Sejak Covid-19 menjadi perhatian dunia, masyarakat Indonesia mulai waspada. Menteri Kesehatan menjadi yang paling banyak disorot terkait langkahnya dalam mengantisipasi Covid-19. Pro-kontra tak luput mengikuti setiap langkah dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Sejak sebelum Covid-19 menimpa masyarakat Indonesia, Menkes Terawan kerap muncul memberikan nasihat untuk tidak panik. Bahkan, ketika kasus positif Covid-19 dikonfirmasi pada awal Maret lalu, Terawan masih aktif berkomentar di media agar masyarakat tidak panik karena virus yang ia sejajarkan dengan flu dan penyakit biasa lainnya tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, total 12 ribu kasus yang telah terkonfirmasi (covid19.netray.id) dengan kematian mencapai 895 jiwa saat ini cukup menjadi bukti bahwa Covid-19 perlu penanganan yang serius.
Menkes Terawan di Media Pemberitaan
Netray menelusuri pemberitaan terkait Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di media pemberitaan selama kurun waktu dua bulan terakhir.
Ditemukan 4,062 artikel yang menyebut Menkes Terawan selama dua bulan terakhir. Sebanyak 97 portal media turut menyoroti Menkes Terawan dengan fokus pembahasan terkait masalah Pemerintahan dan Kesehatan. Pemberitaan terkait Menkes Terawan paling banyak diterbitkan oleh Tribunnews, Warta Kota, dan Kompas dengan frekuensi pemberitaan tertinggi pada awal Maret dan awal April.
2 Maret : Kasus Positif Covid-19 Pertama di Indonesia
Nama Menkes Terawan banyak dibicarakan media sejak Indonesia mengumumkan kasus positif Covid-19 pertama pada 2 Maret 2020 lalu. Kasus positif Covid-19 yang menimpa seorang ibu (64 tahun) dan putrinya (31 tahun) tersebut dikonfirmasi sempat kontak dengan WN Jepang yang positif Covid-19.
Menurut Terawan, dua kasus Corona di Indonesia tersebut cukup menjadi bukti bahwa pemerintah mampu mendeteksi keberadaan virus Covid-19. Sebab, sebelumnya banyak pihak yang meragukan kemampuan pemerintah Indonesia dalam mendeteksi wabah Covid-19.
Terawan Meminta Masyarakat Tidak Panik
Temuan kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia di awal Maret menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat. Menkes Terawan Agus Putranto pun meyakinkan bahwa virus corona bukanlah hal yang menakutkan. Ia mengaku sangat percaya diri dalam menghadapi virus mematikan tersebut. Menurut Terawan, tidak semua orang yang melakukan kontak langsung akan ikut terpapar virus corona selama dalam keadaan sehat. Ia mengingatkan masyarakat agar menjaga imunitas tubuh untuk melawan Covid-19 ketimbang berpikir paranoid.
Di awal Maret, pemberitaan terkait Covid-19 menghiasi jagat media hingga mencapai 1,3 ribu artikel dalam sehari. Kehebohan publik terhadap Covid-19 membuat Terawan terheran-heran. Pasalnya, gejala virus semacam ini sudah sering terjadi di Indonesia sehingga ia yakin bahwa kesehatan nasional mampu menghadapi virus yang menurutnya biasa saja dan dapat sembuh sendiri tersebut. Bahkan, ia juga mengatakan bahwa angka kematian flu yang biasa terjadi pada masyarakat Indonesia justru lebih tinggi daripada Covid-19.
Berikut beberapa pernyataan Menkes Terawan menghadapi kepanikan masyarakat di tengah wabah Covid-19.
Menkes Terawan berulang kali mengingatkan masyarakat untuk tidak panik maupun bersikap berlebihan. Ia menenangkan masyarakat bahwa tidak semua yang kontak dengan pasien Covid-19 akan sakit kecuali imunitas tubuhnya rendah. Ia juga mengungkapkan bahwa Covid-19 seperti layaknya penyakit flu biasa saja. Jika tidak ada keluhan yang berarti maka tidak ada masalah. Bahkan, demi menenangkan masyarakat ia juga mengingatkan bahwa Covid-19 merupakan penyakit self limited diseasi atau penyakit yang dapat sembuh sendiri. Angka kematian yang menurutnya hanya mencapai 2 % tersebut kemudian disandingkan dengan penyakit umum lainnya.
Menkes Terawan juga menghimbau masyarakat agar tidak berlaku berlebihan. Ia tidak menyarankan masyarakat menggunakan masker, kecuali mereka yang sedang sakit. Penggunaan masker pada orang yang tidak sakit justru dinilai sebagai penyebab naiknya harga masker.
Jadi Sorotan Media Internasional
Terkait langkah Kemenkes Indonesia dan sejumlah pernyatan yang dikeluarkan oleh Menkes Terawan dalam mengantisipasi Covid-19 Indonesia menjadi sorotan media internasional.
Di antara media luar yang memberitakan adalah The Guardian. Media ini memberitakan dengan judul “Kasus Coronavirus Pertama Dikonfirmasi di Indonesia di Tengah Kekhawatiran Bangsa Ini Tidak Siap untuk Terjangkit”. The Guardian juga menyoroti komentar Menkes Terawan Agus Putranto. Sebelumnya, Profesor Harvard sempat menyebutkan jika di Indonesia seharusnya sudah ada kasus positif virus corona berdasarkan analisa lalu lintas penerbangan dari dan ke Wuhan, China. Tetapi, Menkes Terawan justru menyebut penelitian dari Profesor Harvard tersebut menghina Indonesia.
