Home Blog Page 122

Melucuti Simpul Perbincangan Perpres Miras dari Linimassa Twitter

Keberadaan minuman beralkohol atau yang kerap disebut dengan minuman keras (miras), tak akan pernah diterima secara utuh oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam. Hal ini menimbulkan kontroversi ketika pemerintah berupaya membuat aturan investasi industri miras di beberapa wilayah. Aturan tersebut tertuang di dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 yang selanjutanya akan disebut dengan Perpres Miras.

Minuman keras dinilai memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga pemerintah berniat untuk memanfaatkannya sebagai komoditas penyumbang pajak negara. Akan tetapi, rencana ini sepertinya tidak akan terwujud. Butuh justifikasi yang lebih kuat lagi daripada sekadar prospek ekonomi untuk mengembangkan industri minuman beralkohol di Indonesia.

perpres miras

Sebelum mengawang lebih jauh lagi, Netray Media Monitoring telah memeriksa perbincangan warganet Twitter terkait topik Perpres Miras. Tujuan pemantauan ini adalah untuk mendapat gambaran yang lebih jelas bagaimana berjalannya perdebatan dan diskursus publik, serta mereka-reka prospek masa depan atas keberadaan minuman beralkohol di tengah masyarakat. Simak pembahasannya di bawah ini.

Perbincangan Perpres Miras, Siapa Paling Ramai?

Netray memantau topik perbincangan ini menggunakan kata kunci perpres, miras, dan kearifan lokal. Ketiga kata dan frasa ini sempat menjadi buzzwords di media sosial Twitter. Selain itu, Netray juga menarik cuitan yang mencantumkan tagar #batalkanperpresmiras dan #tolakinvestasimiras. Kedua tagar ini memang sedang trending saat dilaksanakan pemantauan. Periode pemantauan dilakukan pada tanggal 24 Februari hingga 2 Maret 2021.

Hasilnya adalah 43.467 cuitan telah diunggah oleh warganet Twitter dalam yang lebih singkat dari periode pemantauan. Alasannya adalah pada tanggal 24 dan 25 Februari, tidak ditemukan cuitan yang berhubungan dengan topik pemantauan. Wacana Perpres Miras baru naik pada tanggal 26 Februari. Itu pun pada sore hari menjelang petang setelah Hidayat Nur Wahid mengunggah cuitan yang meminta Presiden Joko Widodo mencabut Perpres tersebut.

Setelah cuitan ini gelombang perbincangan dari masyarakat mulai terbentuk. Dengan puncak keramaian terjadi pada hari Selasa lalu tanggal 2 Maret 2021. Total 28.443 cuitan muncul pada hari itu, yang artinya hampir separuh lebih volume perbincangan di sosial media Twitter. Siapa saja yang meramaikan perbincangan Perpres Miras pada tanggal tersebut? Berikut merupakan social network analysis yang berhasil dihimpun oleh Netray.

Dari grafik di atas terlihat bahwa cuitan milik Hidayat Nur Wahid masih ramai mendapat retweet dari warganet. Ia bersama @KING__Vaduka, @Buya_Albahjah, dan @ustadtengkuzul memiliki kedekatan perspektif karena mencuitkan pikiran mereka dengan sentimen netral. Sedangkan akun @malakmalakmal, @kanseulir, dan @Hilmi28 memiliki cara pandang yang berbeda, yakni dengan memberi sentimen negatif.

Perspektif lainnya datang dari akun @PKSejahtera dan beberapa akun lainnya yang memberi sentimen positif. Akan tetapi, jika dilihat secara utuh, ke semua akun di atas berada dalam jejaring yang sama. Audiens mereka saling silang dalam skema mention.

Meskipun cuitan dari Hidayat Nur Wahid mendapat reaksi paling banyak dari warganet, hal ini tak mampu mendorong sentimen netral menguasai perbincangan, Karena sentimen negatif jauh lebih sering ditampilkan oleh warganet sebagai bentuk ketidakcocokan mereka terhadap rencana Presiden Joko Widodo menerbitkan Perpres Miras.

Dari pemantauan Netray, setidaknya terdapat 22.023 cuitan dengan sentimen negatif. Sedangkan cuitan warganet di linimassa yang memiliki sentimen positif hanya 6.052 buah saja. Tentu saja perbedaan ini terlihat sangat mencolok dan hanya dijembatani oleh cuitan bernada netral sejumlah 14.589 unggahan.

Adakah Pro dan Kontra dalam Perpres Miras?

Arus utama perbincangan Perpres Miras di sosial media tentu saja dikuasai oleh suara penolakan. Dengan Partai Keadilan Sejahtera yang memimpin wacana tersebut melalui upaya menaikkan tagar #tolakinvestasimiras. Ormas Islam lain, seperti NU dan Muhammadiyah pun ikut menyuarakan penolakan ini sehingga hampir tidak ada perdebatan jika mengikuti arus utama.

Satu-satunya akun dalam daftar Top Account yang kontra dengan wacana ini hanyalah milik pegiat sosial media Denny Siregar di @Dennysiregar7. Baginya Perpres Miras tidak dipahami oleh publik dengan baik. Aturan investasi bukanlah untuk melegalkan minuman beralkohol di Indonesia karena pada dasarnya kegiatan produksi dan jual beli miras sudah legal bahkan sebelum Perpres ini ada.

Jika apa yang dikatakan Denny Siregar ini benar adanya, seharusnya muncul kelompok yang kontra dengan arus utama. Akan tetapi hal ini tidak terjadi seperti dalam perdebatan di sosial media pada umumnya. Tak muncul tagar tandingan yang biasanya menjadi corak utama sebuah polemik berkembang di Twitter.

Salah satu buzzer pemerintah, yakni @MurtadhaOne1 sempat membuat serangkaian cuitan yang intinya membela kebijakan ini dengan menyampaikan fakta berbeda. Mengutip cuitan tersebut bahwa Perpres Miras justru sudah ada dari zaman kepemimpinan Presiden SBY. Apa yang dilakukan oleh Joko Widodo justru hanya mengatur dan membatasi investasi produksi miras. Bukan untuk melegalisasi miras seperti yang disangka arus utama.

Terlepas dari perdebatan di sosial media seperti yang telah dirangkum Netray Media Monitoring, Presiden Joko Widodo sendiri tidak melanjutkan Perpres ini. Diakui atau tidak, industri minuman beralkohol di Indonesia memang sudah berjalan dan sejumlah daerah bahkan menikmati pendapatan dari komoditas ini. Seperti DKI Jakarta yang memiliki saham di perusahaan produsen bir. Apakah situasi akan berubah di kemudian hari? Tunggu pemantauan dan analisis Netray yang akan datang.

Polisi Virtual Resmi Beroperasi, Warganet Diharap Lebih Bijaksana

Mabes Polri secara resmi telah mengoperasikan Tim Virtual Polisi atau Polisi Virtual pada Kamis 25 Februari 2021 lalu. Polisi Virtual diharap dapat menertibkan para penebar kebencian, fitnah, dan hoaks di dunia maya. Namun, hal ini justru menuai kontroversi oleh berbagai pihak karena dinilai dapat mengancam kebebasan berpendapat dalam bermedia sosial. Tidak hanya itu, bahkan hadirnya Polisi Virtual dinilai dapat menciptakan ruang kriminalisasi baru. Bagaimanakah pemberitaan terkait topik ini di media pemberitaan daring? Seberapa banyak kah media yang membahas hal ini? Simak selengkapnya.

polisi virtual

Netray memantau pemberitaan terkait topik ini sejak 21 Februari 2021 sampai dengan 01 Maret 2021. Berdasarkan pantauan Netray ditemukan sebanyak 56 total pemberitaan terkait topik ini yang berasal dari 28 portal media. Sementara itu, topik pembahasan didominasi oleh kategori terkait Hukum, Teknologi, dan Pemerintah. Kemudian apa saja kah yang menjadi pembahasan oleh media?

Polisi Virtual Mulai Awasi Medsos, Warganet Jangan Nakal!

Seperti diketahui, pada Januari lalu Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengusulkan program Polisi Virtual. Hal ini pun kemudian berhembus ke publik selama beberapa pekan sebelum akhirnya resmi dioperasikan. Adapun alasan dari diadakannya program ini, yaitu Polri ingin mencegah tindak pidana Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Dalam pelaksanaannya, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menyampaikan akan bekerja sama dengan Kominfo dalam menciptakan ruang internet yang nyaman dan aman.

