaruhi tingkat kunjungan masyarakat ke bioskop.

Meski belum dapat menggantikan pemasukan dari bioskop, berkembangnya platform berbasis aplikasi dapat menjadi peluang baru bagi perfilman Indonesia. Hal ini pun dibuktikan melalui meningkatnya pendapatan dalam bisnis SVoD di Indonesia yang terus tumbuh. Hingga pada tahun 2020 diperkirakan naik 28,9% menjadi 140 juta dolar AS, dengan jumlah pelanggan naik 26,5% menjadi sekitar 13 juta pengguna.

Sementara itu, dilansir melalui laman kominfo.go.id layanan streaming ini menjadi peluang tambahan bagi industri perfilman karena dapat menjangkau pasar yang lebih luas bahkan hingga pasar global. Ini merupakan peluang besar bagi para sineas Indonesia untuk dapat berkiprah di ruang regional maupun global.

Perbincangan Warganet Seputar Industri Film Indonesia

Netray memantau perbincangan warganet terkait topik ini sejak 01 November 2021 sampai dengan 10 Januari 2022. Dengan menggunakan beberapa kata kunci, yaitu industri film, bioskop && film, bioskop && Indonesia. Hasilnya tampak pada gambar 3.

Gambar 3. Statistik perbincangan film  bioskop di Twitter

Perbincangan mengenai industri perfilman di Twitter dalam kurun hampir dua bulan terdapat 6,844 tweets dengan didominasi tweet bersentimen negatif. Adapun jumlah impresi mencapai 3,5 juta dengan potensi jangkauan sebanyak 129,6 juta pengguna akun Twitter. Berikut intensitas laju perbincangan warganet yang terekam melalui grafik Peak Time.

FFI 2021 Jadi Puncak Perbincangan & Jokowi Ikut Komentar

Gambar 4. Peak time

Pada analisis data peak time gambar 4, perbincangan di Twitter terlihat intensitas perbincangan memuncak pada 11 November 2021 bertepatan dengan Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia 2021. Hal ini menjadi perbincangan hangat warganet hingga jumlah tweet pada tanggal tersebut mencapai 1,111 tweets. Bahkan Jokowi melalui akun pribadinya (gambar 5) turut mengunggah impresinya terkait FFI 2021.

Gambar 5. Sampel twit

Sontak cuitan tersebut di retweet hingga 526 kali, disukai oleh 4,379 pengguna Twitter, dan dikomentari sebanyak 163 komentar. Anugerah Piala Citra Festival Film 2021 memang merupakan malam yang dinantikan oleh para sineas Tanah Air. Festival ini menjadi ajang untuk melihat film-film terbaik bangsa yang meraih beragam penghargaan dari berbagai kategori. Tak hanya para insan perfilman antusiasme tersebut juga dapat dirasakan melalui tingginya intensitas tweets dari warganet pada tanggal tersebut.

Intensitas perbincangan terkait topik tersebut juga dapat diamati melalui kemunculan sejumlah kata yang berkaitan dengan FFI 2021 pada kategori Top Words Netray (gambar 6). Seperti kosa kata, Piala, Citra, Jokowi, Pandemi, Bangga, dan lain sebagainya.

Gambar 6. Top words

Intensitas perbincangan terkait topik tersebut juga dapat diamati melalui kemunculan sejumlah kata yang berkaitan dengan FFI 2021 pada kategori Top Words Netray. Seperti kosa kata, Piala, Citra, Jokowi, Pandemi, Bangga, dan lain sebagainya. Selain itu, pada Top Words juga tampak sejumlah judul film yang paling banyak meraih atensi dari warganet, seperti Yuni, Cinta Pertama, Kedua, dan Ketiga, serta Pengabdi Setan 2.

Selama periode pemantauan tampak bahkan film Yuni dicuitkan hingga lebih dari enam ribu tweets. Diikuti oleh film horor Indonesia Pengabdi Setan 2 yang bahkan belum tayang dan film Cinta Pertama, Kedua, dan Ketiga yang dibintangi oleh Putri Marino.

Akankan Layanan Streaming Film Menggantikan Bioskop?

Pandemi telah menciptakan kebiasaan baru, membuat mobilitas orang serba terbatas kemudian beralih ke dunia digital. Segala aktivitas mulai dari belajar hingga bekerja dilakukan secara daring. Tak terkecuali untuk mendapatkan hiburan juga melalui platform digital.

Kondisi itu kemudian menciptakan peluang penyedia layanan hiburan seperti streaming film. Dan data memang membuktikan layanan streaming film mengalami pertumbuhan pesat saat pandemi Covid-19.

Untuk mendapatkan hiburan dan pengalaman menonton film, seseorang tak harus lagi datang ke bioskop. Asal punya akses internet dan membayar layanan streaming film maka seseorang sudah bisa menonton film yang ia mau.

Namun apakah layanan streaming film akan mampu menggantikan bioskop di masa depan meski pandemi telah berakhir?

Editor: Irwan Syambudi

More like this

Popularitas Partai Politik di Media Massa Online dan & Media Sosial Periode Desember 2023

Netray melakukan pemantauan media massa online dan Twitter untuk melihat popularitas partai politik (parpol)...

Speech Analysis Debat Capres 7 Januari: Agresif, Normatif, hingga Solutif

Debat capres yang diselenggarakan KPU pada tanggal 7 Januari lalu, meninggalkan banyak ruang untuk...

Analisis Speech to Text Debat Cawapres; Apa yang Jadi Perhatian Muhaimin, Gibran, dan Mahfud?

Usai menggelar debat perdana capres pada 12 Desember 2023 lalu, KPU kembali menggelar debat...
%d bloggers like this: