HomeCurrent ReportSentimen Negatif PKS Usai Tinggalkan Anies dan Buka Opsi Merapat ke KIM

Sentimen Negatif PKS Usai Tinggalkan Anies dan Buka Opsi Merapat ke KIM

Published on

PKS meninggalkan koalisi partai yang mengusung Anies Baswedan untuk Pilgub Jakarta 2024. Partai pemenang pemilu di Jakarta ini telah mengumumkan akan membuka ruang untuk mendukung kandidat baru, termasuk kemungkinan merapat ke Koalisi Indonesia Maju (KIM). Sebelumnya, PKS memang mengusung pasangan Anies-Sohibul Iman (AMAN). Namun, karena pasangan ini tidak mendapat dukungan koalisi, PKS memutuskan untuk berpindah haluan mencari potensi baru. Seperti diketahui, PKS membutuhkan 4 kursi lagi untuk dapat memenuhi ambang batas parlemen.

Usai pengumuman tersebut, PKS dibanjiri sentimen negatif. Pendukung Anies Baswedan bahkan menggaungkan aksi untuk meninggalkan PKS karena kecewa dengan keputusan tersebut. Tapi, sejujurnya gelombang kekecewaan warganet terhadap PKS tidak hanya sebatas meninggalkan Anies, tetapi karena PKS akhirnya menunjukkan sinyal untuk merapat ke KIM. Padahal, sebelumnya PKS merupakan oposisi yang teguh selama 15 tahun ke belakang. Bahkan, di Pilpres 2024, PKS mendukung Anies-Imin, berseberangan dengan KIM yang mendukung Prabowo-Gibran.

Pantauan Perbincangan Topik PKS di Twitter (X)

Berdasarkan pantauan Netray selama seminggu terakhir (7-13 Agustus 2024), sentimen negatif untuk PKS meningkat signifikan terutama pada 12 Agustus 2024. Sebanyak 10 ribu dari 15,6 ribu tweet yang membahas PKS merupakan sentimen negatif. Jika diamati, sejak 9 Agustus atau ketika isu mulai dibicarakan, sentimen negatif untuk PKS mencapai 60% lebih dan naik hingga 64% pada 12-13 Agustus 2024.

Gambar 1. Peak time perbincangan topik PKS di Twitter
Gambar 2. Tren sentimen topik PKS di Twitter

Anies Baswedan menjadi tokoh yang paling banyak disebut ketika membicarakan topik ini. Alasannya adalah karena keputusan PKS tersebut berkaitan langsung dengan nasib Anies Baswedan dalam kontestasi Pilgub DKI Jakarta pada September mendatang. Jika PKS tidak jadi mendukung Anies maka Anies Baswedan harus mencari kendaraan lain.

Seperti diketahui, sebelumnya PKS telah memberikan karpet merah untuk mendukung Anies-Sohibul sebagai kandidat maju Pilgub dengan total 18 kursi terhitung sejak 25 Juni. PKS memberikan tenggat waktu kepada Anies untuk memastikan AMAN berlayar di Pilgub Jakarta hingga 4 Agustus. Namun, karena tenggat waktu habis, PKS akhirnya memilih mencari opsi lain, termasuk opsi bergabung ke KIM.

topik pks
Gambar 3. Perbincangan di Twitter
Gambar 4. Tokoh paling populer

Keputusan PKS tersebut membuat warganet terutama pendukung Anies merasa kecewa karena diputus di tengah jalan. Imbasnya, warganet mengaku tidak akan memilih PKS pada Pilkada mendatang. Warganet menilai Anies adalah tokoh penting yang seharusnya diperjuangkan untuk maju sehingga ketika PKS memutuskan untuk mundur dan mencari kandidat lain dianggap langkah yang salah.

Gambar 5. Mention Anies Baswedan dalam isu PKS
Gambar 6. Mention Anies Baswedan dalam isu PKS


Selain nama Anies Baswedan, perbincangan soal PKS ini turut menyeret nama Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih Prabowo Subianto. Akun @msaid_didu termasuk yang populer membicarakan Jokowi dalam konteks isu PKS. Pasalnya, selama ini PKS seolah memiliki sikap anti dan oposisi kepada Jokowi, tetapi akhirnya berlabuh juga. Muhammad Said Didu menilai PKS kini menjadi pemuja dinasti Jokowi. Di sisi lain, jika melihat mayoritas pendukung PKS selama ini adalah mereka yang juga tidak suka terhadap Jokowi maka keputusan PKS yang hendak merapat ke KIM dinilai keputusan yang kurang tepat. Sebab, PKS akan kehilangan suara ke depannya.