Polisi Virtual akan mengawasi konten yang terindikasi mengandung hoaks di berbagai platform, seperti Instagram, Twitter, dan Facebook. Kemudian, apabila terdapat unggahan yang berpotensi melanggar pidana, Polisi Virtual akan mengambil tangkapan layar untuk melakukan konsultasi dengan tim ahli yang terdiri dari ahli pidana, bahasa, dan ITE. Setelah kemudian terbukti mengandung unsur pelanggaran maka dari pihak Polisi Virtual akan menegur dan memberi peringatan pada pengguna akun tersebut. Oleh karena itu, Polri mengatakan peringatan dilakukan atas pendapat ahli bukan pendapat subjektif penyidik Polri.

Polisi Virtual Dinilai Dapat Menciptakan Ruang Kriminalisasi Baru?

Setelah akhirnya resmi beroperasi program ini pun mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat. Seperti halnya disampaikan oleh Direktur LBH Pers Ade Wahyudin yang dimuat dalam artikel Voice Of Indonesian, operasi Virtual Police yang diatur dalam Surat Edaran Kapolri dinilai kontradiktif dengan hak kebebasan berekspresi di ruang digital. Apalagi tujuan dari Polri sendiri adalah untuk mencegah masyarakat dari jerat UU ITE.

Adapun kekhawatiran lain dari diterapkannya kebijakan ini yakni berpotensi membuka ruang kriminalisasi baru atas interpretasi dari sebuah perbuatan yang dianggap sebagai pencemaran nama baik. Sebab, menurutnya penilaian atas sebuah ekspresi yang dikualifikasikan sebagai sebuah perbuatan pidana sangatlah sulit dan subjektif penilaiannya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Korpolkam) Azis Syamsuddin mengingatkan agar kehadiran Polisi Virtual harus tetap memperhatikan hak masyarakat untuk menyuarakan pendapat. Ia mengapresiasi  kehadiran Polisi Virtual untuk menjaga pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di ruang digital. Akan tetapi, ia mengingatkan Kepolisian untuk tetap memperhatikan hak-hak masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya.

Adanya Polisi Digital diklaim akan menimbulkan rasa takut warganet untuk berkomentar. Hal ini dinilai akan mengancam kebebasan berpendapat dari masyarakat. Wakil Koordinator II Kontras Rivanlee Anandar berpendapat bahwa Polri perlu transparan terhadap kinerja polisi virtual. Selama ini publik belum diberi tahu mengenai prosedur pemantauan. Dalam pelaksanaannya, perlu dijelaskan pula komposisi personel yang bekerja. Lalu berkaitan penilaian sebuah konten, apa saja parameternya. Tanpa transparansi, bisa saja polisi melebihi kewenangan dengan menghakimi warganet.

Menurut Pakar Literasi Digital UGM Novi Kurnia aksi moderasi konten pada pengguna media sosial merupakan langkah baik. Meski demikian, kehadiran Polisi Virtual harus tetap memperhatikan sejumlah aspek dalam pelaksanaannya mulai dari posisi, proses, transparansi, perlindungan data diri, hak pengguna digital, hingga kolaborasi moderasi konten.

Pantauan Media Twitter

Tidak hanya menjadi perbincangan di media pemberitaan daring, topik seputar Polisi Virtual juga ramai diperbincangkan di Twitter. Netray mengamati topik ini sejak 21 Februari 2021 sampai dengan 01 Maret 2021.

Hasilnya, total cuitan mencapai 1.4K dengan didominasi oleh cuitan bersentimen negatif. Sementara itu topik ini mendapat impresi sebesar 505.2K dengan potential reach sebanyak 54.4M. Kehadiran dari Polisi Virtual ini agaknya mendapat tanggapan yang kurang menyenangkan dari warganet. Hal ini dapat diamati melalui sentimen negatif yang mendominasi.

Terlihat, puncak pemberitaan terjadi pada tanggal 26 Februari 2021. Hal ini bertepatan setelah sehari diresmikannya program ini. Bahkan hingga saat ini topik tersebut masih menjadi perbincangan warganet. Lalu apa saja yang diperbincangkan oleh warganet?

Polisi Virtual Awasi Medsos, Warganet Risih?

Keberadaan Polisi Virtual di media sosial nampaknya menuai pro dan kontra dari warganet. Warganet menganggap hal ini membatasi pergerakan mereka di media sosial yang mereka anggap sebagai ranah privasi.

Sebagian warganet bertanya terkait keberadaan dari Polisi Virtual dan menanyakan urgensi dari dibentuknya kesatuan tersebut. Namun, terdapat juga warganet yang mengapresiasi dan menilai tahapan yang telah disosialisasikan sudah tepat. Hal ini berkaitan dengan keterangan Polri yang menyatakan akan memberi kesempatan meminta pengunggah yang terindikasi melanggar UU ITE untuk menghapus konten tersebut.

Top Categories

Setelah mengamati bagaimana perkembangan pemberitan ini di media daring dan sosial media Twitter, Netray akan menunjukkan top kategori pada topik ini, seperti top people, top organization, dan top portal.

Seperti terlihat pada gambar di atas, nama Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo sebagai penggagas program ini mendominasi kategori top people, demikian juga organisasi yang dikepalainya. Hal ini karena kedua kategori tersebut saling berkaitan, sesuai dengan topik yang menjadi pembahasan. Sementara itu, dalam kategori Top Portal posisi teratas ditempati oleh Republika dan Tempo.

Keberadaan Polisi Virtual diharap dapat menciptakan ruang dunia maya yang aman, nyaman, dan bersih dari hoaks. Namun, tidak sedikit dari warganet yang bertanya-tanya terkait penerapan dan keberadaan dari polisi virtual ini. Warganet justru khawatir program ini dapat menjadi ranah kriminalisasi baru. Tidak hanya itu, adanya Polisi Virtual menuntut pengguna media sosial agar lebih bijak dalam menggunakan maupun mengunggah sebuah informasi. Selain itu, pemerintah dinilai perlu mensosialisasikan program ini secara terbuka pada masyarakat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Demikian hasil pantauan Media Monitoring Netray.

Survei Pilpres 2024, Cek Ombak Elektabilitas Sejumlah Tokoh Politik

Kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) masih akan dilaksanakan pada tahun 2024. Akan tetapi pada akhir Januari lalu, Lembaga Survei Indonesia (LSI) telah melakukan survei untuk mencari tahu siapa calon presiden yang diinginkan oleh masyarakat. Hasilnya, nama Prabowo Subianto menempati posisi tertinggi sebagai calon presiden terbaik Pilpres 2024 untuk sementara waktu.

Perolehan survei ini tentu belum menjadi hasil yang definitif. Masih banyak waktu yang bisa dipergunakan para politisi untuk mendapat simpati yang lebih banyak lagi dari masyarakat. Lantas mengapa survei dan hasilnya dilakukan saat ini? Diskursus apa yang muncul di ranah publik setelah LSI menerbitkan penelitiannya? Sejumlah pertanyaan ini akan coba dijawab oleh Netray Media Monitoring melalui pemantauan media massa daring.

Pemantauan dilakukan selama periode 19 Februari hingga 26 Februari 2021. Sedangkan kata kunci yang digunakan untuk mengkerangkai pemantauan adalah pilpres, survei, && 2024. Hasil dari pemantauan dapat disimak di bawah ini.

Laporan Statistika Survei Pilpres 2024

Sejumlah data statistika berhasil dihimpun Netray selama periode pemantauan topik pilpres 2024. Di antaranya, Netray menemukan bahwa selama 7 hari pemantauan, terdapat 269 berita yang mengandung kata kunci. Sejumlah berita ini diterbitkan oleh 52 media massa daring. Bukan nilai yang cukup tinggi untuk dapat dikategorikan sebagai sebuah topik yang menjadi pemberitaan populer.

Berbicara tentang kategori, terdapat 203 berita yang termasuk dalam kategori berita Politik. Tentu saja kelompok pemberitaan ini mendominasi mengingat secara alamiah penentuan elektabilitas adalah isu politik. Selanjutnya adalah kategori Hukum dengan 32 laporan dan Pemerintahan dengan 18 berita.

Dari periode pemantauan yang sudah ditetapkan, wacana elektabilitas tokoh politik dalam pilpres 2024 mulai muncul pada tanggal 20 Februari 2021. Pemberitaan terus menanjak hingga mencapai puncak tertinggi pada tanggal 23 Februari 2024. Setelah itu kembali menurun secara bertahap hingga akhir periode pemantauan.

