Memasuki bulan Maret 2020, masyarakat dihebohkan dengan kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia. Penyebaran virus ini ke berbagai wilayah berdampak pada berbagai bidang kehidupan masyarakat. Dampak tersebut tidak hanya di bidang kesehatan, melainkan berimbas pada perekonomian Indonesia.
Netray, menelusuri pemberitaan terkait dampak pandemi Covid-19 pada perekonomian Indonesia yang diutarakan oleh berbagai tokoh di media berita daring. Bagaimanakah pembahasan terkait perekonomian Indonesia di media pemberitaan? Bagaimana tanggapan warganet terkait hal tersebut? Berikut hasil pantauan Netray.
Dampak Ekonomi Akibat Corona
Berdasarkan pantauan Netray, dalam kurun waktu 16 Maret – 14 April 2020 terdapat 5.584 artikel terkait dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 dari 115 portal media berita daring. Sebanyak 4.635 artikel merupakan berita dengan sentimen positif selama periode pantauan topik tersebut.
Mayoritas artikel yang dipublikasikan menyoroti ranah Pemerintahan sebanyak 47,09% dari keseluruhan pemberitaan, dan ranah Ekonomi sebanyak 35,91%. Sedangkan, puncak jumlah pemberitaan topik tersebut paling banyak muncul pada 31 Maret 2020 dan 14 April 2020.
Pada 31 Maret 2020, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menandatangani Perppu Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan yang menambah alokasi belanja serta pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sebesar Rp405,1 triliun untuk menangani wabah virus corona (Covid-19).
Jokowi juga mempersiapkan berbagai bantuan untuk masyarakat bawah, salah satunya dengan menggratiskan listrik bagi warga miskin selama 3 bulan untuk menekan dampak dari Covid-19.
Sementara itu pada tanggal 14 April 2020, para pimpinan negara anggota ASEAN membahas dampak pandemi Covid-19 dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dilaksanakan secara virtual. Dari pertemuan tersebut diberitakan bahwa pada konteks sosial ekonomi, para pimpinan ASEAN memberikan perhatian terhadap UMKM dan kelompok rentan lainnya.
Salah satu contohnya yaitu pedagang pasar tradisional di Salatiga yang terdampak wabah virus Corona (Covid-19) dikarenakan menurunnya jumlah pengunjung pasar. Selain itu, gelombang PHK juga mulai terjadi di Indonesia, seperti pernyataan Perkumpulan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) yang menyebutkan bahwa 12 hotel di Kota Solo terpaksa tutup dan merumahkan 151 karyawan akibat pandemi ini.
Beberapa pihak menyatakan bahwa potensi PHK ini tidak hanya menimpa buruh harian lepas tetapi tidak menutup kemungkinan juga pekerja kantoran akan bernasib serupa jika wabah Covid-19 terus berkepanjangan. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun menyebutkan bahwa gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di dunia. Meskipun demikian, pemerintah akan melihat apa yang bisa dilakukan terhadap sektor swasta guna membantu perusahaan agar tidak melakukan PHK. Oleh sebab itu pemerintah harus mempersiapkan strategi yang tepat dalam rangka mengantisipasi banyaknya pekerja yang mengalami PHK terkait pandemi Covid-19 yang telah melanda di Tanah Air.
Mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, ekonomi Indonesia yang terdampak COVID-19 bisa menambah jumlah pengangguran baru di Indonesia. Dia memperkirakan skenario paling buruk ada tambahan 5,3 juta orang pengangguran baru di Indonesia. Tentunya hal ini memberikan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat sebab diprediksikan bahwa akan ada kenaikan kemiskinan sekitar 1,1 juta orang hingga 3,78 juta orang dalam kondisi paling buruk.
Lalu seperti apakah prediksi perekonomian Indonesia di tengah wabah Covid-19 ini?
Prediksi Ekonomi RI
Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan mengalami perlambatan. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 2,5%, angka itu turun separuhnya dari tahun 2019 sebesar 5,0%. Selain itu, menurut Asian Development Outlook (ADO) 2020, pandemi Covid-19 bersamaan dengan penurunan harga komoditas dan gejolak pasar keuangan yang berimplikasi buruk bagi perekonomian dunia dan Indonesia tahun ini. Kemudian, Center of Reform on Economics (CORE) juga memprediksikan bahwa perekonomian Indonesia akan mengalami pertumbuhan negatif sebab ada potensi penyebaran Corona di Indonesia berlangsung lebih dari dua kuartal.
Sementara itu, Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan. Namun, proyeksi bisa berubah apabila wabah virus corona terjadi secara berkepanjangan. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan skenario terberat pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2020 akan berada di posisi 0,3 persen hingga minus 2,6 persen akibat virus corona.
Ia menyebut kuartal kedua 2020 merupakan periode terberat untuk perekonomian Indonesia. Saat ini, pemerintah hanya mampu melakukan mitigasi dengan memberikan stimulus dan kebijakan-kebijakan yang mendukung stabilitas ekonomi dan sistem keuangan dalam negeri. Untuk menahan jatuhnya pertumbuhan ekonomi, Menteri keuangan menuturkan pemerintah akan mengerahkan APBN 2020 pada tiga prioritas, yakni sektor kesehatan, jaring pengaman sosial (social safety net), dan dukungan kepada dunia usaha.
