Satanic atau Satanisme belakangan ini berhasil mencuri perhatian publik. Aliran satanic pertama kali muncul serta booming di media karena pernyataan dari Mongol Stres dalam Podcastnya dengan Deddy Corbuzier yang tayang di Youtube pada 1 Juli 2021. Mongol menuturkan bahwa ia pernah bergabung menjadi anggota sekte satanic sejak usia belasan tahun dan kini telah keluar dari aliran tersebut. Sontak podcast yang mendapat view 18 juta kali itu diberondong oleh netizen yang penasaran dengan pengalaman Mongol dan eksistensi sekte satanic.
Sebelumnya keberadaan sekte satanic telah didokumentasikan melalui film dokumenter garapan Magnolia pictures tahun 2019 di Amerika Serikat. Film yang berjudul Hail Satan tersebut menceritakan sisi lain kaum The Satanic Temple dengan mengulas aliran satanisme. Dilansir dari Tirto.id para penganut TST justru tidak mempercayai hal-hal supranatural termasuk adanya setan itu sendiri. The Satanic Temple berfungsi sebagai organisasi advokasi yang mewadahi isu kebebasan beragama, berekspresi, dan pemisahan antara negara dan agama di Amerika Serikat.
Meski demikian setelah perilisan film dokumenter tersebut, TST mengklaim bahwa organisasi satanic berkembang pesat dan mengalami pertambahan anggota mencapai tiga ratus ribu pada tahun 2021. Hal itu berbanding jauh dengan perkembangan satanic di Indonesia. Keberadaan sekte satanic di Indonesia masih bergerak ‘underground’. Sampai saat ini belum ada penelitian yang mengungkapkan eksistensi satanic di Indonesia. Oleh karena itu, menjadi wajar apabila banyak netizen yang kemudian penasaran dengan sekte tersebut setelah mendengar pengalaman dari Mongol. Sebenarnya apa sih arti dari aliran satanisme ini? Dan seperti apa sejarah perkembangan aliran tersebut?
Mengutip Wikipedia, satanisme dapat diartikan sebagai penyembahan setan. Menjadikan setan sebagai pemimpin, pembimbing dan Tuhan. Aliran ini menolak semua agama beserta nilai-nilai keagamaan dan melaksanakan hal-hal yang dianggap berdosa oleh agama. Aliran ini telah ada sejak zaman Mesir Kuno, Yunani Kuno, abad pertengahan hingga hari ini. Kemudian sekitar tahun 1880, Prancis, Jerman, Inggris serta berbagai negara di benua Eropa dan Amerika mengatur aliran satanisme dalam bentuk perkumpulan yang tersebar di kalangan orang yang mencari keyakinan dan agama lain. Kegiatan yang dilakukan satanisme berupa pengorbanan anak dan orang dewasa kepada setan, perayaan misa hitam, serta upacara penyembahan satanic tradisional lainnya yang telah diwariskan diam-diam secara turun temurun.
Sekilas Eksistensi Satanic di Indonesia
Di Indonesia perbincangan aliran satanisme belum sepopuler seperti di negara-negara benua Eropa maupun Amerika. Membahas pemujaan kepada setan, tidak jauh dari upacara pengorbanan, ritual penyembahan, pakaian identik dengan jubah hitam, dan masih banyak lagi ritual upacara lainnya. Selain itu gambaran masyarakat tentang satanisme dan ritual pemujaan setan banyak dipengaruhi oleh film-film horor, media hiburan, media sosial dan media massa. Hal tersebut akhirnya membentuk stereotip masyarakat terkait ajaran satanic. Namun apabila dikaji lebih dalam, apakah aliran satanisme seperti gambaran yang dibentuk oleh berbagai platform media tersebut? Bagaimana pendapat netizen tentang aliran ini?
Netray melakukan pemantauan selama sebulan dengan periode pada 1 September-1 Oktober 2021. Hasilnya perbincangan satanic oleh netizen Indonesia hanya mendulang sebanyak 200 tweets dengan dominasi opini bersentimen negatif. Angka impresi yang diperoleh seperti gambar di atas, memperlihatkan bahwa perbincangan satanic di Indonesia belum begitu populer dan bergerak secara tertutup seperti pernyataan Mongol.