Nama Prabowo Subianto memang melejit dalam survei kali ini. Hanya saja dari data yang dihimpun Netray, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan menjadi newsmaker dengan menempati 2 nama terbanyak yang dibicarakan di grafik Top People. Selanjutnya ada Joko Widodo di posisi ketiga, baru Prabowo Subianto dan Ridwan Kamil untuk peringkat lima teratas.

Perilisan hasil survei kali ini juga mengangkat LSI sebagai entitas organisasi yang paling banyak disebut di dalam pemberitaan. Selanjutnya terdapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Partai Demokrat, Kepolisian Republik Indonesia, dan Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia. Mengapa sejumlah organisasi ini menempati posisi tertinggi dalam pemantauan? Penjelasan atas hal ini akan dilakukan di subbab pembahasan selanjutnya.

Menggali Perspektif Media Massa Daring

“Nama” seseorang , dalam konteks ini adalah nama tokoh politik yang dinilai publik memiliki kans maju pilpres, menjadi inti utama topik survei Pilpres 2024. Analisis atas pantauan Netray akan berfokus pada pemberitaan yang menyebutkan nama politisi yang memiliki peluang berkompetisi. Media massa berperan untuk membentuk citra dari masing-masing tokoh sehingga mendapat tempat di/hati pemilih nanti.

Dibandingkan dengan hasil survei, media massa ternyata memiliki kehendak yang berbeda ketika nama Ganjar Pranowo menempati posisi tertinggi disusul oleh Anies Baswedan. Sepak terjang kedua figur ini dalam memimpin daerah masing-masing ternyata mendapat perhatian khusus dari publik melalui media massa. Jika mereka terlihat mampu memerintah dengan baik, bukan tidak mungkin Ganjar dan Anies akan bersaing dalam Pilpres 2024. Atau malah bersatu, siapa yang tahu.

Meskipun nama Ganjar cukup mentereng di dalam topik survei Pilpres, langkahnya sepertinya tidak akan mulus. Pasalnya rintangan lain yang harus dihadapi Ganjar justru datang dari internal partai. PDIP melihat bahwa Ganjar bukan hanya satu-satunya kader partai yang dinilai kompeten untuk maju ke level nasional. Kader lain seperti Tri Rismaharini, Puan Maharani, dan lainnya juga punya kemungkinan untuk maju/diajukan.

Sedangkan permasalahan Anies Baswedan tentu saja tak bisa lepas dari bagaimana ia membawa DKI Jakarta selama kepemimpinannya. Isu banjir akan menjadi ganjalan yang paling berat untuk mendongkrak popularitas Anies dalam pilpres nanti. Selain itu, partai yang mendukungnya saat ini, PKS tidak memiliki suara yang cukup di luar Jakarta. Namanya memang menjadi newsmaker, tetapi Anies harus melakukan konsolidasi kekuatan politik yang lebih luas lagi untuk bertarung di level nasional.

Yang menarik justru adalah kemunculan kembali nama Joko Widodo dalam bursa. Sejumlah pihak berharap Jokowi akan dipasangkan dengan Prabowo sebagai tokoh dengan elektabilitas tertinggi. Hal ini tentu menyalahi aturan perundang-undangan tentang Pemilu. Wacana tersebut didukung oleh Partai Nasdem yang juga tidak menginginkan adanya revisi undang-undang. Dari sini terjawab mengapa kategori berita hukum mendapatkan pemberitaan yang cukup banyak.

Lantas bagaimana dengan nama politisi lain yang digadang-gadang akan maju dalam pemilihan presiden seperti Ridwan Kamil, Moeldoko, dan Agus Yudhoyono? Posisi Ridwan Kamil (RK) hampir mirip dengan kedua nama teratas hanya saja permasalahan RK adalah tidak menjadi kader salah satu partai, mirip dengan Anies. Sedangkan dua nama terakhir bisa dibilang sedang tersedot dalam sebuah pusaran konflik dengan tajuk ‘kudeta Partai Demokrat’. Mau tak mau permasalahan semacam ini akan mempengaruhi persepsi publik dan elektabilitas mereka.

Membangun wacana ketokohan dalam politik tak bisa dilakukan dalam sekejap waktu. Survei semacam yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia ini adalah bagian dari proses pembentukan persepsi publik terhadap citra seorang tokoh politik. Citra ini dipupuk melalui setiap pemberitaan positif atau tercedera dengan berita negatif.

Frekuensi kemunculan tokoh politik dalam media massa juga menyumbang nilai yang sangat besar bagi kepopuleran seseorang. Semakin ia sering muncul di media massa, semakin banyak pemilih yang tahu tentang keberadaan figur tersebut sehingga menambah kans dan preferensi untuk dipilih dalam demokrasi elektoral. Kekuatan ini yang mendorong mengapa survei semacam ini bisa diadakan jauh sebelum momen Pilpres itu sendiri. Atau yang biasa orang sebut dengan “cek ombak”.

Wacana Merger Indosat dan Tri; Solusi Memperkuat Posisi di Pasar Indonesia?

Merger atau penggabungan dua perusahaan dengan bidang bisnis yang sama sedang menjadi tren. Tidak sedikit perusahaan yang memiliki wacana untuk mengambil langkah ini, seperti halnya pemberitaan merger perusahaan transportasi Gojek dan Grab. Kini giliran perusahaan operator seluler Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia yang dikabarkan akan melakukan hal serupa. Meski kabar tersebut masih berupa wacana namun tidak sedikit media pemberitaan daring yang memberitakan hal ini. Lalu, seperti apa perkembangan pemberitaan ini di media pemberitaan daring? Apakah warganet juga membicarakan hal ini?

Netray melakukan pemantauan untuk melihat bagaimana kabar terkini wacana merger antara Indosat dan Tri. Pemantauan dilakukan selama periode 13 Februari-26 Februari 2021

merger indosat dan tri

Hasilnya, topik wacana merger Indosat dan Tri diberitakan sebanyak 43 artikel oleh 24 portal media. Kabar mergernya kedua perusahaan ini terlihat kurang menggema dengan jumlah artikel yang terbilang sedikit.

Hongkong CK Hutchison Holdings Ltd dikabarkan tengah melakukan pembicaraan lanjutan dengan Ooredoo QPSC sebagai pemegang saham mayoritas PT Indosat Tbk (ISAT) terkait merger bisnis operator telekomunikasi di Indonesia. Selain itu, kabar tersebut diperkuat oleh media yang memberitakan bahwa Indosat telah menjual beberapa menaranya. 

Media pemberitaan menyebutkan PT Indosat Tbk akan menjual sekitar 4.000 menara telekomunikasi Indosat di tahun ini. Rencana ini masih dalam tahap promosi dengan mitra potensial yang tidak disebutkan oleh Indosat. Lantas hasil penjualan menara tersebut akan digunakan untuk investasi perluasan jaringan 4G di Indonesia guna memperlancar pengembangan bisnis penggabungan usaha dengan PT Hutchlson 3 Indonesia. 

Apakah Merger Merupakan Solusi atas Perang Harga? 

Faktanya setiap bisnis selalu ingin mendominasi pasar. Oleh karena itu, persaingan harga menjadi hal yang utama sehingga mergernya kedua perusahaan tersebut diperkirakan akan memperkuat posisi keduanya di pasar Indonesia yang semakin kompetitif. 

Tentu saja adanya perang harga tersebut karena para pelaku bisnis operator seluler berebut menarik pelanggan. Pengamat Telekomunikasi Heru Sutadi menyebutkan bahwa, mergernya Indosat dan Tri dapat menambah layanan basis internet menjadi lebih baik. Ungkapan Heru tersebut, membuat media menerka seberapa cepat kualitas jaringan internet hasil penggabungan kedua perusahaan tersebut.

Media pemberitaan menuliskan analisis Opensignal terkait kecepatan internet yang diperoleh pelanggan jika Indosat dan Tri bergabung menjadi satu operator. Jika dilihat berdasarkan 4 kategori, yakni Download Speed Experience atau kecepatan unduh, Upload Speed Experience atau kecepatan unggah, Video Experience atau kualitas video dan Games Experience maka Indosat dinilai lebih unggul dalam memberikan kecepatan unduh dan unggah. Sedangkan Tri lebih unggul pada kecepatan streaming video dan game. Artinya dapat diambil simpulan bahwa apabila Indosat dan Tri bergabung kecepatan unduh dan unggah diprediksi mencapai 5,4 Mbps unggul tipis dari rata-rata operator lainnya yang hanya sekitar 5 Mbps. Kemudian untuk kecepatan game dan streaming video diprediksi mencapai 58,1 poin lebih tinggi dibandingkan rata-rata operator seluler nasional lainnya. 

