Presiden Joko Widodo pernah berujar bahwa keberadaan vaksin akan menjadi game changer dalam menghadapi pandemi virus COVID-19. Pernyataan tersebut pertama kali disampaikan oleh Presiden pada momen Sidang Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) September tahun lalu. Jauh sebelum penggunaan perdana vaksin COVID-19, yakni di bulan Maret 2021.
Keberadaan vaksin dan program vaksinasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, saat ini sudah jamak terdengar. Pemerintah Indonesia mengklaim telah memiliki ratusan juta dosis vaksin dari berbagai produsen dan merek. Tentu saja keberadaan vaksin tersebut berasal dari program impor karena sampai saat ini belum ada vaksin yang dibuat di dalam negeri. Sedikit memperlembut, Vaksin Nusantara statusnya masih dalam proses.
Polemik muncul ketika sejumlah informasi krusial terkait Vaksin Nusantara beredar di publik. Informasi penting pertama datang dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang memvonis mati keberadaan vaksin tersebut. Kedua, muncul perlawanan dari sejumlah pihak yang mendukung Vaksin Nusantara. Beberapa nama besar dari kalangan politisi, militer, hingga artis membela keberadaan vaksin yang diinisiasi oleh mantan Menkes Terawan Agus Putranto. Tak sedikit pula yang setuju dengan langkah BPOM. Mereka menolak keberadaan Vaksin Nusantara dengan berbagai alasan.
Di tengah silang sengkarutnya wacana Vaksin Nusantara, Netray Media Monitoring ingin mengurai sejumlah temuan fakta di ranah publik. Tujuannya adalah untuk memberi gambaran yang lebih jelas terkait wacana ini. Mulai dari siapa saja yang menolak dan mendukung, bagaimana respons masyarakat khususnya di dunia maya, hingga perspektif pemberitaan surat kabar online dalam negeri. Berikut merupakan hasil pemantauan dan analisis Netray.
Melacak Kubu Pendukung dan Penentang Vaksin Nusantara dari Pemberitaan Media Massa
Pemantauan wacana Vaksin Nusantara di media massa dilakukan selama periode 14 April hingga 20 April 2021. Kata kunci yang digunakan untuk memfilter laporan adalah vaksin nusantara. Hasilnya ditemukan 1,223 artikel berita yang diterbitkan oleh 98 portal media daring. Sebagian besar pemberitaan termasuk ke dalam kategori Health and Lifestyle sebanyak 746 laporan. Disusul dengan kategori Politik sejumlah 186 artikel dan juga Government sebesar 132. Muncul juga kategori artis yang menyiratkan keterlibatan dukungan sejumlah pesohor dalam negeri terhadap vaksin nusantara, atau sebaliknya.
Merujuk grafik Peak Time selama periode pemantauan, topik Vaksin Nusantara paling banyak diberitakan pada tanggal 17 April 2021. Puncak pemberitaan ini terhitung tidak signifikan karena sejak tanggal 14 April, yakni saat pemberitaan BPOM memvonis mati vaksin nusantara, kuantitas pemberitaan tidak pernah surut. Selalu berada di level 150 lebih artikel perharinya.
Nama eks Menkes Terawan Agus Putranto menjadi newsmaker jika merujuk grafik Top Person. Sebagai salah satu penggagas proyek penelitian Vaksin Nusantara, Terawan menjadi langganan media massa untuk diminta keterangan. Pihaknya banyak memberi pernyataan di media massa terkait perkembangan riset vaksin tersebut. Termasuk sikapnya saat apa yang ia kerjakan mendapat tentangan dari BPOM.
Sosok terpopuler selanjutnya adalah Ketua BPOM Penny Kusumastuti Lukito. Sebagai kubu yang berseberangan dengan dr. Terawan, Penny menjadi sumber utama setiap keputusan BPOM. Termasuk keputusan penghentian izin tes fase 2 karena penelitian yang dilakukan oleh tim Vaksin Nusantara tidak sesuai dengan protokol uji klinik. Permasalahan originalitas juga sempat dibahas BPOM meski tidak menjadi fokus utama.
Kembali ke daftar Top People, nama dua orang politisi nasional muncul di posisi keempat dan kelima. Mereka adalah Gatot Nurmantyo dan Aburizal Bakrie. Keduanya merupakan pendukung dari Vaksin Nusantara. Aburizal bahkan membuat pernyataan yang cukup mengejutkan ketika ia menganggap punya hutang nyawa ke dokter Terawan. Bersama dengan sejumlah anggota DPR dari Komisi IX, Gatot dan Bakrie telah mendapat vaksinasi dari vaksin nasional. Hanya Fraksi PDIP yang tidak ikut karena merasa vaksin tersebut masih kurang uji klinisnya.
Selain yang sudah disebutkan sebelumnya, masih banyak tokoh dan figur yang mendukung keberadaan Vaksin Nusantara. Mantan menkes di era SBY, Siti Fadilah Supari juga berada di kubu Terawan. Termasuk sejumlah artis papan atas seperti penyanyi Anang dan istrinya, Ashanty.
Lantas siapa saja yang mendukung langkah BPOM untuk tidak melanjutkan riset vaksin yang dilakukan oleh Terawan Putranto? Selain Fraksi PDIP dari Komisi IX, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) khawatir bahwa wacana vaksin ini hanya menjadi isu jualan nasionalisme sempit saja. Senada dengan IDI, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa masalah Vaksin Nusantara adalah uji klinis, bukan uji nasionalisme.
Setidaknya 100 tokoh nasional dari berbagai kalangan membuat pernyataan bersama mendukung BPOM. Antara lain mantan Wakil Presiden Boediono, cendekiawan Mustofa Bisri, dokter Tirta, epidemiologi UI Pandu Riono, sutradara Joko Anwar, sastrawan Goenawan Mohamad, hingga putri almarhum Gus Dur, Alissa Wahid. Dari internal pemerintah sendiri dukungan datang atas nama Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang meminta polemik Vaksin Nusantara diselesaikan secara ilmiah.
Untuk kesekian kalinya sosok dokter Terawan Agus Putranto menjadi pusat dari polemik yang berhubungan dengan pandemi COVID-19. Kali ini melalui gagasan vaksin nusantara, Terawan secara tidak langsung memecah publik menjadi dua kubu, mereka yang mendukung dan menolak. Butuh campur tangan pemerintah lebih dalam lagi agar masalah ini tidak berkembang ke arah yang lebih buruk.