Dengan persona yang dicitrakan dan sejumlah buku self-help, Deddy Corbuzier adalah penjelmaan gaya hidup smart, sehat, dan sukses. Hal tersebut menjadikannya panutan bagi penggemar berat yang kerap ia sebut sebagai “smart people”. Gambaran pria ideal sekaligus tangguh, seorang alpha male. Akan tetapi, citraan tetap saja hanya sekadar rekaan imajinasi pikiran semata. Ketika terbentur oleh realitas hidup, semua akan kembali tersadar bahwa manusia hanyalah makhluk fana.
Realitas yang sedang dihadapi oleh Deddy Corbuzier saat ini adalah dirinya sempat dalam kondisi kritis karena tertular virus Covid-19. Memang bukan tidak mungkin seseorang yang sangat sehat bisa tertular hingga jatuh sakit. Hanya saja kasus ini terdengar ironis karena yang membuat kesehatan Deddy kritis justru adalah imun tubuhnya yang terlalu kuat. Sistem kekebalannya tak hanya menyerang sel tubuh yang terinfeksi virus, tetapi juga sel-sel tubuh lain yang masih sehat. Kondisi ini yang dalam dunia kedokteran disebut sebagai badai sitokin.
Topik tersebut menjadi perbincangan warganet Twitter setelah kondisi Deddy Corbuzier ini ramai diberitakan oleh media massa. Media Monitoring Netray ingin melihat bagaimana topik tersebut berkembang di linimasa. Seperti apa respons warganet terhadap isu “badai sitokin” dan siapa saja yang memantik perbincangan. Simak hasil pemantauan Netray di bawah ini.
Laporan Statistik Topik Deddy Corbuzier Alami Badai Sitokin
Pemantauan topik kondisi badai sitokin yang dialami Deddy Corbuzier dilakukan dengan memanfaatkan kata kunci badai sitokin. Ada tujuan khusus dalam penggunaan kata kunci ini tanpa menyertakan deddy corbuzier sebagai kata kunci lainnya. Yakni untuk memberi gambaran apakah masyarakat, diwakilkan oleh warganet, sudah membicarakan hal ini sebelum kasus Deddy atau malah kasus ini yang menjadi pemantik. Logisnya tentu saja Deddy Corbuzier bukanlah pasien perdana badai sitokin.
Netray menemukan bahwa kata kunci pemantauan muncul di dalam 2.125 tweet yang diunggah oleh warganet. Pemantauan ini dilakukan selama periode 17 Agustus hingga 23 Agustus 2021. Rentang waktu sepekan ke belakang memang terkesan tidak memberikan banyak ruang untuk menemukan perbincangan ini di luar peristiwa jatuh sakitnya Deddy Corbuzier. Akan tetapi, setelah rentang pemantauan diperluas sejak awal bulan, hasilnya tidak banyak berbeda, hanya bertambah 63 tweet saja sehingga total yang didapat sebanyak 2.188 tweet.
Mungkin beberapa tweet dapat mengubah tampilan data ketika mendapat banyak impresi. Hanya saja hal tersebut tidak terjadi di sini. Berdasar data statistik yang Netray kumpulkan, pemantauan kata kunci ini menghasilkan impresi sebanyak 8,4 juta interaksi berupa reply, retweet, maupun favorites. Baik dari periode sepekan ke belakang maupun dari periode pemantauan sejak awal bulan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa wacana badai sitokin baru ada setelah berita tentang Deddy Corbuzier muncul di permukaan.
Lantas seberapa luas perbincangan tersebut merambah linimasa Twitter selama periode pemantauan? Netray menemukan bahwa kata kunci badai sitokin secara potensial dapat menjangkau 78,7 juta akun berbahasa Indonesia. Sedangkan ribuan tweet tersebut diunggah oleh 1.237 akun dengan pembagian 931 akun milik user pria dan 306 akun adalah milik user perempuan. Sebagian besar user, yakni sekitar 60% menggunakan perangkat Android untuk membuat tweet, sisanya terbagi-bagi ke dalam sejumlah device.
Data statistik lain yang perlu ditampilkan adalah hasil pengindeksan sentimen terhadap tweet warganet oleh Netray. Hasilnya adalah 1.603 tweet memiliki sentimen negatif, sedangkan tweet yang ditulis dengan sentimen positif hanya berjumlah 95 saja. Tentu saja ini merupakan perbedaan yang sangat mencolok, pasalnya tweet bersentimen netral pun akhirnya hanya berjumlah 490 tweet saja. Akan tetapi, apakah tweet dengan sentimen non negatif tersebut tidak berdampak pada perbincangan warganet? Penelusuran lebih lanjut akan menjawab pertanyaan ini.
Warganet Butuh Penjelasan tentang Badai Sitokin, Utas @DokterPodcast Viral
Ketika memantau grafik Top Accounts, perbincangan nampaknya berpusat di sejumlah kecil akun saja. Yakni antara akun @DokterPodcast, @ProfesorZubairi, dan akun base @hibooran. Bahkan akun milik Deddy Corbuzier di @corbuzier sendiri tidak muncul di dalam grafik ini. Setelah Netray memantau akun Deddy secara terpisah, terlihat bahwa pihaknya tidak membuat tweet dengan kata kunci. Terpantau ia hanya membuat pengumuman bahwa dirinya sempat sakit dan hampir meninggal dunia.
Akun @DokterPodcast membuat utas yang isinya menjelaskan kondisi badai sitokin yang menimpa Deddy Corbuzier beberapa waktu yang lalu. Karena tidak pernah ada pembahasan yang cukup dari warganet sebelumnya, begitu utas ini terbit langsung mendapat respons yang masif dari warganet dan menjadi viral. Hingga akhir periode pemantauan, tweet yang mengawali utas tentang badai sitokin mendapat respons sebanyak 124 kali reply, 8.138 kali favorites, dan 3.315 kali retweets.
Interaksi terbanyak selanjutnya datang dari akun @ProfesorZubairi milik ketua satgas penanganan Covid-19 IDI. Apa yang disampaikan oleh akun tersebut terhitung sangat penting karena berisi informasi yang meluruskan pemahaman publik yang salah. Yang sempat dipercaya oleh masyarakat adalah badai sitokin berasal dari vaksin Covid-19 sendiri. Masyarakat tidak perlu khawatir bahwa vaksinasi yang bertujuan menguatkan kekebalan tubuh justru balik menyerang badan pasien.
Akun dari diagram Top Accounts yang masih masuk radar analisis adalah akun base @hibooran. Tweet dari akun ini secara langsung mendoakan kesehatan Deddy Corbuzier dan teringat dengan kasus meninggalnya suami artis Joanna Alexandra, Raditya Oloan yang juga terkena badai sitokin. @hibooran kembali mengingatkan warganet untuk tetap menjaga kesehatan dan terus mematuhi protokol kesehatan karena pandemi Covid-19 sejatinya masih berlangsung.
Penutup
Kemunculan topik badai sitokin sebagai perbincangan publik tidak bisa dipungkiri didorong oleh keberadaan Deddy Corbuzier sebagai penyintas. Meski sebelumnya sudah banyak pasien yang meninggal karena kondisi ini, publik ternyata belum begitu memperhatikan topik ini. Sangat penting untuk mencari informasi yang valid untuk hal yang masih baru seperti ini agar tidak terjerumus pada berita palsu atau hoax. Sisi positifnya, masyarakat menjadi lebih waspada terhadap kondisi-kondisi khusus semacam ini dan tetap menjaga kesehatan selama pandemi Covid-19.