Kasus kedatangan sejumlah Warga Negara Asing (WNA) asal India ternyata berkembang jauh lebih mengkhawatirkan lagi. Jika sebelumnya masyarakat Indonesia mendesak pemerintah untuk menutup jalur imigrasi dari India karena lonjakan kasus COVID-19, kini diketahui bahwa sejumlah WNA India yang sempat lolos masuk ke dalam negeri ternyata menggunakan cara yang ilegal. Mereka membayar sejumlah uang ke oknum petugas di Bandara Soekarno-Hatta, atau selanjutnya disebut dengan mafia bandara. WNA tersebut lantas tidak harus menjalani karantina terlebih dahulu.
Praktik semacam ini tergolong sebagai tindakan korupsi lewat penyalahgunaan wewenang. Ditambah lagi bisa sangat membahayakan di tengah situasi pandemi. Mengabaikan protokol kesehatan berarti membuka kemungkinan persebaran virus semakin luas lagi. Situasi bisa semakin kompleks jika persebaran tersebut merupakan varian virus baru yang lebih mematikan. Bisa dimaklumi jika publik dalam negeri sangat menyayangkan mengapa kasus mafia bandara bisa terjadi.
Sosial media, seperti Twitter kerap menjadi tempat untuk mencurahkan keresahan bagi masyarakat. Tak terkecuali untuk masalah ini. Netray Media Monitoring ingin memantau linimasa Twitter saat topik mafia bandara ramai dibicarakan. Bagaimana tanggapan warganet terhadap kasus ini? Simak hasilnya di bawah ini.
Hasil Statistik Subjek Pemantauan Mafia Bandara
Selama periode pemantauan, yakni dari tanggal 23 April hingga 29 April 2021, Netray menjaring setidaknya 2.416 cuitan yang mengandung kata kunci mafia, karantina, dan bandara. Topik mafia bandara terhitung sepi peminat dan hanya ramai selama dua hari saja, yakni pada tanggal 27 April dan 28 April 2021. Warganet sepertinya lebih ramai membicarakan topik lain meski wacana ini tergolong penting.
Total interaksi terhadap seluruh kicauan menunjukan angka impresi sebesar 1,6 juta kali reaksi dengan potensi jangkauan topik mencapai 78,7 juta akun pengguna Twitter. Kesimpulan sementara bahwa tingkat awareness warganet terhadap kasus mafia bandara masih rendah jika dibandingkan dengan problematika lain yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Sementara itu, sentimen kicauan tentang mafia bandara hampir mutlak dikuasai oleh sentimen negatif. Sebanyak 1,613 kicauan, atau separuh lebih total twit merupakan unggahan bernada negatif. Sedangkan kicauan dengan sentimen positif hanya berjumlah 40 buah saja, sisanya netral. Tidak ada yang sepakat dengan praktik mafia bandara semacam ini. Karantina tetap harus dilakukan terlepas dari latar belakang pengguna bandara. Lantas bagaimana suara-suara warganet kala mengomentari topik perbincangan ini? Berikut hasil tangkapan Netray Media Monitoring.
Perbincangan Warganet kala Membahas Isu Mafia Bandara
Sejauh pemantauan Netray, topik mafia bandara mulai muncul pada tanggal 23 April 2021. Akun @ming_jkt termasuk yang paling awal menyuarakan isu ini. Hanya saja baru 26 April 2021 akun media massa daring menulis laporan terkait dugaan oknum yang bermain dengan aturan karantina. Sejumlah WNA asal India diketahui tidak menjalankan protokol utama ketika memasuki wilayah Indonesia setelah mendapat kelonggaran dari oknum tersebut. Sebagai timbal baliknya, oknum petugas mendapat bayaran dalam jumlah tertentu.
Pihak kepolisian mulai menyelidiki dugaan tersebut. Istilah “mafia” kemudian dikeluarkan untuk mendeskripsikan pelaku penyelewengan. Konsekuensi praktik tersebut diimajinasikan sebagai aksi sekelompok orang, bukan lagi dilakukan oleh individu saja. Mereka membentuk jejaring yang rapi dan rahasia kala melakukan aksinya. Tertangkapnya satu atau dua pelaku tak lantas menuntaskan masalah selama gembong mafia masih aman menjalankan aksinya.
Hal ini yang menjadi keresahan akun @Azzamlzzulhaq sebagai akun yang paling banyak mendapat impresi dari warganet. Dengan total 6.536 impresi, ia menjelaskan bahwa kasus mafia bandara itu seperti gunung es dan sempat optimis bahwa kasus mafia karantina dapat dibongkar oleh pihak berwajib. Namun, sepertinya hanya ‘penyuap’ saja yang ditangkap, belum menyentuh aktor utama mafia.
Pernyataan tersebut disepakati oleh akun @alvinlie2. Menurutnya polisi tak segera mengungkap jaringan mafia bandara meski mengaku sudah tahu siapa aktor utamanya. Bahkan anggota mafia bandara yang sudah tertangkap tidak ditahan oleh polisi dengan alasan tertentu. Hal ini tentu mendatangkan kekecewaan di ranah publik hingga kicauan @alvinlie2 direspon warganet sebanyak 3.343 kali.
Respons yang kurang tanggap dari polisi akhirnya menjadi sorotan akun @roythaniago. Ia membaca bahwa sejak polisi menetapkan oknum karantina bandara sebagai “mafia”, seolah-olah bobroknya layanan publik selalu datang dari luar, dari tangan yang tak dikenal, atau di luar kontrol otoritas. Hal ini merupakan upaya pembohongan publik atas upaya setengah hati aparat penegak hukum.
Bagi warganet, kasus mafia bandara seharusnya tak kalah penting dengan kasus-kasus nasional lainnya. Hanya saja warganet terlanjur kecewa terhadap upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat. Melihat sisi urgensi permasalahan ini, dari sudut pandang warganet, seharusnya perbincangan ini bisa menarik animo yang jauh lebih tinggi. Hanya langkah kongkrit dari aparat ke depan yang menjadi harapan. Semoga lekas terbongkar.