Pidato Megawati Soekarnoputri menjadi sorotan utama di acara HUT Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang ke 50 pada 10 Januari 2023 lalu. Acara yang diselenggarakan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat ini juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Wapres Ma’ruf Amin, dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju.
Netray Media Monitoring lantas melakukan pemantauan di linimasa Twitter guna melihat respons warganet terkait pidato Bu Mega yang menuai sorotan di berbagai media. Pemantauan dilakukan selama sepekan sejak tanggal 7 Januari hingga 13 Januari 2023. Kata kunci yang digunakan antara lain seperti bu mega, megawati && pidato, dan mega && pidato.
Statistik Pemantauan Perbincangan Soal Pidato Megawati di Twitter
Total twit dengan kata kunci dari warganet yang berhasil dihimpun Netray terpantau sebanyak 14.589. Unggahan-unggahan tersebut mulai aktif sejak tanggal 10 Januari 2023 atau pada hari diselenggarakannya HUT PDIP. Perbincangan lantas memuncak pada tanggal 12 Januari 2023 dengan 4.854 twit selama 24 jam.
Secara kuantitas, respons warganet atas topik perbincangan pidato Megawati terpantau meraup impresi sebanyak 20,1 juta kali dalam bentuk reply, retweet, hingga favorite. Secara potensial perbincangan ini dapat menjangkau setidaknya 112,6 juta akun berbahasa Indonesia.
Dari sudut pandang sentimen, respons publik terlihat didominasi oleh sentimen negatif. Terdapat perbedaan jumlah twit yang cukup signifikan. Antara lain ditemukan 3.268 unggahan dengan sentimen positif berbanding 5.999 unggahan dengan sentimen negatif. Akan tetapi pada dasarnya tetap bisa dirasakan adanya semacam pro kontra di tengah-tengah masyarakat sebagai imbas dari pidato Megawati.
Apabila dicermati lebih jauh, jumlah twit dengan sentimen positif sempat memuncak pada tanggal 11 Januari 2023 setelah sebelumnya merangkak naik sejak tanggal 9 Januari 2023. Bahkan jumlahnya sedikit di atas twit bersentimen negatif. Akan tetapi intensitas twit positif mulai berkurang pada tanggal 12 Januari 2023 hingga akhirnya kalah jumlah dengan twit bersentimen negatif.
Salah satu unggahan dari warganet yang mengamplifikasi sentimen negatif hingga dapat melampaui jumlah sentimen positif adalah unggahan dari akun @zoelfick. Unggahan yang diterbitkan pada tanggal 12 Januari ini mengomentari pernyataan Megawati terkait peran PDIP dalam mengangkat Joko Widodo sebagai presiden.
Menurutnya, apa yang disampaikan Megawati dalam pidatonya justru berkebalikan. Bukan Bu Mega, tetapi efek Jokowi yang membuat suara PDIP terangkat. Zulfikar Akbar mengaku bahwa ia merupakan salah satu orang yang memilih PDIP karena keberadaan Joko Widodo, bukan karena Megawati atau Puan (Maharani).
Twit tersebut berhasil meraup impresi terbanyak dalam pemantauan dengan total 18.233 kali interaksi. Hingga 13 Januari @zoelfick telah menerima setidaknya 1.276 balasan dan 14.765 favorites.
Pada posisi kedua akun yang meraup impresi terbanyak terdapat akun @_mardial_. Akun ini berhasil mengumpulkan 12.485 total impresi dari perbincangan ini. Impresi ini didapat dari twit yang terpantau merupakan unggahan dalam format meme. Baginya, pernyataan Megawati bahwa “biar dia kerempeng, tetapi dia banteng” (merujuk Presiden Joko Widodo) adalah ungkapan yang memantik gelak tawa.
Pro Kontra Warganet Menilai Pidato Megawati
Pro dan kontra masyarakat, yang diwakilkan oleh warganet, dapat ditelisik lebih jauh lagi dengan menyimak kata dengan frekuensi kemunculan terbanyak, yakni kata pidato. Dalam kaitannya dengan topik pidato Megawati, warganet juga menyebut nama Jokowi, Ganjar, Puan, Tasdi, hingga Bung Karno.
Dari sana kita bisa melihat bagaimana pendapat publik terkait konten dan performa Megawati saat berpidato di depan anggota PDIP dalam rangka HUT partai yang ke 50.
Seperti twit bersentimen negatif dari akun media @geloraco yang isinya mengutip pernyataan pengamat politik Rocky Gerung. Rocky berpendapat bahwa retorika Megawati yang selalu membawa nama bapaknya, Soekarno, ia sebut sebagai bentuk politik identitas. Sentimen negatif juga dilayangkan akun @ekowboy2 yang melihat adanya perang terbuka antara Ganjar vs Megawati dari isi pidato tersebut.
Selain menyebut nama Joko Widodo dan Bung Karno dalam pidatonya, Megawati juga menyebut sejumlah nama lain seperti Tasdi, nama mantan supir truk yang sempat menjadi bupati di suatu daerah. Ada kemungkinan Tasdi yang dimaksud adalah mantan Bupati Purbalingga yang pernah ditangkap KPK.
Ekspresi pro tampil dari twit milik @mazzini_gsp dan @yoeskenewas yang membuat ramai perbincangan. Mazzini mengapresiasi isi pidato Megawati yang sempat menyinggung women empowerment melalui sejumlah cerita. Namun sayang menurut pemilik akun narasi ini tidak cukup berdengung di ruang publik.
Sementara itu, Yoes C. Kenawas mencatat bahwa Megawati menunjukkan power-nya ketika ia masih didengar presiden, wapres, menteri, dan ribuan kader meskipun sebagian pidatonya adalah curhat ngalor ngidul. Di bawah ini adalah contoh-contoh lain dari pro dan kontra publik yang berhasil ditangkap Netray Media Monitoring.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.