Pemerintah sekiranya telah menukar tanggal libur/cuti lebaran tahun ini pada akhir tahun menjelang natal dan tahun baru. Kebijakan ini, seperti diketahui secara umum, disebabkan oleh pandemi Covid-19. Pemerintah pada saat itu harus membatasi pergerakan manusia yang biasanya muncul dalam momen mudik lebaran. Namun, ada wacana jika libur pengganti nanti juga akan kembali dihapus. Alasannya adalah perkembangan Covid-19 yang sepertinya tak menunjukan tanda-tanda akan menurun.
Jika libur/cuti pengganti tetap terlaksana pada akhir tahun nanti, pemerintah khawatir bila Indonesia tidak bisa lepas dari masalah tersebut. Atau bahkan semakin bertambah parah dengan munculnya klaster-klaster persebaran virus yang baru. Seperti yang terjadi belakangan ini, saat sejumlah masyarakat tidak menaati protokol kesehatan ketika menghadiri acara yang diselenggarakan ormas dan pimpinannya di Jakarta dan sekitarnya.
Bisa dibayangkan tentu banyak orang yang kecewa dengan penghapusan masa libur pengganti ini. Namun orang akan semakin menyesal jika masalah pandemi Covid-19 ini tak kunjung usai. Berbekal situasi ini, Netray Media Monitoring telah melakukan pemantauan di media sosial Twitter untuk melihat respon masyarakat. Hasilnya bisa disimak di bawah ini.
Pemantauan Netray Soal Penghapusan Masa Libur
Dari pemantauan Netray, sebelum wacana penghapusan beredar, warganet Twitter sudah terlebih dahulu membicarakan isu ini. Tercatat mulai tanggal 13 November, volume perbincangan tidak nol mutlak. Perbincangan warganet pada tanggal itu membahas peningkatan kasus Covid-19 yang dipicu oleh keberadaan libur panjang sebelumnya.
Begitu pula dengan komentar-komentar setelah tanggal 13, sebagian besar masih didominasi perbincangan tentang kemunculan klaster baru serta bagaimana pemerintah seharusnya bisa mencegah peristiwa kerumunan massa yang diselenggarakan oleh sebuah ormas keagamaan di Jakarta.
Isu penghapusan libur panjang di akhir tahun nanti juga sudah mulai muncul pada awal periode pemantauan. Warganet banyak yang menyayangkan mengapa pemerintah memiliki rancangan pengurangan hari cuti nasional untuk mencegah penularan covid-19. Namun bagi warganet pernyataan pemerintah ini kembali lagi terdengar kontraproduktif dengan upaya meredam kerumunan massa ormas.
Hingga beberapa hari selanjutnya, kurva perbincangan terkesan melandai, meskipun tidak hilang sama sekali. Baru kemudian di tanggal 23 November 2020, perbincangan warganet melonjak drastis. Hal ini dipicu pernyataan langsung dari Presiden Joko Widodo untuk mengurangi hari cuti bersama akhir tahun nanti.
Menurut aturan SKB 3 Menteri cuti liburan tersebut akan dilaksanakan mulai tanggal 24 Desember 2020 hingga 1 Januari 2021. Dengan total hari liburan sebanyak 11 hari termasuk hari Sabtu dan Minggu. Mengenai jumlah pengurangan baru akan dibahas hari Kamis 26 November 2020.
Celoteh Warganet soal Penghapusan Masa Libur
Untuk lebih detail lagi, Netray telah menangkap sejumlah cuitan dari warganet yang dinilai merepresentasi pandangan secara umum atau memiliki pengaruh dalam wacana penghapusan masa libur.
Data ini diambil dari diagram Top Account dengan memilih akun pribadi tertinggi di dalam daftar. Akun dari organisasi atau lembaga seperti media massa juga akan dicermati ketika itu mendapat respon yang berkualitas dari warganet.
Pertama adalah cuitan dari akun yang banyak mendapat respon warganet, yakni milik komedian Ernest Prakasa. Ia salut terhadap langkah Presiden Joko Widodo yang mendahulukan kesehatan masyarakat daripada ekonomi. Meski libur panjang bisa mendongkrak kegiatan ekonomi masyarakat.
Selanjutnya cuitan dari @Bobby77H yang menganjurkan umat Nasrani untuk tidak perlu berpergian selama liburan Natal nanti. Selain karena pemerintah akan mengurangi jatah liburan/cuti, situasi pandemi yang tak kunjung usai ini memaksa orang untuk tetap bertahan di dalam rumah.
Tetap saja sangat mudah menemukan cuitan dari warganet yang menyesalkan keputusan ini. Banyak yang berharap agar akhir tahun ini bisa mendapat waktu rehat yang cukup mengingat tekanan tahun ini sudah cukup banyak. Ada pula yang sudah mempersiapkan perjalanan dengan membeli tiket perjalanan namun kemungkinan batal.
Libur Panjang dan Covid-19
Yang menarik dari pemantauan Netray kali ini adalah momen libur panjang memang tidak bisa lepas dari wacana Covid-19. Termasuk saling tuding terkait apa penyebab meningkatnya klaster dalam beberapa waktu belakangan. Seperti sejumlah cuitan di bawah ini yang menyalahkan libur panjang sebagai penyebab klaster baru. Dalam narasi mereka, acara yang dibuat oleh ormas Islam dan pemimpinnya tempo hari bukanlah penyebab bertambahnya klaster baru, tetapi karena libur panjang sebelumnya.
Meskipun belum bisa diklaim kebenarannya mengingat antara acara dan momen libur panjang memiliki waktu inkubasi yang berbeda. Tetapi dari cuitan di atas, secara tak langsung mereka mengamini bahwa libur panjang bisa mendatangkan masalah klaster baru jika tidak diregulasi dengan tegas oleh pemerintah.
Memang akan terdengar kontradiktif ketika dibandingkan dengan diagram sentimen yang menunjukan tingginya pendapat negatif dalam perbincangan ini. Dari yang berhasil dirangkum Netray, terdapat 1.835 cuitan bersentimen negatif. Sedangkan yang memiliki sentimen positif hanya 690 cuitan saja. Artinya masyarakat memang masih berharap libur panjang tetap terjadi di akhir tahun. Namun masyarakat juga khawatir jika momen ini akan menghadirkan klaster baru yang semakin memperpanjang durasi pandemi.
Bagaimana dengan pendapat kalian terkait rencana pemerintah mengurangi jatah libur nanti? Beri komentar di unggahan sosial media Netray dan tetap jaga kesehatan dengan terus menjalankan protokol kesehatan.