United Nations Children’s Fund (UNICEF) mengkapanyekan peningkatan kualitas sanitasi melalui tagar #HihantuiTai. Hasil studi menyebutkan air minum rumah tangga hampir 70% telah terkontaminasi Escherichia Coli, bakteri yang ada pada tinja. Namun kampanye dengan tagar #HihantuiTai itu tak banyak mendapatkan impresi dan direspons sini warganet di lini masa Twitter.
Berdasarkan studi kualitas air minum rumah tangga (SKAM RT) di Indonesia yang dilakukan Direktorat Kesehatan Lingkungan (Direktorat Kesling) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) banyak temuan kontaminasi. Hasil studi menunjukkan 7 dari 10 rumah tangga di Indonesia mengonsumsi air minum dari sarana yang terkontaminasi Escherichia Coli. Hampir 70% dari 20 ribu sumber air minum rumah tangga yang diuji di Indonesia terkontaminasi oleh limbah tinja.
Temuan itu berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2020 dengan target jumlah sampel sebanyak 25.000 rumah tangga yang tersebar di 34 provinsi.
Berdasarkan data itu kemudian UNICEF Indonesia melakukan kampanye untuk peningkatan kualitas sanitasi. Sebab kontaminasi Escherichia Coli dinilai menjadi penyebab utama dari kematian anak di bawah 5 tahun.
UNICEF Indonesia membuat laman khusus cekidot.org, sebagai kampanye peningkatan Kesadaran dan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap sanitasi yang dinilai masih sangat rendah. Kampanye itu yang kemudian didengungkan melalui gerakan #DihantuiTai.
Puncak Pincangan dan Akun Terpopuler #DihantuiTai
Netray melakukan pematauan untuk mengetahui sejauh mana gerakan #DihantuiTai itu direspons oleh publik khusunya warganet di Twitter. Pantauan dilakukan selama sepekan mulai 9-15 Februari 2022 atau tiga hari setelah UNICEF Indonesia pertama kali mengunggah vidio kampanye #DihantuiTai di Twitter pada 6 Februari 2022.
Dalam periode pemantauan selama sepekan, puncak perbincangan terjadi pada 11 Februari 2022 tatkala media online vice.com mengunggah pemberitaan soal kampanye tersebut dan dibagikan di Twitter dengan menggunakan tagar #DihantuiTai.
Dalam periode pemantauan selama sepekan, puncak perbincangan terjadi pada 11 Februari 2022, sehari setelah media online vice.com mengunggah pemberitaan soal kampanye tersebut dan dibagikan di Twitter dengan menggunakan tagar #DihantuiTai.
Dalam pantauan Netray memang akun Twitter @VICE_ID menjadi akun yang paling populer dalam kampanye ini, kemudian diikuti akun @UNICEFIndonesia menjadi akun populer. Demikian halnya pada kategori Top People yang urutan utamanya juga ditempati oleh kedua akun tersebut.
Respons Sinis dan Kekhawatiran Warganet
Sementara itu, secara keseluruhan penggunaan tagar ini dalam perbincangan warganet hanya mencapai 105 cuitan dengan didominasi oleh cuitan bersentimen negatif. Dalam rentang waktu tujuh hari impresi pada tagar ini mencapai 25.6 ribu dengan potensi menjangkau 16.3 juta akun pengguna Twitter.
Kampanye di Twitter itu terbilang tidak cukup signifikan untuk mencapai tujuan dari gaungan tagar tersebut, yakni sebagai kampanye online. Buktinya, sejak pertama kali digaungkan hingga tujuh hari setelahnya penggunaan tagar #DihantuiTai bahkan tidak menyentuh angka seribu cuitan.
Meski demikian, seperti apakah awareness warganet dengan mencuatnya isu terkait kesehatan ini?
Setelah pemberitaan terkait bahaya sanitasi yang tidak aman tersebut dimuat pada tanggal 10 Februari 2022 oleh Vice dan UNICEF warganet pun sontak membahas isu ini sebagai perbincangan. Sebagian warganet pun merasa tersadar dan khawatir akan isu ini. Pasalnya sebagian besar warganet menggunakan air tanah sebagai sumber kehidupan yang digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari.
Meski demikian sebagian warganet justru meragukan kampanye ini dan merespon sinis kampanye UNICEF. Menurut mereka tagar tersebut terkesan dipaksakan dan menilai lebih baik dana untuk kampanye tersebut digunakan untuk memperluas saluran PDAM.
Meski kampanye dengan tagar tersebut tidak mendapatkan jumlah cuitan dan respons yang signifikan, #DihantuiTai tetaplah merupakan hal yang mengkhawatirkan.
Simak informasi terkini lainnya melalui https://analysis.netray.id/ dan analisis mendalam Netray melalui https://medium.com/@netrayID
Editor: Irwan Syambudi