Di era digital saat ini, kasus penipuan pun merambah memanfaatkan aplikasi digital. Salah satu yang sedang marak terjadi dan menjadi perhatian publik baru-baru ini adalah penipuan online melalui aplikasi WhatsApp. Pelaku mengirim pesan berupa undangan, kemudian korban diminta untuk membuka file yang berisi malware untuk melihat isi lengkap undangan. File tersebut nantinya akan mengambil data pribadi korban, termasuk pin mobile banking untuk menguras rekening korban.
Tidak sedikit yang akhirnya terjebak dan menjadi korban. Di Twitter, warganet saling membagikan pengalamannya dan mengingatkan terhadap modus-modus penipuan online yang semakin beragam ini. Netray pun mengamati perbincangan warganet terkait topik ini dengan menggunakan kata kunci penipuan online, scammer, penipuan && whatsapp, dan penipuan && wa sejak 25 Juli 2023 sampai dengan 31 Juli 2023. Berikut hasil pengamatan Netray.
Selama sepekan, Netray menemukan 2.596 cuitan dengan dominasi perbincangan bersentimen negatif. Adapun impresi pada topik ini mencapai 1,7 juta dengan berpotensi menjangkau hingga 55,3 juta akun pengguna Twitter. Pada kosakata populer, Netray menemukan bahwa kata kunci scammer paling banyak digunakan untuk membahas topik terkait penipuan online ini.
Dari pantauan Netray, kata scammer paling banyak digunakan warganet untuk melaporkan pelaku penipuan, yang biasanya disertai dengan informasi lengkap seperti identitas, modus penipuan, dan kontak pelaku. Hal ini dilakukan warganet sebagai bentuk peringatan agar warganet lain lebih berhati-hati kepada pelaku dan untuk meminimalisir jumlah korban.
Adapun modus penipuan yang banyak disebut warganet adalah melalui chat WhatsApp, pinpri (pinjaman pribadi), dan jastip online tiket. Brand Scarlett termasuk yang paling banyak disebut. Hal ini terkait dengan penipuan penjualan tiket konser yang banyak dilaporkan warganet seperti berikut.
Phising, penipuan investasi, penjualan produk palsu, penipuan hadiah, pemalsuan check menjadi beberapa jenis modus scammer yang kerap terjadi. Tak main-main, catatan Kominfo menunjukkan jumlah korban penipuan online mencapai 130 ribu orang pada 2022 lalu, dengan modus akun bank bodong. Kini, giliran scam menggunakan penyusupan malware di WhatsApp yang diwaspadai warganet.
Tampak melalui beberapa cuitan berikut, warganet pun saling mengingatkan terkait bahaya penipuan online lewat WhatsApp dengan kedok atau modus yang semakin bervariasi. Beberapa di antaranya melaporkan modus dengan kata buka file atau view yang muncul saat mendapatkan pesan. Bahkan warganet mengaku menjadi takut untuk membuka pesan dengan lampiran file di dalamnya.
Berbagai akun resmi milik sejumlah instansi pun mengingatkan para pengikutnya untuk menyadari modus yang semakin beragam ini. Hal tersebut guna menghindari potensi menjadi korban. Kominfo mencatat selama Agustus 2018-16 Februari 2023 terdapat setidaknya 1.730 konten penipuan online. Kerugian akibat penipuan online di Indonesia mencapai Rp18,7 triliun selama 2017-2021.
Pada kategori akun populer Netray menemukan berbagai akun yang populer pada topik ini, seperti akun @Itsmeba34786054 yang membagikan list scammer penipuan tiket konser. Kemudian akun @richo yang mengingatkan modus scammer dengan kedok pembekuan akun Dana. Serta berbagai akun lainnya dengan perbincangan terkait topik ini. Untuk mengatasi hal ini, masyarakat memerlukan literasi digital agar mudah mengenali dan mengetahui berbagai modus penipuan atau scammer yang marak terjadi.
Studi dari Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan bahwa masyarakat yang sudah cakap digital pun menjadi korban penipuan digital. Studi CfDS UGM terhadap 1.700 responden di 34 provinsi pada Agustus, sebanyak 66,6 persen pernah menjadi korban penipuan online. Hal ini menjadi evaluasi bahwa diperlukan literasi digital yang lebih baik bagi masyarakat.
CfDS juga mencatat 36,9 persen modus berbentuk hadiah, 33,8 persen mengirim tautan (link), 29,4 persen jual beli seperti di Instagram dan lainnya, 27,4 persen melalui situs web atau aplikasi palsu 26,5 persen berkedok krisis keluarga. Sementara jaringan yang kerap digunakan untuk menjalankan modus penipuan adalah jaringan seluler (SMS/panggilan telepon) 64,1 persen, media sosial 12,3 persen, aplikasi percakapan 9,1 persen, situs web 8,9 persen, dan Email 3,8 persen.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Winda Trilatifah