HomeHiburanMengenal Cancel Culture, Budaya Pengucilan dari Publik Korea Selatan

Mengenal Cancel Culture, Budaya Pengucilan dari Publik Korea Selatan

Published on

Perkembangan media sosial agaknya turut mengundang berbagai istilah yang kemudian menjadi populer di kalangan warganet. Seperti halnya yang baru-baru ini ramai menjadi perbincangan; ‘cancel culture’. Istilah asing ini sebelumnya cukup populer digunakan di Negeri Gingseng dan meluas hingga kalangan warganet Indonesia. Cancel culture merupakan fenomena sosial yang merujuk pada budaya pengucilan atau budaya pembatalan terhadap publik figur dari lingkaran sosialnya. Hal ini juga serupa dengan tindakan pemboikotan dari publik terhadap tokoh yang melakukan pelanggaran sosial. Simak pembahasannya dalam infografik Netray berikut.

Bila diamati melalui grafik di atas tampak perbincangan warganet terkait topik ini memuncak pada 20 Oktober 2021 lalu. Tepatnya saat rumor seorang aktor dari Korea Selatan, yakni Kim Seon-Ho tersebar ke publik. Sontak warganet pun membahas cancel culture yang dinilai sebagai hukuman cukup mengerikan itu.

Ramainya perbincangan warganet terkait topik ini juga dapat diamati melalui kosa kata populer yang tampak pada gambar di atas, seperti korsel, serem, seonho, industri, karir, dan berbagai kosa kata lainnya. Cancel culture memang dianggap sebagai hukuman publik yang menyeramkan. Bagaimana tidak, hal ini tentu mengancam karir dan masa depan sang aktor di dunia industri hiburan. Seperti yang dialami oleh Kim Seon-Ho. Terlepas dari benar atau tidaknya rumor yang melibatkan dirinya tersebut menyebabkan beberapa iklan mulai menarik foto iklan yang melibatkan sang aktor, demikian halnya proyek film yang tengah dijalani atau tengah dipersiapkan di masa mendatang harus dihentikan. Ini tentunya menyebabkan kerugian baik secara materi maupun non materi tokoh yang mengalami cancel culture.

Popularitas Kim Seon-Ho yang belakangan mengalami peningkatan setelah membintangi dua drama korea Start Up dan Hometown Cha Cha Cha membuat citranya semakin cemerlang. Namun rumor yang melibatkan dirinya tersebut cukup membuat kaget warganet hingga potensi cancel culture turut menjadi perbincangan hangat di media sosial. Tampak jumlah tweet pada topik ini mencapai 983 tweets dengan dominasi sentimen negatif. 

Sebenarnya aksi cancel culture bukan hanya dialami oleh Kim Seon-Ho melainkan beberapa tokoh lainnya, seperti Seungri dan Ji Soo. Keduanya lebih dulu mengalami cancel culture hingga dipukul mundur dari industri hiburan Korea Selatan. Lalu seperti apa tanggapan warganet terkait potensi pemboikotan ini?

Usai rumor yang melibatkan aktor yang tengah di puncak karir tersebut warganet pun memperkirakan kelanjutan dari karir sang aktor yang terancam. Menariknya, popularitas dan sejumlah dugaan yang dibagikan oleh akun Dispatch Korsel membuat stigma terhadap dirinya seketika runtuh dan KSH dianggap sebagai satu-satunya tokoh Korsel yang mampu meng-cancel cancel culture. Hal ini membuktikan cancel culture memang bergantung pada opini publik secara menyeluruh terhadap sang aktor. Lalu seperti apakah pandangan warganet Indonesia terkait budaya ini?

Mengenai cancel culture sebagian warganet Indonesia justru membandingkan penerapan persoalan ini di Indonesia dengan di Korea Selatan. Berbeda halnya dengan di Korea Selatan yang mengharuskan publik figur tersebut angkat kaki dari industri hiburan di Indonesia, tokoh yang terlibat skandal justru mendapat banyak endorse. Seperti halnya pada kasus yang menyeret seorang artis berinisial SJ terkait skandal pelecehan seksual dan kebebasannya yang justru mendapat sambutan beberapa stasiun tv. Meski kemudian hal ini mendapat kritik keras dari publik.

Penutup

Cancel Culture agaknya memang menjadi budaya yang cukup mengerikan, khususnya bagi seorang publik figur. Dalam hal ini cancel culture merupakan tuntutan kesempurnaan yang diinginkan pasar terhadap seorang publik figur sekaligus dapat dianggap sebagai pendisiplinan agar publik figur tidak melakukan pelanggaran sosial. Topik yang dipicu oleh rumor yang dialami KSH ini pun akhirnya membuat warganet Indonesia membandingkan penerapan cancel culture di industri hiburan Tanah Air dengan industri hiburan Korsel yang terlihat jauh lebih menyeramkan. 

More like this

5 Rekomendasi Sepatu Lari Lokal ala Warganet Twitter dan TikTok

Lari bukan lagi sekedar olahraga, tetapi telah menjadi gaya hidup bagi banyak orang. Tren...

Popularitas Capres Cawapres di Media Sosial & Media Massa Online Periode 5-11 Februari 2024

Tiga pasang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) definitif secara resmi akan...

Popularitas Partai Politik di Media Massa Online dan Media Sosial Periode 5-11 Februari 2024

Netray melakukan pemantauan popularitas partai politik (parpol) berdasarkan penyebutan atau mention nama parpol di media massa online dan...
%d bloggers like this: