Budidaya pertanian organik berpeluang besar untuk diterapkan di Indonesia karena permintaan pangan organik terus mengalami peningkatan. Pertanian semacam ini dilakukan dengan mengolah tanah dan tanaman secara lebih baik. Salah satunya adalah sistem pertanian yang mendorong tanah dan tanaman tetap sehat melalui pengelolaan tanah dan tanaman yang mengandalkan bahan alami sebagai input (IASA, 1990).
Budi daya pertanian ini juga melibatkan mikro organisme yang dapat menyeimbangkan siklus biologi dengan mempertimbangkan dampak ekologi sosial. Lalu bagaimana keadaan sektor pertanian di Indonesia? Seperti apa prospek pengembangan pangan organik? Apakah media turut mengulas pemberitaan terkait pangan organik? Netray akan membahas dalam analisis berikut.
Selayang Pertanian Organik di Indonesia
Sektor pertanian menjadi salah satu basis ekonomi di beberapa provinsi Indonesia. Kecenderungan sektor pertanian ini menjadi basis karena Indonesia merupakan negara agraris yang menumpukan ekonomi dari peran sektor pertanian. Indonesia sendiri hingga saat ini dinilai belum memanfaatkan sektor pertanian secara optimal. Hanya sebagian masyarakat di Indonesia yang bergantung hidup dengan cara bertani. Kurang lebih sekitar 100 juta jiwa dari keseluruhan total penduduk Indonesia bekerja di sektor tersebut.
Pertanian organik merupakan sistem budi daya pertanian yang menggunakan bahan alami tanpa adanya bahan kimia. Pertanian organik bertujuan untuk menyediakan bahan pangan alami yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta tidak merusak lingkungan. Letak geografis negara Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau juga dilintasi garis khatulistiwa membuat struktur tanah dan lahan di negara ini subur. Segala jenis tanaman pangan tumbuh subur dan cocok dengan struktur tanah di Indonesia.
Oleh sebab itu, pemerintah tengah menggalakan berbagai cara untuk mengembangkan sektor pertanian. Salah satu pertanian yang menjadi perhatian khusus pemerintah ialah pertanian organik. Sebab hasil produksi dari pertanian organik yang berupa pangan organik saat ini berpeluang besar untuk menyentuh ekspor dengan nilai tinggi. Pangan organik di masa sekarang banyak diminati oleh semua manusia di seluruh belahan dunia.
Meskipun Indonesia mempunyai peluang yang bagus untuk memproduksi pangan organik, tetapi sumber daya alam dan manusianya belum dapat bekerja optimal. Permasalahan yang menghalangi untuk dapat memproduksi pangan organik secara optimal terletak pada lahan sawah serta kurangnya minat anak muda di sektor pertanian. Perkembangan pertanian organik belum memanfaatkan keseluruhan luas lahan baku sawah yang ada di Indonesia. Masih banyak lahan kosong di beberapa provinsi yang belum dimanfaatkan sebagai lahan atau sawah dengan baik. Berikut gambaran luas lahan sawah di Indonesia.
Luas lahan baku sawah untuk pertanian di Indonesia sangat besar khususnya daerah pulau Jawa. Dari 75 juta hektar lahan di Indonesia yang dapat digunakan oleh sektor pertanian, baru sekitar 25 juta hektar yang telah diolah untuk sawah, pertanian serta perkebunan. Data dari Badan Pusat Statistik di atas, wilayah Jawa Timur mendominasi wilayah luas lahan paling besar Indonesia sekitar 1,2 juta hektar.
Seperti telah disinggung sedikit di atas, bahwa luas lahan di Indonesia sangat berpeluang tinggi untuk menghasilkan pangan organik melalui sektor pertanian organik. Sebab pertanian organik membutuhkan lahan yang belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Lahan yang belum tercemar oleh bahan kimia dinilai lebih subur dan alami untuk ditanami bahan pangan organik. Maka dari itu pemerintah melihat sebanyak 50 juta hektar tanah di Indonesia yang belum diolah sebagai sawah dapat dioptimalkan dengan baik untuk memproduksi pertanian organik.
Produktivitas Perkembangan Pangan Organik
Sebanyak 25 juta hektar lahan sawah yang telah diolah untuk pertanian menghasilkan produk pangan sekitar 9 juta ton. Dilansir dari Kementan, apabila dilihat dari volume produk pertanian organik yang hanya mencapai 5–7% dari total pangan organik yang diperdagangkan di pasar Internasional, hasil produk di Indonesia masih dibilang kecil. Sebagian kecil masyarakat Indonesia golongan menengah ke atas yang minat dengan pangan organik banyak membeli suplay dari negara-negara maju yang diimpor oleh Indonesia.