Wacana Merger Indosat dan Tri di Twitter

Selain memonitor media pemberitaan dengan memasukan kata kunci dan rentang waktu yang sama, Netray juga melakukan pemantauan pada media sosial Twitter. Lalu, seberapa ramai warganet memperbincangkan wacana tersebut?

Perbincangan warganet tidak jauh dari artikel media pemberitaan. Terlihat melalui top word di atas, kata merger dikelilingi oleh kata nasib, internet dan telkomsel. Kesimpulannya warganet juga mempertanyakan nasib internet di Indonesia apabila Indosat dan Tri melakukan merger. Bahkan digadang-gadang kualitas sinyalnya dapat diadu dengan Telkomsel yang dinilai sebagai operator seluler paling stabil. Berikut gambaran statistiknya. 

Selama dua pekan pemantauan, topik terkait wacana penggabungan Indosat dan Tri hanya menarik warganet sebanyak 62 cuitan. Hal ini memperlihatkan bahwa banyak warganet yang tidak mengetahui kabar mergernya kedua perusahaan operator seluler tersebut. Bahkan beberapa cuitan berasal dari media pemberitaan yang menuliskan cuitan berita pada akun resmi Twitter portal medianya.

Seperti contoh cuitan dari @CNNIndonesia dan @detiknet yang menuliskan kembali artikel berita tentang nasib internet Indonesia apabila Indosat dan Tri bergabung. Penggabungan kedua perusahaan tersebut mengubah peta persaingan operator seluler di Indonesia sekaligus sebagai penantang terkuat Telkomsel. Berikut cuitan negatif warganet yang mengomentari wacana penggabungan Indosat dan Tri.

Ungkapan ketidakrelaan warganet apabila Indosat dan Tri merger ialah karena dinilai akan membuat sinyal semakin lemot. Sebab menurut warganet kedua operator tersebut dikenal dengan operator yang stabil gangguannya. Sehingga apabila kedua operator seluler tersebut bergabung menimbulkan pertanyaan; akankah semakin lebih baik atau justru tidak ada perubahan?

Penutup 

Wacana bergabungnya PT Indosat Ooredoo dengan PT. Hutchison 3 Indonesia sepertinya akan membawa kebaruan untuk persaingan bisnis telekomunikasi di pasar Indonesia. Selain untuk memperkuat kedudukan masing-masing perusahaan, bergabungnya dua perusahaan ini juga dinilai dapat memperbaiki kualitas jaringan. Media pemberitaan memperkirakan keunggulan yang akan diterima pelanggan apabila kedua perusahaan tersebut bergabung. Namun warganet justru mengungkapkan hal yang bertolak belakang. Warganet merasa keberatan dengan bergabungnya kedua perusahaan ini karena ditakutkan justru akan menghasilkan kualitas yang tidak sesuai dengan harapan.

Kabar tersebut hanya baru wacana, sampai saat ini belum ada kejelasan resmi dari kedua perusahaan terkait kabar merger yang telah beredar. Apapun itu, semoga jaringan telekomunikasi di Indonesia semakin baik. Sekian analisis Netray. 

Twitter Kembangkan Fitur Spaces; Kompetitor Clubhouse?

0

Setelah aplikasi Clubhouse naik daun dalam beberapa waktu belakangan, kini Twitter pun tengah mengembangkan fitur serupa bernama Spaces. Twitter agaknya tidak ingin ketinggalan untuk menyematkan fitur berbasis audio dalam aplikasinya. Hal ini kemudian menjadi perbincangan publik yang menilai fitur ini akan menjadi kompetitor bagi Clubhouse. Bagaimanakah perbincangan publik terkait fitur terbaru dari Twitter ini? Simak selengkapnya.

  • Fitur spaces twitter

Puncak Keramaian Warganet Bahas Spaces

Diketahui, Twitter telah meluncurkan aplikasi berbasis audio dalam versi private beta untuk sebagian kecil pengguna iOS. Bahkan seolah tak ingin ketinggalan dari kompetitornya, selama seminggu belakangan Twitter juga tengah fokus mengembangkan dan melakukan penyempurnaan pada fitur ini. 

Perbincangan untuk topik ini memuncak pada 20 Februari 2021. Hal ini dipicu oleh munculnya pemberitaan tentang Spaces di media daring yang kemudian mendapat sambutan dari warganet. Total perbincangan warganet selama periode pemantauan mencapai 308 cuitan dengan didominasi oleh cuitan bersentimen positif. Apabila dilihat melalui dominasi sentimennya, sepertinya Sapces mendapat tanggapan baik dari warganet.

Spaces Mirip Clubhouse?

Kosa kata “mirip-mirip” menjadi salah satu kosa kata yang kerap digunakan oleh warganet ketika membahas topik ini. Warganet menilai fitur ini mirip atau hampir sama dengan Clubhouse yang telah lebih dulu dikenal luas oleh warganet.

Spaces dinilai mirip dengan Clubhouse lantaran sama-sama merupakan fitur layanan berbasis audio. Terlebih melalui desain tampilan yang dikabarkan juga hampir sama. Spaces juga memuat ruang obrolan berbasis audio yang di dalamnya terdapat host, pembicara, dan pendengar. Spaces bahkan digadang-gadang akan menjadi kompetitor terberat Clubhouse. Lalu bagaimanakah sambutan warganet?

Sambutan Positif untuk Spaces

Seperti yang disinggung di awal, Spaces mendapat sambutan baik dari warganet. Hal ini terlihat melalui sentimen yang mendominasi pada topik ini. Warganet menilai pengembangan fitur dari Twitter ini merupakan jawaban dari tantangan Clubhouse. Bahkan terlihat antusiasme warganet yang ingin mencoba fitur tersebut. Terlebih, Spaces dapat digunakan oleh para pengguna android, berbeda halnya dengan Clubhouse yang hanya dapat digunakan oleh pengguna iOS sehingga dinilai terlalu eksklusif.

Sambutan Negatif untuk Spaces

Meski didominasi oleh cuitan bersentimen positif, munculnya fitur ini juga mendapat sambutan negatif dari sebagian warganet. Fitur yang tengah dikembangkan oleh Twitter ini dikabarkan kalah start oleh kompetitor lainnya, yakni Facebook yang juga tengah menggarap aplikasi sejenis. Bahkan warganet menilai fitur ini memiliki unsur plagiarisme. Warganet juga mempertanyakan manfaat dari media sosial berbasis audio ini.

Penutup

Spaces dianggap sebagai kompetitor terkuat atau respon atas mencuatnya popularitas Clubhouse beberapa waktu belakangan. Kemunculan fitur ini juga dianggap menambah deretan panjang persaingan dunia digital saat ini yang semakin berkembang pesat. Warganet menilai fitur ini “mirip-mirip” dengan aplikasi serupa, yakni Clubhouse. Oleh karena itu, tak heran apabila sebagian warganet justru mempertanyakan soal plagiarisme dalam pengembangan fitur Spaces ini. 

Dari Gudang Garam hingga Esse: Inilah 6 Merek Rokok Paling Dibicarakan di Media Sosial

1

Rokok menjadi topik hangat di media sosial setelah sejumlah merek populer seperti Gudang Garam Surya, Esse, hingga Marlboro ramai disebut dalam percakapan warganet. Tak hanya soal rasa, harga, dan aroma, preferensi terhadap merek rokok ternyata mencerminkan selera dan kebiasaan konsumennya. Melalui pemantauan media sosial, Netray menemukan merek-merek rokok yang paling sering disebut dan mendapat impresi tinggi dari pengguna Twitter.

Mengapa Rokok Trending?

Perbincangan #rokok di media sosial Twitter bermula dari cuitan akun @dr_koko28 yang menyarankan beberapa tahapan sebelum vaksin seperti menjauhi rokok. Sontak cuitan tersebut memperoleh interaksi dari warganet. Banyak warganet yang mengaku kesulitan mengurangi rokok karena telah menjadi candu. Perbincangan soal tahapan vaksin yang menyinggung soal konsumsi rokok tersebut lantas melebar pada diskusi soal beberapa merek rokok pilihan warganet. Dari sejumlah merek rokok kesukaan warganet, berikut 6 di antaranya yang paling banyak mendapat impresi.