Selain mengkritisi jumlah orang yang diuji di Indonesia, The Sydney Morning Herald juga membahas tentang Terawan yang berulangkali menegaskan Indonesia bebas virus corona karena kekuatan doa.
Sejumlah Kritik, Corona Dapat Sembuh Sendiri Hingga Seremonial Pasien Sembuh
Pernyataan Menkes Terawan kembali dipertanyakan oleh sejumlah pihak. Wakil Ketua Partai Gerindra Fadli Zon mengkritik pernyataan Terawan dalam menenangkan masyarakat agar tidak panik menghadapi virus corona. Menurutnya, Terawan terlalu arogan.
Wakil Sekretaris Jenderal MUI Tengku Zulkarnain juga mengkritik penyataan Terawan soal virus corona termasuk penyakit yang bisa sembuh sendiri serta klaim Terawan soal dampak kematian akibat penyakit influenza yang lebih parah daripada virus corona.
Di sisi lain, pengamat politik sekaligus pegiat sosial Yunarto Wijaya menyoroti cara Menkes menyikapi masalah terkait virus corona. Ia mengkritisi siaran pers dan seremonial pemberian jamu oleh Terawan kepada para pasien yang dianggap berlebihan.
Menurut Said Didu, Terawan seharusnya sadar jika Indonesia jadi sorotan dunia terkait penanganan Covid-19 dan meminta berhenti bercanda dalam menghadapi persoalan serius bangsa ini.
Didesak Mundur
Koalisi Masyarakat Sipil, gabungan dari berbagai LSM, mendesak Presiden Joko Widodo mencopot Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Terawan dianggap tidak becus mengurusi pandemi Covid-19 di Indonesia. Koalisi Masyarakat Sipil (KMS) ini terdiri dari Kontras, Lokataru, YLBHI, LBH Masyarakat, WALHI, PKBI, YLKI, P2D, Migrant Care, AJAR, Amnesty International Indonesia, dan PSHK.
Salah satu anggota koalisi, aktivis Migrant Care, Anis Hidayah, mengatakan sejak awal wabah virus corona (Covid-19) muncul, Terawan menunjukkan sikap pongah, menganggap enteng, anti-sains, serta memandang rendah persoalan. Hal ini berakibat pada hilangnya kewaspadaan. Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar mendesak Presiden Joko Widodo untuk mengganti Menkes Terawan dengan figur yang lebih paham kesehatan publik, punya kepekaan krisis, yang akan memandu masyarakat melewati krisis kesehatan terburuk ini.
KMS mencatat sejumlah kesalahan mendasar yang dilakukan oleh Terawan dalam beberapa pekan terakhir; (1) menyatakan pasien yang sudah sembuh akan imun di saat pengalaman negara lain menunjukkan sebaliknya; (2) gagal mengoordinasikan rumah sakit agar sigap melakukan pemeriksaan dan penanganan Corona; (3) memonopoli pemeriksaan lab di Litbangkes Jakarta yang memperlambat respons tanggap darurat; dan (4) menggelar acara publik dan bukannya turut menerapkan social distancing.
Menkes Terawan di Twitter
Di Twitter, Terawan diperbincangkan oleh 38 ribu warganet selama 2 bulan terakhir. Dari total 49,8 ribu cuitan membahas Terawan, 23,6 ribu di antaranya membahas dengan cuitan bersentimen negatif.
Dari kurva di atas terlihat beberapa puncak sentimen yaitu 18 Maret, 28 Maret, 13 April, dan 22 April 2020. Pada 18 Maret warganet banyak membagikan cuitan @mazzini_gsp soal alat deteksi Corona bernama VereCov Detection Kit yang dapat mendeteksi Covid-19 dalam waktu 2,5 jam. Namun, alat tersebut ditolak Menkes Terawan.
Tak hanya di media pemberitaan, desakan agar Presiden Jokowi segera mencopot Menkes Terawan pun ramai diperbincangkan di Twitter hingga muncul tagar #CopotMenkesTerawan.
Terawan kembali banyak diperbincangkan warganet Twitter terkait keputusannya menolak PSBB di Palangkaraya pada 13 April. Begitu pula ketika Stafsus Terawan menganggap tes PCR Corona 10 ribu/hari sebagai hal yang mustahil pada 22 April.
Sejumlah akun media pemberitaan pun turut membagikan artikel terkait topik Covid-19 dan sejumlah narasi negatif untuk Terawan hingga mempertanyakan keberadaan Terawan yang mulai jarang muncul di media.
Langkah Menkes Terawan dalam menangani Covid-19 kerap menjadi sorotan hingga mendapat kritik dari sejumlah pihak. Sejumlah pernyataan Terawan menenangkan masyarakat agar tidak panik justru dinilai sebagai sikap yang meremehkan virus corona. Oleh karena itu, ketika kasus positif Covid-19 terus menanjak hingga mencapai 12 ribu jiwa, publik kembali mempertanyakan keberadaan Terawan yang sempat percaya diri virus corona dapat sembuh sendiri seperti layaknya flu dan penyakit lainnya.
Demikian pantauan Netray terkait pemberitaan Menkes Terawan di media selama dua bulan terakhir. Gambar oleh https://koranseruya.com/71814.html