Demi mengakhiri pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir satu tahun, pemerintah telah menggelontorkan banyak usaha yang tak terbilang lagi jumlahnya. Namun, segala macam cara ini hanya berujung kesia-siaan jika masyarakat sendiri tidak memahami kondisi lantas membatasi interaksi sosial mereka. Masih banyak masyarakat yang tidak menyadari betapa berbahayanya penyebaran virus ini.
Agar masyarakat bisa secara mandiri melindungi diri dan sekitarnya, peneliti dan pengembang dari Universitas Gadjah Mada meluncurkan alat tes penularan Covid-19 baru. Alat ini diklaim memiliki akurasi yang cukup tinggi dan lebih ekonomis jika dibandingkan dengan instrumen tes lainnya. Oleh UGM alat tes tersebut diberi nama GeNose.
Karena akan menjadi konsumsi publik, masyarakat harus mendapat informasi terkait instrumen tes tersebut ketika akhirnya nanti diedarkan. Bagaimana informasi tersebut diasuh oleh media massa, akan sangat menentukan masa depan GeNose. Opini masyarakat terhadapnya dibentuk oleh pemberitaan yang dilakukan media massa.
Berdasarkan asumsi ini, Netray Media Monitoring telah melakukan pemantauan pemberitaan portal berita daring selama periode tertentu. Tujuannya tentu saja untuk mencari tahu bagaimana media massa membentuk wacana di masyarakat terkait instrumen tes Covid-19 buatan UGM, GeNose.
GeNose dalam Perspektif Media Massa
Dari hasil pemantauan Netray, kata kunci GeNose memang sedang menanjak beberapa waktu ini. Tetapi keberadaannya sudah diketahui oleh media massa beberapa bulan sebelumnya. Tercatat pada bulan Juli sudah muncul pemberitaan yang membahas inovasi dari UGM. Hanya saja belum banyak informasi yang bisa dibagi ke masyarakat pada saat itu.
Baru menjelang akhir September, GeNose mulai mendapat banyak perhatian dari media massa. Terdapat 222 pemberitaan terkait kata kunci hingga akhir Oktober 2020. Selama periode ini ada sejumlah fokus informasi yang dibagikan oleh media massa kepada khalayak ramai. Fokus pertama sudah pasti merupakan perkenalan tentang instrumen tes penularan Covid-19 GeNose.
Hal ini dapat disimpulkan dari mencermati muatan yang ada di dalam diagram Word Cloud. Keberadaan kata top word seperti alat, deteksi, test, serta napas menjelaskan upaya deskripsi dari GeNose. Sedangkan inovasi dan cepat merupakan perkenalan kualitas dari sebuah produk di masa awal kemunculan. Biasanya pendekatan kualitas akan berubah seiring semakin banyaknya informasi yang dapat digali.
Pada paruh kedua periode pemantauan, tidak banyak informasi yang bisa dibagikan sehingga pemberitaan hanya berkisar di bawah 20 liputan dalam satu hari. Itupun tak semua hari muncul berita terkait GeNose. Namun, pada periode ini semakin banyak kata-kata menarik yang bisa diteliti lebih dalam lagi.
Seperti kata edar yang menandakan bahwa perangkat tes ini mulai diasumsikan akan segera dilempar ke publik. Dan seperti yang diberitakan, menjelang akhir tahun pemerintah memberi lampu hijau kepada instrumen tes ini untuk beredar di masyarakat. Informasi ini akhirnya menarik banyak perhatian dari media massa daring sehingga dalam 3 hari yakni 26, 27, dan 28 Desember laporan memuncak hingga lebih dari 45 berita setiap harinya.
Media daring tak hanya memberitakan informasi dari pemerintah ini. Malahan, mereka kembali mengangkat informasi dasar terkait alat tes tersebut. Hal ini menunjukan bahwa GeNose masih terdengar sangat asing di telinga masyarakat Indonesia. Penjelasan tentang apa dan bagaimana alat tes ini ditujukan tentu sangat penting di saat pemerintah sudah memberikan izin peredaran.
Netray telah merangkum sudut pandang atau perspektif ini ke dalam kategori isu yang serupa. Selain isu ‘mengenal GeNose’, media massa juga banyak memberitakan sudut pandang ketersediaan perangkat tes serta bagaimana publik mengaksesnya. Isu ini menjadi penting karena sedari awal GeNose dipasarkan sebagai pengganti prosedur tes kontemporer yang secara ekonomis lebih terjangkau.
Kritik Media Massa
Kritisisme tentu saja tak dapat dihindarkan jika berhadapan dengan media massa. Sebagai upayanya untuk mencari fakta yang paling obyektif, media mau tak mau akan menelaah lebih dalam terkait subyek yang mereka tulis. Dalam hal ini adalah informasi yang berimbang tentang alat tes Covid-19 GeNose buatan Universitas Gadjah Mada.
Pertanyaan paling mendasar yang bisa dilemparkan adalah seberapa akurat tes GeNose. Pasalnya harga yang dipatok untuk melakukan tes ini terhitung sangat murah jika dibandingkan dengan tes serupa. Menurut pemerintah yang diwakilkan oleh Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro, tingkat akurasi perangkat ini terhitung sangat tinggi, yakni sekitar 97 persen.
Selain itu izin untuk mengedarkan GeNose juga sempat lama dikeluarkan oleh pemerintah. Yang akhirnya muncul menjelang tutup tahun ini. Sekarang GeNose sudah diperbolehkan untuk diedarkan ke seluruh daerah di Indonesia. GeNose akan menjadi penentu proses penanganan pandemi Covid-19 bersama-sama dengan keberadaan vaksin Merah Putih yang sekarang juga sedang dikerjakan oleh sejumlah peneliti.
Sebagai upaya preventif, keberadaan alat tes semacam GeNose memiliki fungsi yang sangat luas selain mendeteksi penularan Covid-19. Aktivitas masyarakat harus kembali bergerak agar tidak menghadirkan masalah yang lebih kompleks seperti kemunduran ekonomi. Media massa berperan menghadirkan fakta obyektif agar masyarakat secara antusias mau menggunakan perangkat ini. Dengan keberadaan instrumen tes yang sangat terjangkau harganya, diharapkan masyarakat tak perlu merasa khawatir jika harus menjalani protokol ini ketika situasi membutuhkannya.