6 Merek Rokok yang Direkomendasikan Warganet

  • rokok dan vaksin
  • rokok gudang garam surya
  • rokok esse
  • rokok marlboro
  • rokok sampoerna
  • rokok djarum
  • rokok camel
  • merek rokok
1. GUDANG GARAM SURYA 

Surya merupakan merek rokok yang menjadi sorotan pertama perbincangan. Rokok ini diproduksi oleh PT Gudang Garam Tbk, salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia yang telah berdiri sejak 1958. Varian Gudang Garam Surya sendiri mulai diperkenalkan pada dekade 1980-an dan dikenal sebagai rokok kretek filter yang menyasar berbagai segmen pasar. Impresi warganet tentang rokok ini yakni memiliki bau yang harum, gurih, dan nikmat ketika dihisap. Selain itu, harganya yang berkisar antara Rp20.000–25.000 per bungkus dianggap masih dapat dijangkau oleh kantong semua lapisan masyarakat.

2. ESSE

Merek rokok selanjutnya yang sering disebutkan dalam perbincangan warganet adalah Esse. Rokok ini merupakan produk asal Korea Selatan yang diproduksi oleh Korea Tobacco & Ginseng Corporation (KT&G), dan mulai dikenal luas di Indonesia sejak awal tahun 2000-an. Esse dikenal sebagai rokok mild dengan filter tipis dan rasa yang ringan, terutama menyasar konsumen muda dan pemula. Warganet menilai rokok Esse tidak terlalu pahit dan harganya cukup menjangkau kantong semua kalangan, yakni di kisaran Rp20.000–27.000 tergantung varian. Varian Esse yang menjadi primadona adalah Esse Berry Pop karena sensasi rasa buah yang manis dan segar.

3. MARLBORO

Marlboro adalah merek rokok internasional yang diproduksi oleh Philip Morris International dan telah hadir di Indonesia sejak tahun 1980-an. Dikenal sebagai rokok putih dengan citra premium, Marlboro menawarkan berbagai varian, baik mild maupun strong, yang menyasar kalangan menengah ke atas. Rokok ini menjual produk dalam kemasan yang direnggangkan, yakni dua rokok lebar dengan sepuluh rokok panjang. Hal ini dinilai menambah kesan eksklusif dalam pengemasannya. Sementara itu, varian yang paling disukai karena terkesan eksklusif adalah Marlboro Merah, yang dikenal memiliki rasa kuat dan tegas. Harga Marlboro di pasaran umumnya berada di kisaran Rp30.000–40.000 per bungkus, tergantung lokasi dan jenis.

4. SAMPOERNA

Sampoerna merupakan salah satu produk rokok legendaris di Indonesia yang pertama kali diproduksi pada tahun 1913 oleh Liem Seeng Tee, pendiri PT HM Sampoerna Tbk. Merek ini dikenal luas melalui varian Sampoerna A Mild, yang menjadi pelopor rokok kretek mild di Indonesia. Produk rokok pertama di Indonesia ini juga tidak kalah dari pesaingnya. Selain melegenda, rasanya dianggap masih tetap juara. Meski terdapat pula warganet yang merasa rokok ini semakin menurun kualitasnya. Di pasaran, harga Sampoerna A Mild berkisar antara Rp25.000–35.000 per bungkus, tergantung wilayah dan ukuran kemasan.

5. DJARUM 

Djarum adalah merek rokok asal Kudus, Jawa Tengah, yang diproduksi oleh PT Djarum sejak tahun 1951. Perusahaan ini dikenal tidak hanya karena produk rokoknya yang kuat dalam tradisi kretek, tetapi juga melalui program tanggung jawab sosialnya seperti Beasiswa Djarum Foundation. Ciri khas produk rokok Djarum adalah harum rokoknya yang sangat kuat sehingga untuk beberapa orang tertentu tidak begitu menyukainya. Namun, bagi peminat rokok dengan bau yang sangat kuat, rokok Djarum adalah pilihannya. Dari beberapa produk rokoknya, Djarum Coklat menjadi primadona warganet karena cita rasa tradisionalnya yang pekat. Harga Djarum Coklat di pasaran umumnya berkisar antara Rp20.000–28.000 per bungkus.

6. CAMEL

Camel adalah merek rokok asal Amerika Serikat yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1913 oleh perusahaan R.J. Reynolds Tobacco Company. Di Indonesia, produk ini dipasarkan oleh Japan Tobacco International (JTI) dan dikenal sebagai salah satu rokok impor yang memiliki cita rasa khas.

Produk rokok Camel menggunakan campuran tembakau dari Turki dan juga Virginia. Hal itu menghasilkan ciri khas tersendiri pada saat rokok ini dibakar. Bau asap yang dihasilkan dari campuran tembakau tersebut membuat sebagian warganet merasa pusing, bahkan mules. Namun, sebagian lainnya justru merasa cocok dengan perpaduan campuran tembakau tersebut, terlebih pada varian Camel Ungu, yang memiliki aroma dan rasa yang lebih lembut. Harga rokok Camel di pasaran umumnya berada di kisaran Rp35.000–45.000 per bungkus, menjadikannya sebagai produk kelas menengah ke atas.

Baca Juga: Rokok Elektrik Versus Rokok Tembakau: Pilihan Warganet Mana Nih?

Ramainya perbincangan soal rokok di media sosial mencerminkan bagaimana preferensi konsumen dapat terlihat jelas melalui percakapan digital. Dari berbagai merek yang disebutkan, Gudang Garam Surya dan Esse menjadi dua rokok yang paling banyak menyita perhatian warganet, baik karena rasa, harga, maupun citra merek yang melekat. Fenomena ini menunjukkan pentingnya memahami persepsi publik terhadap sebuah produk—terutama dalam lanskap digital yang serba cepat.

Ingin tahu bagaimana merek atau produk Anda diperbincangkan di media sosial? Coba layanan media monitoring Netray secara gratis dan temukan insight penting langsung dari percakapan publik. Pantau tren, tanggapan konsumen, hingga potensi krisis secara real-time dengan lebih mudah melalui Netray.id.

Editor: Winda Trilatifah

Memantau Topik Banjir Jakarta, Gubernur Anies, dan Keluh Masyarakat

Terdapat satu misteri yang selalu datang di DKI Jakarta setiap tahunnya. Yakni, apakah saat ini Jakarta sudah bebas dari banjir atau belum? Sudahkan pemerintah berhasil mengelola bencana yang sempat menjadi wajah dari ibukota selama bertahun-tahun? Pertanyaan yang sama masih muncul tahun ini, meskipun satu persatu pemimpin telah silih berganti menjajakan janjinya menyelesaikan masalah banjir Jakarta.

Hanya saja fakta di lokasi memperlihatkan cerita yang berbeda. Sejumlah lokasi di Jakarta tetap terendam air, atau yang biasa disebut banjir, setelah mendapat guyuran hujan selama beberapa waktu. Keadaan ini akan selalu menjadi hal yang menarik pembahasan dari khalayak ramai.

Untuk melihat seperti apa perbincangan ini berlangsung, Netray Media Monitoring telah melakukan pemantauan di linimassa Twitter dan pemberitaan media massa. Tujuannya adalah untuk melihat framing dan perspektif publik terhadap fenomena yang hingga sekarang masih berlangsung. Pemantauan dilakukan selama periode 16 Februari 2021 hingga 22 Februari 2021 dengan kata kunci jakarta, banjir, dan anies.

Laporan Statistika Wacana Banjir Jakarta

Media Massa

Banjir pemberitaan terjadi selama pemantauan media massa. Hanya dalam kurun tujuh hari, 1.303 berita yang mengandung kata kunci telah terbit. Laporan ini diterbitkan paling tidak oleh 72 portal berita daring dalam negeri.

Hampir sebagian besar berita tergolong dalam kategori Bencana, yakni dengan 970 laporan. Kategori dengan berita terbanyak kedua adalah Pemerintahan. Hanya saja kuantitas berita untuk kategori ini cuma 165 laporan saja.

Portal berita yang paling banyak melakukan liputan atau menulis laporan adalah laman voi.id dengan total sebanyak 150 artikel. Disusul dengan tempo.co sebanyak 67 artikel, dan cnnindonesia.com menulis 65 laporan yang mengandung kata kunci. Untuk lebih lengkapnya bisa disimak di grafik di bawah ini.

Sejak hari pertama pemantauan, yakni tanggal 16 Februari, kuantitas pemberitaan meningkat drastis pada tanggal 20 Februari dan 21 Februari 2021. Lebih dari 400 artikel terbit pada dua hari ini, yang jauh berbanding dengan rerata hari biasa. Peningkatan ini terjadi karena banjir mulai terasa dampaknya pada saat itu.