Respon Warganet
Para pakar ekonomi dari berbagai lembaga telah menyatakan bahwa ekonomi Indonesia diprediksi akan mengalami pertumbuhan negatif karena adanya pandemi ini. Penurunan dalam bidang perekonomian ini mempengaruhi nasib karyawan yang dirumahkan oleh berbagai perusahaan di berbagai industri. Gelombang PHK yang sedang marak terjadi di Indonesia saat ini menjadi salah satu dampak Covid-19 yang santer diperbincangkan di sosial media Twitter. Kemudian, dari 25.999 cuitan yang membahas soal PHK ini, hampir 70% yaitu sebanyak 18.012 cuitan di antaranya bersentimen negatif.
Cuitan pengguna Twitter mengenai isu ini cenderung landai sampai akhir Maret 2020. Namun, mulai April 2020 terjadi kenaikan jumlah cuitan dan melonjak pada tanggal 8 April 2020 dengan total 3.242 cuitan. Jumlah cuitan tersebut mengalami fluktuasi hingga tanggal 14 April 2020, tetapi frekuensinya tetap tinggi.
Kosa kata seperti ‘karyawan’, ‘pekerja’, ‘corona’, ‘ramayana’ dan ‘dirumahkan’ menjadi Top Words pada tanggal 8 April 2020.
Jumlah cuitan melonjak pada hari itu bersamaan dengan munculnya berita PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, melakukan PHK terhadap 87 karyawan tetapnya di Ramayana City Plaza Depok yang disebabkan oleh anjloknya penjualan akibat pandemi Covid-19.
Isu tersebut memantik reaksi warganet yang ikut merasa sedih dan khawatir dengan maraknya gelombang PHK di berbagai sektor industri. Tidak hanya Ramayana yang merumahkan karyawannya, namun sejak 8 April 2020 tercatat lebih dari 1,000 hotel di seluruh Indonesia ditutup karena pandemi ini dan ribuan perusahaan merumahkan karyawannya.
Berbagai seruan dilontarkan oleh warganet Twitter menanggapi isu ini. Salah satunya, tagar #StopPHKdiTengahCorona mulai digaungkan pada tanggal 14 April 2020. Pada tanggal tersebut, sudah ada jutaan pekerja yang terkena PHK. Meluasnya pandemi ini menyebabkan dilema besar untuk masyarakat pada umumnya. Namun dilema ini tidak hanya dirasakan oleh karyawan, melainkan para pengusaha atau pelaku bisnis serta pelaku UMKM. Seperti dicuitkan akun @Nadine_Oliv yang kurang setuju dengan tagar #StopPHKdiTengahCorona. Pasalnya para pelaku UMKM yang terdampak corona juga merasakan bisnis mereka tidak dapat berjalan akibat kondisi pasar yang sepi, sementara itu bahan baku yang mahal menyebabkan hilangnya omzet.
Jika penyebaran Covid-19 berlangsung lama tentu akan berimbas pada perlambatan ekonomi yang lebih mengkhawatirkan. Seperti halnya prediksi oleh beberapa tokoh terkait kondisi perekonomian di Indonesia.
Berdasarkan Social Network Analysis Report, akun @jokowi selaku presiden RI menjadi akun yang banyak mendapat mentions dari warganet terkait isu ini. Meski didominasi mentions bersentimen negatif, namun terdapat beberapa cuitan bersentimen positif yang ditujukan untuk Jokowi, seperti tanggapan warganet mengenai bantuan pemerintah untuk 6 juta pekerja yang di-PHK.
Demikian pantauan Netray terkait dampak serta prediksi perekonomian Indonesia di tengah pandemi Covid-19 melalui portal media berita daring maupun media sosial Twitter. Pertumbuhan ekonomi negatif diprediksikan oleh pakar ekonomi dari berbagai lembaga, termasuk Menteri Keuangan RI Sri Mulyani. Hal tersebut “didukung” oleh turunnya penghasilan pelaku UMKM dan beberapa perusahaan di berbagai sektor industri. Sehingga berimbas pada merebaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sentimen negatif mendominasi media sosial Twitter terkait topik tersebut. Selama periode 16 Maret – 14 April 2020 mengindikasikan dilema dan kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi ekonomi Indonesia apabila penyebaran Covid-19 terus belangsung. Hal tersebut akan menambah gelombang PHK yang menyebabkan banyak masyarakat kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
Saat ini, Pemerintah tengah berupaya dan menyiapkan berbagai kebijakan yang mendukung stabilitas ekonomi dan sistem keuangan dalam negeri. Semoga kebijakan tersebut menjadi solusi untuk masyarakat yang rentan dan telah di-PHK. Adanya bantuan langsung tunai, penggratisan tarif listrik, dan bantuan lainnya yang tepat sasaran sangat membantu warga yang terdampak pandemi ini. Meskipun prediksi perekonomian memiliki kabar buruk namun masyarakat diharap tetap optimis dan mendisipkan diri agar penyebaran rantai Covid-19 ini dapat terputus.