Di kawasan Asia, Indonesia banyak mengimpor bahan pangan organik dari Jepang, Taiwan, dan Korea. Hal itu karena hasil pertanian organik di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri dan harga jualnya pun lebih tinggi daripada hasil panen yang bercampur bahan kimia.
Dilihat dari tabel di atas, produktivitas pertanian di Indonesia dengan hasil produksi tiap provinsi dapat dikatakan memiliki potensi untuk bersaing di pasar Internasional. Dengan total hasil produksi 55.269.619,39 juta ton per tahun, sektor pertanian Indonesia optimis dapat terus berkembang untuk bersaing dalam pangsa pasar eksportir.
Meski bertahap, produktivitas pertanian Indonesia mempunyai keunggulan antara lain masih tersedianya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik. Dan yang kedua ialah hadirnya teknologi pendukung dengan pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, dan lain-lain.
Kemudian pengembangan pertanian organik di Indonesia juga harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global. Komoditas-komoditas seperti sayuran, hasil perkebunan teh dan kopi yang dinilai memiliki potensi ekspor cukup cerah harus segera dioptimalkan. Selain itu, perkembangan pertanian organik juga memerlukan struktur kelembagaan baru, berupa kelompok tani, koperasi, asosiasi, atau korporasi yang dianggap relevan. Lembaga tani tersebut yang terpenting dapat memperkuat posisi petani.
Pembahasan Media Terkait Pangan Organik
Selain melihat perkembangan sektor pertanian organik dari data statistik dan Kementerian Pertanian, apakah media juga turut membahas tentang pangan organik?
Netray melakukan pemantauan selama satu bulan terkait topik pangan organik. Hasilnya sebanyak 59 artikel media yang membahas seputar pangan organik. Artikel tersebut diliput oleh 25 portal media dengan dominasi pemberitaan berkategori health & lifestyle sebesar 67 persen dan sisanya sebesar 10 persen yakni berita berkategori finance & insurance.
Berdasarkan grafik di atas, persebaran media dalam mengangkat topik tentang pangan organik dapat dikatakan merata. Artinya hampir setiap hari selalu ada pemberitaan yang dirilis media seputar pertanian organik dan prospek pangan organik. Media banyak mengulas tentang naiknya permintaan pasar untuk pangan organik.
Dalam keterangan pers 4th Organic Asia Congress, potensi bahan makanan dan minuman organik menjadi sangat berprospek untuk dikembangkan secara besar-besaran. Media Indonesia memaparkan bahwa selama pandemi berlangsung, permintaan untuk pangan organik justru semakin meningkat.
Hadinya pandemi Covid-19 membuat perubahan kehidupan manusia, berupa pergeseran kebiasaan konsumen. Banyak keluarga mulai memilih berbelanja secara daring bahan pangan sehat yang berlabel organik. Tujuannya adalah untuk menyediakan bahan makanan berkualitas bagus dan sehat untuk keluarga.
Seiring meningkatnya permintaan pangan organik, terdapat hambatan dalam memenuhi segala permintaan pasar tersebut. Dalam acara 4th Organic Asia Congres menyebutkan bahwa salah satu penghambat yang membuat tersendatnya pemenuhan permintaan karena terganjal pasokan.
International Federation Organic Asia Movement (IFOAM) mengungkapkan penghambat yang menunda pasokan pangan organik karena hasil produksi dari luas panen berkurang dari petani. Gelaran acara tersebut juga untuk mendorong semua kalangan yang berkepentingan dalam berbagi pengetahuan dan memperkuat strategi pembangunan pertanian organik di Asia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perkembangan pertanian organik di Indonesia mempunyai peluang yang besar. Namun, yang menjadi kendala tersendatnya prospek pangan organik Indonesia ialah belum adanya insentif harga yang memadai untuk produsen pangan organik.
Selain itu, investasi yang mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan steril dari segala bahan kimia juga menjadi salah faktor lemahnya perkembangan sektor ini. Kepastian pasar untuk pangan organik pun masih samar-samar sehingga petani terkesan enggan memproduksi komoditas pangan organik. Hal ini menjadi catatan pemerintah apabila ingin mengembangkan komoditas tersebut di pasar Internasional.