HomeCurrent ReportKesehatanMenangkap Kegusaran Warganet dalam Polemik Vaksin Gotong Royong

Menangkap Kegusaran Warganet dalam Polemik Vaksin Gotong Royong

Published on

Barangkali tidak ada istilah di dalam Bahasa Indonesia yang kalau didengar itu rasanya Indonesia banget selain frasa gotong royong. Istilah ini selalu dianggap menjadi cerminan karakter bangsa yang artinya saling membantu atau bekerja sama secara sukarela. Soekarno bahkan menyebut jika Pancasila diperas menjadi ekasila maka yang muncul adalah gotong royong. Tentu saja hal ini bisa memberi kharisma dan daya magis buat sebuah istilah yang kerap dijadikan mantra oleh para politisi.

Istilah gotong royong digunakan oleh pemerintah guna melabeli salah satu prosedur mendapatkan akses ke vaksin Covid-19. Vaksin gotong royong adalah program pemberian vaksin di luar program pemerintah yang diajukan oleh badan hukum, badan usaha, atau perusahaan untuk kebutuhan institusi tersebut. Sehingga akan dikenakan biaya yang seluruhnya ditanggung oleh lembaga yang mengajukan program tersebut.

Sekitar sepekan yang lalu, istilah gotong royong kembali menggema setelah pemerintah mengubah definisi penerima program vaksin. Kali ini individu mendapat kesempatan untuk mengakses vaksin gotong royong tanpa harus melalui lembaga tertentu. Yang artinya masyarakat sekarang bisa membeli vaksin secara langsung. Hal ini tentu saja menimbulkan polemik di ranah publik ketika banyak yang tidak sepakat dengan kebijakan tersebut. Netray Media Monitoring lantas memantau linimasa sosial media untuk menangkap perdebatan tersebut. Simak hasilnya di bawah ini.

Statistik Pemantauan Perbincangan dengan Kata Kunci Gotong Royong

Dalam memantau perdebatan warganet Twitter terkait isu vaksin gotong royong, Netray hanya menggunakan kata kunci gotong royong. Hal ini untuk membuktikan seberapa besar frasa ini diidentikkan dengan wacana perubahan prosedur penerimaan vaksin tersebut. Pemantauan kata kunci ini sendiri dilakukan selama satu pekan antara periode 10 Juli hingga 16 Juli 2021. Hasil awal yang didapatkan adalah sejumlah data statistik perbincangan berikut ini.

Secara total, tweet warganet yang mengandung kata kunci terakumulasi sebanyak 47.786 postingan. Bisa dikatakan jumlah ini terhitung sangat tinggi, sehingga menempatkan kata kunci pemantauan ke dalam kategori isu viral. Pengkategorian ini dibuktikan lebih jauh lagi dengan melihat statistik perbincangan yang menunjukkan data impresi sebesar 46,8 juta total reaksi warganet dalam bentuk retweet, replies,  dan favorites. Bahkan secara potensial frasa gotong royong dapat menjangkau 202,4 juta akun di jagat Twitter berbahasa Indonesia.

Polemik, yang biasanya berupa pro dan kontra, terlihat dari total sentimen atas kata kunci pemantauan. Netray menemukan bahwa 13.683 tweet ditulis dengan sentimen positif. Sedangkan 14.370 tweet lainnya merupakan unggahan pembicaraan yang terindeks oleh mesin memiliki sentimen negatif. Sisa dari total keseluruhan tweet adalah unggahan dengan sentimen netral. Jurang sempit yang memisahkan sentimen positif dan negatif tersebut menandakan warganet tidak memiliki satu suara dalam menanggapi kebijakan pemerintah ini. Pada bab selanjutnya, Netray akan menunjukan apa saja contoh tweet warganet yang menunjukan kegusaran mereka dalam polemik kebijakan ini.

Beralih ke grafik Top Accounts, akun milik Presiden Joko Widodo di @jokowi berada di posisi pertama. Tweet-tweet Presiden mendapat impresi sebanyak 15,676 reaksi selama periode pemantauan. Dengan jarak yang cukup lebar, akun @febridiansyah menempati posisi kedua dengan impresi sebesar 9.159 kali reaksi. Disusul dengan akun @FaisalBasri dan @berlianidris dengan 8.412 dan 8.397 kali reaksi. Termasuk juga di dalamnya terdapat akun @ninikwafiroh, @fadlizon, hingga @ridwanhr.

