Perang antara Rusia dengan Ukraina membuat sejumlah negara ketar-ketir termasuk Indonesia lantaran berdampak signifikan terhadap perekonomian. Perang membuat sejumlah harga komoditas melonjak, salah satunya harga gandum. Sebab Ukraina merupakan salah negara eksportir utama gandum di dunia dan Indonesia.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam 3 tahun terakhir Ukraina merupakan pengimpor gandum terbesar di Indonesia. Bahkan pada laporan terakhir di tahun 2020, impor gandum Indonesia dari Ukraina hampir mencapai angka 30 juta ton.
Sontak saja, dampak konflik yang terjadi antara kedua negara tersebut memberikan pengaruh pada pasokan gandum di Indonesia. Melansir dari Jawa Pos National Network, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa dalam menghadapi konflik tersebut pemerintah harus mulai mengantisipasi kenaikan harga gandum yang menjadi bahan baku makanan olahan dalam negeri.
Keresahan pasokan gandum yang sangat memungkinkan pada kenaikan harga gandum dan makanan olahannya tak hanya dirasakan oleh jajaran pemerintah atau pemerhati ekonom. Warganet pun turut merasakan kekhawatiran tersebut. Tak sedikit warganet yang turut resah dengan adanya konflik yang terjadi pada eksportir gandum terbesar milik Indonesia tersebut.
Bahkan warganet juga mengungkapkan kekhawatirannnya atas dampak yang terjadi apabila impor gandum yang terbatas sehingga mempengaruhi harga komoditas makanan olahan gandum seperti mi instan dan roti. Yang tentu saja akan berpengaruh langsung kepada kaum rakyat menengah ke bawah.
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2020, konsumsi mi instan masyarakat Indonesia telah mencapai 12,6 miliar bungkus setahun. Yang artinya rata-rata konsumsi mi instan Indonesia mencapai 61 bungkus per orang per tahun atau sekitar 4,87 kilogram.
Sontak perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini turut membuat ketar-ketir masyarakat Indonesia, terutama penikmat makanan olahan gandum.
Harga Minyak Sawit Melejit, Rupiah Melemah
Tak hanya berpengaruh terhadap pasokan bahan pangan, kabar terkini lainnya ialah melemahnya kurs Rupiah akibat melejitnya harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO). Mengutip dari IDN Times, kurs Rupiah masih terus melemah dan bertengger pada level Rp14.374 atau melemah 39 poin (-0,27 persen).
Meski demikian Rupiah bukanlah satu-satunya mata uang Asia yang melemah. Beberapa mata uang Asia yang melemah antara lain, Yen Jepang yang melemah 0,07% bersama Dolar Taiwan 0,08%, Won Korea Selatan sebesar 0,38%, Peso Filipina sebesar 0,31%, Rupee India sebesar 0,06% dan Yuan Cina sebesar 0,02%.
Para pengamat keuangan memperkirakan kurs rupiah akan terus melemah selama harga minyak mentah terus merangkak naik. Menurut laporan Investing.com, minyak mentah jenis Brent naik menjadi 111,59 Dolar AS per barel sedangkan minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS juga tembus 110,18 Dolar AS per barel.
Lemahnya kurs rupiah ini juga menggelitik opini warganet Twitter. Dampak konflik Rusia dan Ukraina yang berimbas pada perekonomian Indonesia turut dikhawatirkan oleh warganet. Bahkan warganet juga mencemaskan adanya efek domino yang akan timbul dari konflik dua negara tersebut.
Perbincangan Warganet Soal Perang Rusia Vs Ukraina
Pemberitaan terkait invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina ternyata tak hanya menjadi perhatian media massa. Warganet Twitter pun hingga saat ini juga turut mengawal dan memberikan pendapatnya terhadap kejadian ini. Dalam kurun waktu 24 Februari hingga 2 Maret 2022 pukul 15.30 WIB, kata kunci Rusia dan Ukraina telah diperbincangkan lebih dari 50 ribu akun dalam 376.847 twit.
Bahkan dalam pantauan Media Monitoring Netray, topik ini telah menembus lebih dari ribuan juta impresi dengan potensi jangkauan mencapai 373,4 juta akun. Siapa sajakah akun yang turut meramaikan topik ini di kanal Twitter?
Tiga akun teratas diduduki oleh akun @Marchfoward, @Mentimoen, dan akun @catchmeupid. Ketiga akun tersebut membagika utas yang berisikan terkait konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Seperti halnya akun @Marchfoward yang memberikan berita terkini terkait kondisi perang kedua negara tersebut. Bahkan setiap twitnya tersebut mampu meraih belasan ribu impresi dari warganet.
Simak ulasan isu terkini lainnya di https://analysis.netray.id/ dan analisis mendalam Netray melalui https://medium.com/@netrayID
Editor: Irwan Syambudi