Media Sosial Twitter

Selain memantau pemberitaan di media massa, Netray Media Monitoring juga mengamati perbincangan warganet di linimassa Twitter. Hasilnya adalah selama periode pemantauan ditemukan 32.712 cuitan yang mengandung kata kunci. Warganet mulai aktif membicarakan kata kunci sejak tanggal 20 Februari dengan total postingan sebanyak 5.385 cuitan dalam sehari. Hingga akhir periode pemantauan, terdapat 18,3 juta kali interaksi warganet dan secara potensial perbincangan ini dapat menjangkau 130,5 juta akun.

Puncak perbincangan terjadi lusa, yakni pada tanggal 22 Februari 2020. Diketahui hampir 18.289 cuitan meramaikan topik banjir Jakarta terbaru, atau separuh lebih dari volume cuitan yang berhasil dikumpulkan oleh Netray selama pemantauan. Tentu saja cuitan ini akan dibagi lagi menurut sentimen masing-masing.

Apabila pembaca mengikuti sejarah banjir di Jakarta, bencana ini tidak lagi dianggap musibah yang tak terelakkan. Ada upaya tertentu yang seharusnya mampu memberikan hasil yang berbeda. Karena warga Jakarta masih mendapati wilayahnya tergenang banjir, maka sangat wajar jika sentimen dari pemantauan perbincangan kali ini cenderung mengarah ke negatif. Total terdapat 19.204 cuitan bermuatan sentimen negatif berbanding 8.100 cuitan saja yang bernada positif.

Perspektif Pemberitaan Media Massa

Karena kuantitas pemberitaan dengan topik banjir Jakarta terhitung cukup tinggi, akan membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit untuk mencermati sudut pandang apa saja yang digunakan media massa dalam melaporkan peristiwa ini. Maka dari itu bakal lebih mudah jika menggunakan salah satu fitur Netray Media Monitoring yakni Hot Issue.

Melalui fitur ini, dapat dilihat isu apa saja dari pemberitaan terkait kata kunci yang paling populer diangkat oleh media massa daring. Isu pertama adalah klaim Anies Baswedan bahwa banjir Jakarta kali ini karena mendapat kiriman dari Bogor. Mendengar pendapat tersebut, walikota Bogor, Bima Arya membantah bahwa mengurusi banjir tak hanya bisa ditangani saat musim hujan saja.

Isu kedua adalah aksi penyelamatan korban banjir yang dilakukan oleh pasukan marinir. Di dalam klaster ini, berisi pemberitaan tentang bagaimana Pemda DKI mengelola bencana banjir. Apa saja langkah pemerintah setempat dalam memitigasi bencana tersebut. Mulai dari pemungsian waduk hingga menyiapkan pengungsian.

Klaster isu terakhir adalah pemberitaan yang menyoroti hubungan wacana banjir dengan sejumlah tokoh politik yang pernah memimpin Ibukota Jakarta. Mengingat permasalahan banjir yang sudah sangat melekat di dalam masyarakat Jakarta, mau tak mau mereka akan membandingkan bagaimana kinerja setiap pemimpin yang pernah ada.

Keluh Kesah Warga(net) Jakarta

Dalam laporan statistika, sudah dijelaskan bila cuitan dengan sentimen negatif jauh mendominasi perbincangan dengan topik banjir Jakarta kali ini. Bisa diprediksikan bahwa sentimen tersebut selain berisi curahan perasaan duka karena curah hujan yang tak kunjung surut, adalah ungkapan kekecewaan warga karena banjir masih saja terjadi meski pemimpin terus berganti.

Anggapan ini agaknya cukup benar, tetapi tidak bisa dikatakan tepat 100 persen. Alasannya adalah situasi politik di Jakarta yang sudah sangat tersaturasi ideologi politik faksional. Yang artinya akan selalu ada kubu-kubu yang berseberangan dalam melihat satu fenomena tak peduli keadaan objektif dari fenomena tersebut.

Buktinya adalah dalam grafik Top Accounts, atau akun mana saja yang menjadi corong utama perbincangan, adalah akun-akun yang kerap bersilang pendapat dalam wilayah DKI Jakarta. Sebut saja seperti akun @maspiyuaja, @FerdinandHaean3, @PutraWadapi, dan @ustadtengkuzul. Mereka ini jika disederhanakan adalah pendukung garis keras dari kubu yang berseberangan, yakni antara Anies Baswedan dengan Ahok/Joko Widodo. Nama mereka masih kerap disebut oleh masing-masing pendukung sehingga muncul di dalam grafik Word Clouds.

Perbincangan warganet adalah upaya mendukung sebuah narasi, seperti narasi banjir merupakan kiriman dari Bogor dengan kemunculan kata tersebut dalam grafik di atas, atau mencela pernyataan bahwa banjir kali ini mendapat bantuan dari Tuhan karena segera surut yang nyatanya masih berlangsung beberapa hari.

Wajah perbincangan yang sama sekali tidak menyenangkan untuk didengar karena masalah kemanusiaan dikorbankan untuk kepentingan politik. Bencana sebaiknya tidak dijadikan arena untuk saling serang antar kubu dan mempengaruhi persepsi publik. Berkuasa adalah kepentingan politik sesaat, sedangkan memerintah merupakan tanggung jawab pemimpin untuk menyejahterakan masyarakat.

Membaca Framing Topik Esemka dari Perspektif Media Pemberitaan Daring

Nama mobil Esemka naik sejak Joko Widodo menjabat sebagai Wali Kota Solo sekitar tahun 2012. Kala itu Jokowi memperkenalkan produk buatan PT. Solo Manufaktur Kreasi sebagai mobil dinas bersama F.X. Hadi Rudiyatmo.

Sejak saat itu, eksistensi mobil Esemka selalu menyita perhatian publik. Esemka lantas digadang-gadang bakal menjadi mobil nasional seiring melambungnya pamor Jokowi. Sejumlah pengembangan dilakukan hingga sertifikat lolos uji berhasil dikantongi pada 2012 lalu. Namun, setelah Jokowi hijrah ke ibu kota lantaran terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi Presiden RI usai Pemilu 2014, gaung Esemka justru kian melemah.

Esemka kembali menggema saat gelaran Pilpres 2019. Kala itu lawan politik Jokowi dengan gencar mencibir janji soal mobil nasional yang tak kunjung terwujud. Oleh karena itu, Esemka kerap disebut sebagai cerminan janji politik Jokowi yang tak pernah ditepati.

Pasang-surut eksistensi mobil Esemka yang telah melekat sebagai ‘mobil misterius’ dan janji politik Jokowi yang tak pernah ditepati menarik perhatian Netray untuk melakuakan pemantauan. Dengan menarik mundur data media pemberitaan selama satu semester, Netray berharap kata kunci esemka dapat memberikan gambaran bagaimana media mengemas pemberitaan bertopik Esemka dan kabar terkait Esemka terkini dapat diketahui. Berikut hasil pantauan dalam dashboard Media Monitoring Netray.

Angka 178 yang dapat ditemukan untuk pemberitaan terkait Esemka di media pemberitaan selama 6 bulan terakhir mengindikasikan bahwa topik ini tidak begitu menarik perhatian selama satu semester ini. Selain membicarakan Esemka dalam kaitannya dengan ranah Otomotif, topik ini juga masuk dalam ranah Politik. Mengapa demikian? Simak analisisnya berikut.

Peak Time Pemberitaan Mobil Esemka di Media Pemberitaan

Hal pertama yang menarik dari pemantauan ini adalah melihat Peak Time pemberitaan topik Esemka.

esemka

Jika dilihat grafiknya, keramaian publik memberitakan topik ini paling tinggi terjadi di bulan Februari dengan intensitas pemberitaan di angka 80 artikel. Hal ini paling tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang hanya berkisar 20 artikel setiap bulannya. Berikut sejumlah isu yang menghiasi pemberitaan topik Esemka selama 6 bulan terakhir.

Peluncuran mobil nasional Vietnam dan Malaysia

Industri otomotif di kawasan Asia Tenggara mulai menggeliat. Setelah Vietnam memiliki brand bernama Vinfast yang memproduksi mobil listrik, kini Malaysia turut memperkenalkan mobil listriknya. Adalah EV Innovation, perusahaan start-up asal Negeri Jiran yang tengah mengembangkan mobil listrik bernama MyKar.

