Terdapat satu misteri yang selalu datang di DKI Jakarta setiap tahunnya. Yakni, apakah saat ini Jakarta sudah bebas dari banjir atau belum? Sudahkan pemerintah berhasil mengelola bencana yang sempat menjadi wajah dari ibukota selama bertahun-tahun? Pertanyaan yang sama masih muncul tahun ini, meskipun satu persatu pemimpin telah silih berganti menjajakan janjinya menyelesaikan masalah banjir Jakarta.
Hanya saja fakta di lokasi memperlihatkan cerita yang berbeda. Sejumlah lokasi di Jakarta tetap terendam air, atau yang biasa disebut banjir, setelah mendapat guyuran hujan selama beberapa waktu. Keadaan ini akan selalu menjadi hal yang menarik pembahasan dari khalayak ramai.
Untuk melihat seperti apa perbincangan ini berlangsung, Netray Media Monitoring telah melakukan pemantauan di linimassa Twitter dan pemberitaan media massa. Tujuannya adalah untuk melihat framing dan perspektif publik terhadap fenomena yang hingga sekarang masih berlangsung. Pemantauan dilakukan selama periode 16 Februari 2021 hingga 22 Februari 2021 dengan kata kunci jakarta, banjir, dan anies.
Laporan Statistika Wacana Banjir Jakarta
Media Massa
Banjir pemberitaan terjadi selama pemantauan media massa. Hanya dalam kurun tujuh hari, 1.303 berita yang mengandung kata kunci telah terbit. Laporan ini diterbitkan paling tidak oleh 72 portal berita daring dalam negeri.
Hampir sebagian besar berita tergolong dalam kategori Bencana, yakni dengan 970 laporan. Kategori dengan berita terbanyak kedua adalah Pemerintahan. Hanya saja kuantitas berita untuk kategori ini cuma 165 laporan saja.
Portal berita yang paling banyak melakukan liputan atau menulis laporan adalah laman voi.id dengan total sebanyak 150 artikel. Disusul dengan tempo.co sebanyak 67 artikel, dan cnnindonesia.com menulis 65 laporan yang mengandung kata kunci. Untuk lebih lengkapnya bisa disimak di grafik di bawah ini.
Sejak hari pertama pemantauan, yakni tanggal 16 Februari, kuantitas pemberitaan meningkat drastis pada tanggal 20 Februari dan 21 Februari 2021. Lebih dari 400 artikel terbit pada dua hari ini, yang jauh berbanding dengan rerata hari biasa. Peningkatan ini terjadi karena banjir mulai terasa dampaknya pada saat itu.
Media Sosial Twitter
Selain memantau pemberitaan di media massa, Netray Media Monitoring juga mengamati perbincangan warganet di linimassa Twitter. Hasilnya adalah selama periode pemantauan ditemukan 32.712 cuitan yang mengandung kata kunci. Warganet mulai aktif membicarakan kata kunci sejak tanggal 20 Februari dengan total postingan sebanyak 5.385 cuitan dalam sehari. Hingga akhir periode pemantauan, terdapat 18,3 juta kali interaksi warganet dan secara potensial perbincangan ini dapat menjangkau 130,5 juta akun.
Puncak perbincangan terjadi lusa, yakni pada tanggal 22 Februari 2020. Diketahui hampir 18.289 cuitan meramaikan topik banjir Jakarta terbaru, atau separuh lebih dari volume cuitan yang berhasil dikumpulkan oleh Netray selama pemantauan. Tentu saja cuitan ini akan dibagi lagi menurut sentimen masing-masing.
Apabila pembaca mengikuti sejarah banjir di Jakarta, bencana ini tidak lagi dianggap musibah yang tak terelakkan. Ada upaya tertentu yang seharusnya mampu memberikan hasil yang berbeda. Karena warga Jakarta masih mendapati wilayahnya tergenang banjir, maka sangat wajar jika sentimen dari pemantauan perbincangan kali ini cenderung mengarah ke negatif. Total terdapat 19.204 cuitan bermuatan sentimen negatif berbanding 8.100 cuitan saja yang bernada positif.