Gambar 7. Mention Joko Widodo dalam isu PKS
Gambar 8. Mention Prabowo Subianto dalam isu PKS

Di sisi lain, terdapat nama partai PDIP dan Nasdem yang turut diseret dalam perbincangan ini. PDIP mendapat mentions salah satunya adalah karena jika PKS merapat ke KIM maka PDIP lah satu-satunya yang ada di luar koalisi KIM plus. Isu bahwa Anies diharapkan maju dengan kendaraan PDIP pun berhembus.

Gambar 9. Sampel tweet
Gambar 10. Sampel tweet

Sedangkan Nasdem kerap disebut bersama PKB lantaran keduanya merupakan partai koalisi yang mengusung Anies-Imin pada Pilpres 2024 kemarin. Seperti diketahui, sebelumnya Nasdem dan PKB telah mengambil sikap untuk merapat ke KIM. Jadi, jika PKS benar-benar merapat ke KIM maka sebetulnya ketiga partai tersebut mengambil jalan yang sama. Namun, langkah PKS kali ini lebih tajam disorot.

Gambar 11. Sampel tweet

Pemberitaan PKS di Media Massa

Netray juga memantau isu ini di media pemberitaan daring dengan periode yang sama. Hasilnya ditemukan sebanyak 1.863 artikel dari 204 media yang membicarakan topik ini. Dibandingkan dengan Twitter, jumlah ini jauh lebih sedikit. Bahkan, sentimen positif masih lebih tinggi daripada sentimen negatif. Namun, nama Anies Baswedan masih menjadi yang paling banyak disebut ketika membahas isu ini, sama seperti di media sosial.

Gambar 12. Pemberitaan topik PKS

Salah satu kekhawatiran publik yang tertangkap Netray setelah PKS meninggalkan Anies adalah bahwa Pilgub DKI Jakarta nanti akan memperlihatkan pertarungan melawan kotak kosong. Nama Ridwan Kamil, yang santer akan maju Pilgub Jakarta lewat Partai Golkar dinilai akan diuntungkan apabila hal tersebut terjadi. Namun, hal ini masih sekadar kekhawatiran akibat mundurnya PKS sebagai kendaraan Anies Baswedan.

Gambar 13. Isu soal PKS di media massa
Gambar 14. Tokoh populer dalam isu PKS

Di sisi lain, Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengaku berupaya untuk melawan potensi kotak kosong. Salah satunya dengan menawarkan PKS untuk bersama-sama mengusung Ahok. Hal ini karena PDIP tidak memiliki cukup kursi untuk mengusung calon kepala daerah sendirian. PDIP hanya memperoleh 15 kursi di DPRD DKI Jakarta pada Pemilu 2024. Sedangkan PKS masih membutuhkan 4 kursi lagi untuk dapat mengusung cagub.

Gambar 15. Sampel pemberitaan soal kotak kosong
Gambar 16. Sampel pemberitaan soal PDIP tantang PKS usung Ahok

Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang secara real time kunjungi percobaan gratis di netray.id.

Editor: Ananditya Paradhi

More like this

Kenaikan PPN 12% dan Gelombang Protes Warganet X: Bantuan Pemerintah Dianggap Tak Sebanding

Pemerintah akhirnya memutuskan untuk tetap menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada senin...

Tenggelam dalam Arus Sentimen Negatif, Gus Miftah Akhirnya Mundur

Miftah Maulana Habiburrahman atau yang biasa disebut Gus Miftah menjadi sorotan publik baru-baru ini...

Kebijakan Kenaikan PPN 12%, Gelombang Negatif Penuhi Linimasa X

Jelang akhir tahun 2024, kabar mengejutkan datang dari Menteri Perekonomian Sri Mulyani. Pajak Pertambahan...