Seakan tak ingin dilupakan, kini Covid-19 kembali menjadi tokoh utama media pemberitaan. Ketika beberapa pekan kasus ini mulai tak disoroti, beberapa akhir ini kasus penambahan Covid-19 menunjukkan angka yang begitu fantastis. Hal ini tentu bukan menjadi kebanggaan ataupun berita baik bagi pemerintah dan publik. Bagaimana tidak? Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat seakan tidak memberikan dampak sama sekali. Varian baru yang terus menyelundup di Tanah Air hingga abainya masyarakat terhadap prokes menjadi faktor pemicu lonjakan ini.
Jumlah kasus penambahan hingga 13.688 orang per 24 jam pada 23 Juni 2021, mengisyaratkan bahwa virus ini masih bertahan dan terus berkembang. Data yang terhimpun dari covid19.go.id ini juga menunjukkan lebih dari 2 juta penduduk Indonesia telah terpapar dari virus ini, lebih dari 1,8 juta di antaranya telah dinyatakan sembuh, 55.291 orang meninggal, dan 152.686 sisanya masih dinyatakan dalam keadaan positif. Dengan adanya lonjakan ini, isu lockdown kembali menyeruak dengan dalih dapat menekan angka penambahan kasus.
Mengingat media berita adalah salah satu pusat informasi milik publik, lantas seperti apa media berita menyoroti kembali pandemi di masa ini? Akankah pemberitaan hanya seputar jumlah kasus yang tak kunjung mereda ataukah media menyuguhkan berita bernada baik untuk meredakan keresahan masyarakat? Untuk mengetahui kondisi ini, berikut pantauan Media Monitoring Netray dalam sepekan terakhir.
Covid-19 dalam Berita
Tak dapat dipungkiri, upaya pemerintah dalam menekan kasus hingga dampak dari pandemi ini belum memberikan hasil signifikan. Namun, hal tersebut bukanlah semata-mata kesalahan dari kebijakan ataupun aturan yang telah digelontorkan pemerintah. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam menekan angka kenaikan Covid-19 seperti abai terhadap prokes atau mengundang kerumunan juga menjadi faktor melonjaknya kasus ini. Hingga pada akhirnya topik pemberitaan terkait pelonjakan kasus ini pun kembali menyita perhatian media berita.
Dalam periode pemantauan sepekan terakhir, kata kunci covid telah dituliskan di dalam 9.057 artikel. Kata kunci ini terbilang dalam kategori general dalam pemantauan sebuah isu. Oleh karena itu, pada pemantauan kali ini dapat ditemukan hingga 3 ribuan artikel dalam satu harinya. Hal ini juga dapat kita lihat pada tabel kategori pemberitaan yang mana topik ini menyebar dalam berbagai kategori, mulai dari ranah kesehatan hingga menyasar pada kuliner.
Meski Covid merupakan nama virus yang tentunya identik dengan kesehatan, namun pertahanan dan kekuatan dari virus ini ternyata mampu menembus segala sektor. Ekonomi, pendidikan, bahkan pemerintahan telah dibuat ‘kelimpungan’ oleh virus ini. Dari ribuan artikel yang telah dilayangkan oleh 148 media berita daring Indonesia, apa yang menjadi pokok utama media berita dalam menyiarkan topik ini? Dalam sepekan pemantauan, kita dapat melihat apa yang menjadi garis besar dari pemberitaan media terkait kata kunci ini. Dari fitur Word Cloud, terlihat kumpulan kosakata yang mendominasi perihal topik ini.
Secara garis besar pemberitaan media ialah seputar penambahan atau lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia pasca lebaran yang semakin meningkat meski program vaksinasi juga terus digalakkan pemerintah. Dari kumpulan Top Locations dan Top People di atas, terlihat beberapa daerah hingga tokoh di Indonesia yang paling mendapat sorotan media terkait topik. Paling pertama menjadi bahan pemberitaan ialah penambahan kasus di DKI Jakarta yang semakin beringas, terutama kasus pada anak-anak. Hal ini tentu menjadi PR besar bagi pemerintah mengingat wacana sekolah tatap muka yang pernah dicanangkan dalam waktu dekat.
Lonjakan Kasus Menjadi Sorotan
DKI Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan seakan juga menjadi sasaran bagi virus Covid-19. Dilansir dari media Antara, penambahan kasus di Jakarta telah mencapai angka 5.014 kasus per 21 Juni 2021 sehingga kumulasi kasus positif COVID-19 di Jakarta menjadi sebanyak 479.043 kasus, meningkat dari jumlah sebelumnya sebanyak 474.029 kasus.
Namun, jumlah yang fantastis ini ternyata ditepis oleh Kapolres Metro Jakarta Pusat. Dikutip dari Tribun Jakarta, Kombes Pol Hengki Haryadi mengklaim data Covid-19 versi Dinas Kesehatan DKI, terkhusus data yang terdapat pada laman corona.jakarta.go.id milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tak selaras dengan jumlah kasus positif Covid-19 di lapangan. Temuan yang dinyatakan oleh Hengki ini didasarkan oleh data riil lapangan, seperti kasus di Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir yang saat itu terdapat 18 orang raktif yang terdata di puskesmas. Akan tetapi, pada kenyataanya 10 dari 18 orang telah dinyatakan sembuh dan belum tercatat di laman pemerintahan DKI Jakarta.
Anak-anak Paling Banyak Disasar
Tak hanya lokasi keramaian yang menjadi incaran, anak-anak yang sering ‘luput’ dari pengawasan orang tua dalam penerapan protokol kesehatan juga menjadi sasaran virus yang semakin berkembang ini. Seperti halnya yang diberitakan oleh Tagar.id, Juru Bicara Satgas Penanganan Percepatan Covid-19 Karawang, Fitra Hergyana, mengatakan sebanyak 384 anak usia di bawah lima tahun di Kabupaten Karawang telah terpapar Covid-19. Meski demikian belum ditemukan kasus kematian pada anak-anak yang diakibatkan oleh virus ini.