Kegusaran Warganet, dari Kelangkaan Vaksin Gratis hingga Pemburu Rente

Hembusan isu bahwa vaksin gotong royong akan diperjual-belikan secara individu secara cepat memantik perbincangan warganet Twitter. Terlihat dari diagram peak time yang langsung melesatkan kuantitas kata kunci ke puncak tertinggi perbincangan begitu isu ini merebak. Sejumlah akun yang berada dalam diagram Top Accounts terpantau ambil bagian dalam perbincangan di tanggal 11 Juli 2021 tersebut. Mereka antara lain @berlianidris, @nindysm, @ridwanhr, @ninikwafiroh, dan @FaisalBasri.

Akun @berlianidris merasa khawatir jika akhirnya keran vaksin berbayar dibuka lebih lebar lagi, akan ada kemungkinan nantinya mengalahkan ketersediaan vaksin gratis. Hal ini terasa cukup masuk akal mengingat untuk saat ini saja beberapa wilayah masih kekurangan stok untuk melaksanakan program vaksin pemerintah. Sedangkan akun @nindysm kecewa terhadap sejumlah pejabat yang mengglorifikasi gerakan gotong royong dan “wargabantuwarga” sebagai bukti kedermawanan masyarakat Indonesia. Adanya inisiatif warga ini seharusnya menjadi bukti bahwa pejabat publik banyak yang tidak bisa diandalkan.

Figur politisi seperti @FaisalBasri dan @ninikwafiroh juga turut berpartisipasi dalam perbincangan ini. Dari sudut pandang ekonomi, Faisal Basri menyebutkan kemungkinan ancaman keberadaan pencari rente dalam program vaksin gotong royong. Padahal menurut @ninikwafiroh vaksin yang akan digunakan untuk program tersebut adalah merek Sinopharm yang didapatkan secara hibah dari pemerintah Uni Emirat Arab.

Akan tetapi, perbincangan tak melulu bersifat serius seperti tweet-tweet di atas. Akun @ridwanhr sedikit bergurau kala mengatakan bahwa nama vaksin gotong royong terdengar kurang berkelas. Seharusnya diberi nama vaksin premium atau vaksin luxury agar lebih keren. Akun Top Account yang tidak ikut mengunggah tweet pada saat perbincangan memuncak adalah dari akun @fadlizon, @febridiansyah, dan dari Presiden Joko Widodo.

Sebagai oposisi pemerintah, twit dari poltisi Fadli Zon yang diunggah pada tanggal 12 Juli 2021 tentu saja menentang rencana ini. Ia berpendapat bahwa biaya membeli vaksin oleh pemerintah didapatkan dari uang pajak yang secara tidak langsung merupakan uang rakyat. Sehingga vaksin gotong royong harus dibatalkan, tidak hanya ditunda. Pendapat yang hampir senada juga diutarakan akun @febridiansyah yang menyebutkan bahwa pembelian vaksin oleh BUMN seharusnya tetap dihitung sebagai pembelian negara. Pasalnya, menurut undang-undang dan putusan MK, keuangan BUMN termasuk dalam ruang lingkup keuangan negara.

Di tengah kepungan sentimen negatif, dari grafik Sentiment Trend terlihat terjadi peningkatan sentimen positif menjelang hari ketiga isu ini ramai dibicarakan warganet. Sebagian besar disumbang dari tweet oleh Presiden Joko Widodo ketika menginformasikan kedatangan vaksin Sinopharm sebanyak 5,4 juta dosis dalam rentang waktu tiga hari. Rencananya vaksin tersebut akan dialokasikan sebagai vaksin gotong royong guna melengkapi program vaksin pemerintah untuk mempercepat kekebalan komunal di tanah air.

Polemik keberadaan vaksin gotong royong yang dijual langsung ke individu terpantau cukup banyak menyita perhatian warganet. Dalam situasi pandemi memang tidak selayaknya membeda-bedakan status masyarakat karena krisis penularan virus Covid-19 merupakan urusan kesehatan publik. Yang artinya setiap warga negara, tidak peduli latar belakang ekonomi, sosial, hingga politik, harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang setara. Tak hanya mendatangkan kecemburuan sosial, disparitas pelayanan juga hanya akan memperpanjang pandemi yang ujung-ujungnya semakin banyak korban rakyat Indonesia.

More like this

Kenaikan PPN 12% dan Gelombang Protes Warganet X: Bantuan Pemerintah Dianggap Tak Sebanding

Pemerintah akhirnya memutuskan untuk tetap menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada senin...

Tenggelam dalam Arus Sentimen Negatif, Gus Miftah Akhirnya Mundur

Miftah Maulana Habiburrahman atau yang biasa disebut Gus Miftah menjadi sorotan publik baru-baru ini...

Kebijakan Kenaikan PPN 12%, Gelombang Negatif Penuhi Linimasa X

Jelang akhir tahun 2024, kabar mengejutkan datang dari Menteri Perekonomian Sri Mulyani. Pajak Pertambahan...