Kemunculan mobil nasional produksi Vietnam dan Malaysia naik ke media dengan mempertanyakan kabar perkembangan Esemka, mobil yang sempat digadang-gadang sebagai mobil nasional Indonesia.

Pemesanan Online

Seolah menjawab citra misterius yang kerap disematkan publik terhadap Esemka, PT Solo Manufaktur Kreasi membuka pintu pesanan secara online.

Dua varian mobil yang ditawarkan, yakni Esemka Bima 1.2 dan Esemka 1.3. Merujuk website esemkaindonesia.co.id, Esemka telah mengantongi izin produksi delapan jenis kendaraan ringan atau mobil. Dari 8 varian tersebut, terdiri dari tiga jenis mobil, mulai dari pikap yang diwakili Esemka Bima, kemudian SUV ada Esemka Digdaya dan Esemka Garuda 2.0, serta sebuah Esemka Borneo 2.7 D alias diesel.

Instansi Pemerintah yang Menggunakan Mobil Esemka

Selain soal perkembangan inovasi produk, topik Esemka juga banyak dihiasi oleh pemberitaan terkait tokoh ataupun instansi yang memesan dan menggunakan produk ini. Beberapa di antaranya adalah Vendor PLN, PMI, BUMDes Boyolali, TNI AU, dan Menhan Prabowo Subianto.

Dari informasi yang beredar, model pikap Esemka Bima menjadi yang paling banyak dipesan instansi pemerintah. Meskipun jumlah pemesanan tidak terhitung banyak, informasi semacam ini menjadi perlu diberitakan untuk membuktikan kepada publik bahwa Esemka tidaklah barang ‘ghaib’ seperti yang beredar.

Esemka Berhenti Produksi Sementara, Stok Habis

Setelah memamerkan sejumlah instansi yang memesan produk ini, pada Februari 2021, PT Esemka dikabarkan stop produksi untuk sementara. Influencer Fitra Eri yang ingin memboyong produk ini harus menelan rasa kecewa lantaran kehabisan stok.

Humas PT SMK, Sabar Budi membenarkan bila stok kendaraan Esemka kosong karena pabrik sudah lama tidak beroperasi sejak pandemi.

Esemka dan Tesla

Isu terakhir yang menyangkut nama Esemka baru-baru ini adalah soal kerjasama Tesla. Kabar masuknya Tesla ke Indonesia untuk membangun pabrik mobil listrik sempat jadi angin segar bagi masa depan industri kendaraan listrik di Tanah Air. Oleh karena itu, sejak akhir Desember hingga Februari publik berharap-harap cemas kepada keputusan Elon Musk.

Namun, lagi-lagi isu ini hanya sebatas angin lalu yang menguap begitu saja. Tesla dikabarkan telah memiliki rencana baru untuk membangun pabrik di India. Perusahaan digdaya milik Elon Musk tersebut bakal menyiapkan perakitan mobil listrik di Karnataka, negara bagian barat daya India bukan di Indonesia seperti yang santer diberitakan.

Framing Topik Esemka di Media Daring

Untuk membaca framing topik ini, Netray memanfaatkan fitur sentiment analysis dan entity extract. Dengan melihat dominasi sentimen, kategori pemberitaan, dan top entitas, dapat diketahui bagaimana media membungkus topik ini. Apa yang menyumbang sentimen negatif dan positif? Dalam ranah mana topik ini dibicarakan? Serta siapa saja tokoh yang erat dengan topik ini selama satu semester belakangan? Berikut hasil analisisnya.

Melihat deretan entitas di atas, dapat diamati bahwa sebagian besar pemberitaan topik ini dikaitkan dengan tokoh-tokoh politik, seperti Joko Widodo, SBY, Ferdinand Hutahaen, hingga AHY. Hanya nama Sabar yang bukan dari kalangan politisi. Ia tidak lain merupakan Humas PT Solo Manufaktur Kreasi. Dari sini, kita dapat melihat bahwa selama satu semester, topik Esemka lebih banyak dicatut dalam perbincangan politik ketimbang terkait pengembangan produk Esemka itu sendiri.

Esemka, Joko Widodo, dan Sentimen Negatif

Masuk akal apabila nama Joko Widodo muncul sebagai entitas teratas soal topik ini. Esemka seolah telah melekat padanya sebagai janji yang diingat publik. Maka tak heran apabila sumbangan sentimen negatif untuk topik ini paling banyak muncul dari pemberitaan yang berhubungan dengan kepemerintahan Joko Widodo seperti berikut.

Dalam sampel pemberitaan yang membicarakan kepemerintahan Joko Widodo di atas, Esemka tidak dibicarakan secara mandiri dalam ranah Otomotif, melainkan hanya dicatut untuk mengasosiasikan janji politik Jokowi yang dianggap gagal.

Citra Esemka yang telanjur negatif, seperti miterius atau ghaib juga terlihat dalam cuplikan artikel soal UU Cipta Kerja terbitan Batam News berikut.

Esemka dalam Perbincangan Politik Ferdinan Hutahaen

Nama Ferdinand Hutahaen, SBY, dan AHY juga muncul dalam deretan Top Entitas ini karena pada Oktober, kabar mundurnya Ferdinand dari Partai Demokrat ramai diperbincangkan. Lalu apa hubungannya dengan keyword Esemka? Dari pantauan Netray, media ternyata kerap mengutip pernyataan Ferdinand soal perkenalan pertamanya dengan Jokowi.

Sampel artikel di atas dilabeli mesin Netray sebagai netral karena tidak berpengaruh terhadap citra Esemka secara langsung.

Informasi Penjualan Produk dan Upaya Media Memperbaiki Citra Esemka

Sementara itu, sentimen positif untuk topik ini disumbang oleh artikel-artikel yang berusaha menaikkan citra positif Esemka, seperti membahas jumlah pesanan produk serta instansi mana saja yang memesan produk seperti berikut.

Dengan menyematkan judul apresiatif terhadap Esemka, media seolah ingin menghapus citra buruk Esemka yang terlanjur melekat di benak publik. Media ingin masyarakat tahu bahwa Esemka tidak mandek atau benar-benar aktif beroperasi. Dukungan pemerintah terhadap Esemka juga terlihat mengalir dengan adanya pemberitaan seputar pembelian produk dari pihak instansi pemerintah. Artikel semacam ini secara tidak langsung dinaikkan untuk membangun eksistensi Esemka yang selama ini dipertanyakan publik.

Meskipun demikian, citra negatif Esemka masih jelas terlihat, utamanya ketika membahas Pemerintahan Joko Widodo. Label negatif seperti ghaib, misterius, dan asosiasi sebagai janji yang tidak ditepati juga mau tidak mau harus diakui masih melekat pada Esemka.

Demikian hasil pantauan Netray.

Problematika Sampah Masker Medis yang Kian Meresahkan

Semenjak Covid-19 mewabah di Indonesia, masker menjadi kebutuhan utama. Masker medis atau masker sekali pakai merupakan salah satu media penghambat penularan virus corona yang dianjurkan oleh WHO. Namun limbah masker sekali pakai ini justru menimbulkan persoalan baru. Pasalnya, sampah masker kini jumlahnya sangat banyak sementara pengelolaanya belum memadai. 

Netray melakukan pemantauan untuk melihat bagaimana peran media dalam memberitakan masalah sampah masker tersebut hingga keluhan warganet tentang persoalan ini. Berikut hasil pantauan Netray. 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat limbah masker medis Covid-19 meningkat 30%. Media juga menyebutkan bahwa limbah masker Covid-19 yang terkontaminasi organisme patogen dalam jumlah dan virulensi cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan. Jika tidak ditangani secara serius, dikhawatirkan akan menjadi sumber penularan penyakit bagi pasien, petugas kesehatan, dan masyarakat.

Pemerintah terus berupaya untuk mengatasi limbah medis melalui Surat Edaran yang diterbitkan dengan No. SE.02/PSLB3/PLB.3/3/2020 tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3 dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Coronavirus Disease Covid-19). Surat Edaran tersebut berisi tentang tahapan pengelolaan limbah medis yang di lakukan oleh petugas Dinas Lingkungan mulai dari pembuangan, pengangkutan hingga pemusnahan seperti pembakaran dan pencacahan limbah.

Selama pemantauan Netray pada periode 1-23 Februari 2021, topik sampah masker medis diberitakan sebanyak 124 artikel dari 44 portal media berita. Mayoritas pemberitaan didominasi oleh berita tentang sosialisasi pengelolaan sampah medis. Peran media pemberitaan sebagai platform yang cukup didengar oleh masyarakat membuat beberapa portal media beramai-ramai memberitakan tentang tata cara pengelolaan sampah masker medis tersebut. 