Kejadian serupa juga terjadi di wilayah Bekasi. Dilansir dari Viva, Bupati Bekasi Eka Supri Atmadja mengatakan bahwa sebanyak 657 anak dan balita berusia di bawah lima tahun terkonfirmasi positif COVID-19 setelah wilayah Kabupaten Bekasi mengalami peningkatan jumlah angka reaktif. Kasus peningkatan reaktif pada anak-anak ini juga diresahkan oleh Kemenkes setelah adanya varian Delta. Dalam artikel milik Kontan, Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit & Plt. Dirjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu mengatakan bahwa ada kecenderungan mutasi Covid-19 varian Delta menyerang anak-anak di bawah 18 tahun. Beberapa faktor yang memungkinkan cepatnya penularan ialah turunnya daya tahan tubuh seorang anak dan siklus penyebaran varian Delta yang terbilang lebih cepat dibanding varian sebelumnya.
Media Memberitakan Hal Baik
Meski kasus lonjakan menjadi berita buruk bagi publik dan pemerintah, lantas media tak ingin menambahkan keresahan bagi masyarakat. Hal ini dapat menjadi kesimpulan mengingat jumlah berita bernada positif lebih mendominasi pada pemantauan topik ini. Terlihat dari tabel Sentiment Trend yang menunjukkan 4 ribu dari 8 ribu berita terlabeli sebagai berita bersentimen positif. Lalu berita baik apa saja yang diunggah media untuk meredakan keresahan atas kasus pandemi ini?
Penundaan Sekolah Tatap Muka
Salah satu upaya yang kembali digaungkan pemerintah ialah penundaan sekolah tatap muka. Sebelumnya, wacana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang diusulkan Kemendikbud akan dimulai per 1 Juli 2021.Namun, dengan kondisi yang tidak menujukkan penurunan angka kasus, tentu saja menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Fenomena ini pun sempat dipantau oleh Netray dalam artikel berjudul Wacana Sekolah Tatap Muka Semasa Pandemi, Memicu Pro dan Kontra.
Tak hanya mendapat desakan dari masyrakat untuk penundaan PTM, beberapa organisasi pun ikut menyuarakan agar pemerintah meninjau kembali terkait wacana tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo dalam berita yang dituliskan oleh Indozone, ia mendesak agar pemerintah pusat dan pemerintah daerah segera menghentikan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sejumlah daerah yang memiliki positivity rate di atas 5%. Tentu saja hal ini dimaksudkan untuk menekan potensi penularan pada pendidik dan terutama anak-anak.
Tak senada dengan desakan publik, Kemendikbud sebagai jajaran tertinggi dalam pendidikan akan tetap melaksanakan sekolah tatap muka pada tahun ajaran baru 2021/2022. Namun begitu, dilansir dari Republika, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Jumeri menegaskan situasi ini dinamis dan di satu daerah belum tentu seragam mengingat kondisi di setiap daerah berbeda-beda. Hal ini menjadi pertimbangan besar bagi Kemendikbud yang mana wacana PTM ialah untuk menanggulangi learning loss. Jumeri mengungkapkan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) daring selama ini tidak ideal. Sebab, tidak semua murid dan guru memiliki perangkat pembelajaran digital. Selain itu, banyak daerah yang masih belum mendapatkan sinyal internet.
Gotong Royong Tangkal Pandemi
Peningkatan kasus yang ‘menggila’ seakan tak ingin dibuat ‘semakin gila’ oleh media sebagai penyalur infomasi. Beberapa media menyempatkan berbagi informasi positif untuk saling mengingatkan bahu-membahu dalam menanggulangi pandemi ini. Seperti artikel yang diunggah oleh Warta Kota yang memberitakan perihal gotong royong Warga Bojongsari, Kota Depok membagikan sembako dari lumbung pangan untuk warga yang menjalankan isolasi mandiri. Hal serupa juga diberitakan oleh Tribun Jateng yang menuliskan berita tentang Pemda Kendal yang menggalakkan program Jogo Tonggo untuk membantu warganya yang sedang melakukan isolasi mandiri.
Artikel yang terdeteksi positif lainnya tentu saja perihal tips dan panduan tentang isolasi mandiri yang dapat dilakukan masyarakat di rumah. Mengingat saat ini sejumlah tempat, seperti Wisma Atlet telah dikabarkan hampir penuh maka media berita membagikan sejumlah informasi terkait isolasi mandiri yang benar dan tepat. Upaya isoman ini dilakukan tentu saja untuk mencegah terjadinya penularan bagi orang terdekat dan dapat mengurangi beban rumah sakit, sehingga rumah sakit dapat menjadi rujukan bagi pasien yang memiliki riwayat darurat penanganan.
Dengan demikian, informasi terkait mutasi Covid-19 yang semakin ganas dalam penularannya tak sepatutnya menjadi ancaman bagi masyarakat apabila protokol kesehatan juga tetap digalakkan dalam kegiatan sehari-hari. Lonjakan kasus yang tembus angka ribuan per hari dapat menjadi peringatan untuk tetap mematuhi kebijakan dan prokes yang telah dicanangkan pemerintah. Selain menjadi upaya penekanan, tentu saja hal ini juga menjadi upaya penyelamatan diri sendiri dan orang sekitar kita dari sasaran virus Covid-19. Sikap gotong royong dan saling mengingatkan juga menjadi salah satu usaha untuk kita menjaga satu sama lainnya. Patuhi protokol kesehatan! Jaga diri kita, untuk kita dan orang terdekat kita.