Pernyataan Mongol agaknya menjadi pemantik perbincangan netizen tentang seluk beluk ajaran satanic. Hal itu terlihat dari Top Words di atas, terdapat kata sekte, satanic, dan mongol dengan ukuran lebih besar daripada kata lain disekitarnya. Berikut beberapa contoh tweet netizen yang membahas satanic karena cerita Mongol.
Setelah pernyataan tersebut booming di platform digital, tidak sedikit netizen yang semakin tertarik untuk mengenal dan mempelajari satanic. Oleh karena itu, sebagai masyarakat awam yang belum mengerti apa itu gereja setan, satanic, demonic angel, lucifer, dan lain-lain, tentu menimbulkan perspektif sudut pandang yang lain seperti tweet yang diungkapkan oleh akun @yameetteeee.
Opini Netizen tentang Sekte Satanic
Selain opini yang merasa penasaran dengan satanic, terdapat pula tweet opini netizen yang mengaku sudah mengerti tentang aliran satanic. Berikut beberapa opini netizen tentang ajaran satanic yang memberikan keuntungan berupa uang bagi setiap anggotanya. Contoh tweet dapat dilihat pada gambar bagian 1.
Kemudian pendapat netizen bernada negatif yakni menilai setiap ritual pemujaan satanisme selalu menggunakan darah. Dengan dalih menawarkan kemewahan, kesenangan dan kebebasan, satanisme berhasil merekrut remaja-remaja yang tengah mengalami krisis kepercayaan terhadap agama. Berikut contoh tweet dapat dilihat pada gambar bagian 2.
Menurut Fowler (Cremers, 1995) dalam jurnal penelitian UII, sistem kepercayaan yang ada pada remaja mencerminkan pola kepercayaan masyarakat pada umumnya, namun kesadaran kritisnya menjadikan para remaja melakukan kritik atas ajaran-ajaran yang diberikan oleh lembaga keagamaan. Meski demikian, kesadaran diri dan refleksi remaja belum memainkan peranan yang berarti karena adanya keterbatasan dalam penggunaan daya refleksinya. Sebenarnya seperti apa sih gambaran demografi masyarakat Indonesia tentang aliran kepercayaan?
Demografi Penduduk yang Menganut Aliran Kepercayaan
Melansir grafik Katadata.co.id dan data Dukcapil Kemendagri pada Juni 2021 terdapat 102.508 penduduk Indonesia yang menganut aliran kepercayaan. Apabila dilihat dari grafik di atas, Nusa Tenggara Timur memiliki jumlah penduduk paling banyak yang menganut aliran kepercayaan. Aliran kepercayaan tersebut telah ada sebelum enam agama resmi yang diakui pemerintah Indonesia. Dalam artikel Databoks tersebut menyebutkan bahwa demografi penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam sebanyak 86,87%. Penduduk yang beragama Kristen sebanyak 7,49%, beragama Katolik 3,09%, menganut Hindu sebanyak 1,71%, beragama Budha 0,75% dan sekitar 0,03% menganut agama Khonghucu. Artinya sebanyak 0,05% sisa penduduk Indonesia tidak menganut enam agama resmi tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebanyak 0,05% masyarakat berada dalam fase krisis kepercayaan, menganut aliran kepercayaan lain atau agama lain.
Akun Populer Topik Satanic
Beberapa akun yang tertera dalam jajaran Top Akun by Populer di atas adalah akun-akun yang paling sering memperbincangkan satanic di Twitter. Akun @RefublikAteis menempati urutan pertama sebagai akun yang paling aktif berpendapat dan melakukan interaksi terkait tweet bahasan sekte satanic dengan netizen lain.
Penutup
Pernyataan Mongol tentang satanic membuat ajaran tersebut banyak dibahas oleh netizen dan berbagai platform media digital. Berdasarkan data yang telah diulas dan juga opini netizen, hampir sebagian besar mengungkapkan bahwa satanisme identik dengan ritual pengorbanan. Keberadaan aliran satanisme dapat disebut sebagai media hiburan, yakni esensinya sama-sama berupa kenikmatan duniawi. Satanisme menuntun manusia pada kebebasan, mewajarkan hedonisme, dan mengedepankan hasrat. Aliran satanic ini mempercayai bahwa kodrat manusia memiliki nafsu dan sangat disesalkan apabila dalam mencapai pemuasan nafsu terdapat hal lain yang menahannya. Demikian analisis Netray.