Terlihat pada grafik di atas, mulai awal Februari pemberitaan tentang limbah masker sudah cukup ramai. Pergerakan grafik cukup intens, artinya hampir setiap hari berita mengenai limbah masker terus berangsur diberitakan oleh media dengan puncaknya pada 21 Februari. Ada apa di tanggal puncak, 21 Februari?

Pada tanggal 21 Februari puncak grafik berisi pemberitaan tentang BNI dan Satgas Covid-19 yang melakukan sosialisasi penanganan limbah masker. Pemerintah juga diminta untuk serius menangani limbah medis pandemi Corona agar tidak menimbukan masalah yang lebih serius lagi ke depannya. 

Masker memang memiliki fungsi utama sebagai pelindung diri dari virus. Akan tetapi, masker bekas yang tidak diperhatikan pembuangannya dapat membahayakan. Masker medis ini di samping sampahnya sulit terurai oleh tanah, juga dapat mengganggu ekosistem makhluk hidup lainnya. Media juga menyoroti pentingnya penyediaan tempat sampah khusus masker medis sekali pakai. Serta himbauan kepada masyarakat bahwa pengelolaan limbah masker dimulai dari rumah, dengan memotong tali masker bekas sebelumnya.

Top Lokasi dan Organisasi

Keresahan terkait limbah masker ini dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Berikut beberapa lokasi yang dihimpun oleh media pemberitaan. 

Beberapa lokasi di atas merupakan lokasi yang paling sering diberitakan oleh media terkait permasalahan sampah masker medis. Diawali oleh Ibu Kota Jakarta, kemudian kota-kota besar di pulau Jawa, Sumatera, hingga Sulawesi. Media mengangkat pemberitaan terkait sampah masker yang mulai menumpuk pada lokasi-lokasi tersebut. Sementara kapasitas pengolahan limbah medis di beberapa daerah terutama di luar Jawa masih terbatas.

Kebijakan tepat guna pengelolaan limbah Covid -19 masih terus dirancang mengingat limbah medis infeksius covid-19 tergolong sampah berbahaya. Berikut organisasi terkait yang merancang kebijakan untuk pengelolaan limbah medis. 

Organisasi di atas merupakan organisasi yang telah dihimpun Netray pada news media monitoring. Pemberitaan terkait problem sampah masker medis menjadi sorotan penting bagi pemerintah melalui organisasi tersebut. Sehingga nantinya kebijakan yang dikeluarkan dapat menjadi tumpuan untuk pengelolaan limbah medis yang tepat.

Pandangan Warganet tentang Sampah Masker Medis

Selain monitoring media daring, Netray juga melakukan pemantauan pada media sosial Twitter. Bagaimana warganet memperbincangkan problematika sampah masker medis tersebut? Simak berikut ini. 

Hasilnya selama periode pemantauan 1-23 Februari 2021, topik sampah masker diperbincangkan warganet dengan dominasi cuitan bersentimen negatif. Puncak perbincangan terjadi pada 22 Februari 2021.

Cuitan yang mendominasi tanggal puncak berisi seputar himbauan tentang pembuangan masker bekas, seperti melakukan proses disinfeksi dengan merendam masker pada detergen dan menggunting talinya. Proses tersebut selain mengurangi penyebaran virus juga untuk menghindari pemanfaatan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.  Seperti salah satu cuitan dari akun @KATADATAcoid yang menuliskan cara mencegah bahaya limbah masker medis.

Sentimen Negatif untuk Sampah Masker

Berikut beberapa ungkapan warganet dengan bersentimen negatif.

Mayoritas cuitan warganet tersebut didominasi dengan ungkapan keresahan tentang dampak sampah masker medis apabila tidak dikelola dengan baik. Warganet juga mengharap adanya tempat sampah khusus untuk masker medis sekali pakai tersebut supaya pengelolaan limbahnya lebih mudah dan tidak tercecer.  

Gambar populer hasil monitoring dari media sosial Twitter didominasi oleh kampanye Satgas Covid-19 yang mengajak masyarakat untuk mengelola limbah masker dengan benar. 

Penutup

Peran media pemberitaan dalam mengawal topik sampah masker medis sangat diperlukan. Media dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah masker medis dengan tepat. Sebab, tidak sedikit masyarakat yang diwakili oleh warganet merasa bingung bagaimana pengelolaan sampahnya agar tidak berbahaya dan menimbulkan dampak buruk pada lingkungan. Beriringan dengan itu, himbauan pencegahan pembuangan masker medis secara sembarangan juga digaungkan warganet.

Demikian analisis Netray terkait permasalahan sampah masker. Semoga permasalahan ini segera teratasi. Mari bersama-sama mengelola sampah masker medis dengan tepat.

Popularitas Clubhouse dalam Infografik Netray

1

Apa itu Clubhouse? Barangkali sebagian warganet belum mengenal aplikasi yang terbilang baru ini. Popularitas Clubhouse naik dan menjadi perbincangan warganet Indonesia setelah Elon Musk menggunakan aplikasi ini. Bagaimana popularitas Clubhouse yang dipantik oleh penggagas Tesla dapat dicermati dalam artikel Aplikasi Clubhouse dan Popularitas Elon Musk.

Apa itu Clubhouse?

Clubhouse merupakan sebuah aplikasi obrolan berbasis audio yang diluncurkan pada Maret 2020 lalu. Clubhouse memungkinkan pengguna membuat dan bergabung dalam satu ruang virtual untuk mengobrol dengan orang lain dalam panggilan konferensi yang besar. Aplikasi tersebut hanya berbentuk audio, tidak ada gambar, video atau bahkan teks. Selain itu, pengguna juga dapat bergabung dan meninggalkan panggilan kapan saja, mengubah ruangan mana pun menjadi aula rapat umum.

Popularitas Clubhouse dalam Pantauan Netray

Netray melakukan pemantauan terkait perbincangan warganet terhadap aplikasi ini. Berdasarkan pantauan Netray, perbincangan warganet terkait topik ini memuncak pada 11 Februari 2021 dan 15 Februari 2021.

  • apa itu clubhouse
  • popularitas clubhouse
  • clubhouse dan elon musk
  • clubhouse dan vladimir putin
  • tanggapan positif clubhoues
  • tanggapan negatif clubhouse
  • aplikasi clubhouse

Meningkatnya perbincangan terkait Clubhouse pada 11 Februari 2021 dipengaruhi oleh cuitan Bos Tesla Elon Musk. Melalui akun pribadinya ia mengunggah cuitan bahwa ia dan Kanye West akan menggunakan Clubhouse. Hal ini kemudian menyebabkan perbincangan terkait Clubhouse meningkat signifikan.

Sementara itu, keramaian perbincangan warganet pada 15 Februari 2021 juga disebabkan oleh Elon Musk yang mengajak Presiden Rusia Vladimir Putin bergabung dengannya dalam percakapan di Clubhouse.

Clubhouse di Mata Warganet

Sebagian warganet menilai Clubhouse merupakan aplikasi yang cukup menarik. Selain karena materi sharing yang dianggap lebih eksklusif dan insightful, Clubhouse juga dapat digunakan saat tengah melakukan aktivitas lain. Hal ini karena aplikasi ini berbasis audio.

Meski dukungan terhadap aplikasi ini terus mengalir tidak sedikit juga warganet yang kurang menyukai dan memberikan respon negatif terhadap aplikasi ini. Warganet menilai Clubhouse akan sulit bersaing dengan aplikasi mainstream lainnya meski dipromosikan oleh orang-orang terkenal. Hal ini karena mereka menilai Clubhouse merupakan aplikasi yang terlalu eksklusif yang hanya dapat digunakan oleh pengguna Iphone. Bahkan warganet menilai Clubhouse merupakan aplikasi yang menunjukan gap antara golongan kaya dengan golongan miskin.

Penutup 

Popularitas Elon Musk memang cukup mendongkrak aplikasi yang diluncurkan pada Maret 2020 ini. Hal ini dibuktikan dengan grafik perbincangan warganet yang meningkat tajam setelah Elon Musk membuat sesi obrolan di media sosial berbasis audio ini. Sebagian warganet cukup tertarik dengan kemunculan aplikasi ini namun tidak sedikit dari mereka yang menilai aplikasi ini terlalu eksklusif. 

Demikian hasil pantauan Netray.