Perspektif Pemberitaan Media Massa
Karena kuantitas pemberitaan dengan topik banjir Jakarta terhitung cukup tinggi, akan membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit untuk mencermati sudut pandang apa saja yang digunakan media massa dalam melaporkan peristiwa ini. Maka dari itu bakal lebih mudah jika menggunakan salah satu fitur Netray Media Monitoring yakni Hot Issue.
Melalui fitur ini, dapat dilihat isu apa saja dari pemberitaan terkait kata kunci yang paling populer diangkat oleh media massa daring. Isu pertama adalah klaim Anies Baswedan bahwa banjir Jakarta kali ini karena mendapat kiriman dari Bogor. Mendengar pendapat tersebut, walikota Bogor, Bima Arya membantah bahwa mengurusi banjir tak hanya bisa ditangani saat musim hujan saja.
Isu kedua adalah aksi penyelamatan korban banjir yang dilakukan oleh pasukan marinir. Di dalam klaster ini, berisi pemberitaan tentang bagaimana Pemda DKI mengelola bencana banjir. Apa saja langkah pemerintah setempat dalam memitigasi bencana tersebut. Mulai dari pemungsian waduk hingga menyiapkan pengungsian.
Klaster isu terakhir adalah pemberitaan yang menyoroti hubungan wacana banjir dengan sejumlah tokoh politik yang pernah memimpin Ibukota Jakarta. Mengingat permasalahan banjir yang sudah sangat melekat di dalam masyarakat Jakarta, mau tak mau mereka akan membandingkan bagaimana kinerja setiap pemimpin yang pernah ada.
Keluh Kesah Warga(net) Jakarta
Dalam laporan statistika, sudah dijelaskan bila cuitan dengan sentimen negatif jauh mendominasi perbincangan dengan topik banjir Jakarta kali ini. Bisa diprediksikan bahwa sentimen tersebut selain berisi curahan perasaan duka karena curah hujan yang tak kunjung surut, adalah ungkapan kekecewaan warga karena banjir masih saja terjadi meski pemimpin terus berganti.
Anggapan ini agaknya cukup benar, tetapi tidak bisa dikatakan tepat 100 persen. Alasannya adalah situasi politik di Jakarta yang sudah sangat tersaturasi ideologi politik faksional. Yang artinya akan selalu ada kubu-kubu yang berseberangan dalam melihat satu fenomena tak peduli keadaan objektif dari fenomena tersebut.
Buktinya adalah dalam grafik Top Accounts, atau akun mana saja yang menjadi corong utama perbincangan, adalah akun-akun yang kerap bersilang pendapat dalam wilayah DKI Jakarta. Sebut saja seperti akun @maspiyuaja, @FerdinandHaean3, @PutraWadapi, dan @ustadtengkuzul. Mereka ini jika disederhanakan adalah pendukung garis keras dari kubu yang berseberangan, yakni antara Anies Baswedan dengan Ahok/Joko Widodo. Nama mereka masih kerap disebut oleh masing-masing pendukung sehingga muncul di dalam grafik Word Clouds.
Perbincangan warganet adalah upaya mendukung sebuah narasi, seperti narasi banjir merupakan kiriman dari Bogor dengan kemunculan kata tersebut dalam grafik di atas, atau mencela pernyataan bahwa banjir kali ini mendapat bantuan dari Tuhan karena segera surut yang nyatanya masih berlangsung beberapa hari.
Wajah perbincangan yang sama sekali tidak menyenangkan untuk didengar karena masalah kemanusiaan dikorbankan untuk kepentingan politik. Bencana sebaiknya tidak dijadikan arena untuk saling serang antar kubu dan mempengaruhi persepsi publik . Berkuasa adalah kepentingan politik sesaat, sedangkan memerintah merupakan tanggung jawab pemimpin untuk menyejahterakan masyarakat.