Tingkat perekonomian Indonesia mengalami kemunduran akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020–2021 hampir di seluruh wilayah. Namun wilayah Papua justru menunjukkan anomali dengan peningkatan PDRB melalui beberapa sektor ekonomi. Sektor tambang disinyalir menjadi stimulan utama dalam memulihkan ekonomi regional pasca pandemi.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7 Februari 2022 melaporkan bahwa perekonomian Indonesia tahun 2021 mencapai angka Rp16.970,8 triliun. Nilai tersebut diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihitung berdasarkan produksi, penghasilan, atau pengeluaran masyarakat. Adapun PDB per kapita senilai Rp62,2 juta.
Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 3,69 persen, lebih tinggi dibanding capaian tahun 2020 yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Angka pertumbuhan terjadi di hampir sebagian besar kelompok sektor Lapangan Usaha dengan catatan tertinggi pada Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 10,46 persen.
Pemulihan Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19, Terpesat di Papua
Kelompok provinsi di Pulau Jawa memang masih mendominasi struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada tahun 2021 dengan kontribusi sebesar 57,89 persen diikuti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, serta Maluku-Papua.
Akan tetapi gambaran makro ini menjadi sangat berbeda apabila dilihat secara kontekstual. Yaitu pemulihan ekonomi pasca pandemi justru paling pesat diperlihatkan oleh kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua. Angka pertumbuhan ekonomi wilayah ini meningkat cukup jauh dibandingkan dengan wilayah lain.
Pada 2021, pertumbuhan ekonomi di Pulau Maluku-Papua tercatat sebesar 10,09 persen, paling tinggi di antara catatan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) di pulau lain. Sementara kelompok provinsi di Pulau Bali-Nusa Tenggara yang ekonominya banyak dipengaruhi oleh aktivitas pariwisata mencoba bangkit dengan catatan pertumbuhan hanya sebesar 0.07%.
Sebelum pandemi, pertumbuhan PDRB dipimpin oleh kelompok provinsi di Pulau Sulawesi, Jawa, dan Bali-Nusa Tenggara. Kelompok provinsi di Pulau Maluku-Papua tertinggal jauh di angka minus 7,4 persen. Namun, ketika pandemi menghantam perekonomian Indonesia pada 2020, Pulau Maluku-Papua justru memperlihatkan anomali dengan catatan pertumbuhan 1,44 persen ketika sebagian besar provinsi di Indonesia mengalami kontraksi.
Secara spasial, Pulau Maluku-Papua hanya memberikan kontribusi sebesar 2,49 persen terhadap struktur perekonomian Indonesia triwulan IV-2021. Adapun struktur perekonomian di kelompok ini masih didominasi oleh Provinsi Papua sebesar 55,86 persen dengan kontribusi nasional sebesar 1,39 persen.
Tambang Masih Jadi Pendongkrak Ekonomi Papua
Ditilik dari sektor produksi, pertumbuhan ekonomi Papua yang pada 2020 tumbuh 2,39 persen melesat di angka 15,11 persen (c-to-c) pada 2021 didongkrak oleh Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian yang tumbuh sebesar 40,80 persen. Capaian ini jauh lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 16,62 persen.
Berdasarkan catatan BPS Papua, pertumbuhan produksi pada kategori pertambangan dan penggalian terutama disebabkan oleh peningkatan produksi bijih logam P.T Freeport Indonesia pada tahun 2021. PTFI membukukan kenaikan produksi emas dan bijih tembaga yang signifikan di kuartal III 2021.
Produksi tambang Indonesia melalui PTFI hingga kuartal III 2021 untuk bijih tembaga mencapai 956 juta pon atau meningkat 76,05 persen dibanding periode yang sama di tahun 2020. Untuk komoditas emas, produksi mencapai 968 ribu ons pada kuartal III 2021 atau meningkat sebesar 67,76 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 577 ribu ons.
Secara kumulatif, Freeport berhasil memproduksi 1,37 juta ons emas pada 2021. Capaian ini meningkat 62% dari produksi tahun sebelumnya, yang tercatat berjumlah 848 ribu ons pada 2020. Jika merunut data produksi Freeport satu dekade, jumlah tersebut bukanlah capaian terbesar.
Freeport mencapai puncaknya pada 2018 dengan produksi 2,69 juta ons. Namun, tidak berselang lama, jumlah produksi anjlok pada 2018–2019 di angka 800 ons akibat menipisnya cadangan emas di tambang terbuka Grasberg. Sebagai informasi tambahan, pada akhir tahun 2018, Indonesia mengakuisisi 51 persen saham Freeport. Freeport kembali mencatatkan kenaikan produksi senilai 1,37 juta ons pada 2021, ketika tambang bawah tanah Grasberg dioperasikan.
Sedikit Sumbangan dari PON Papua
Data pertumbuhan PDRB Papua selama dua tahun ke belakang memang memperlihatkan ketangguhan sektor Lapangan Usaha Pertambangan dalam mengerek perekonomian Papua pada masa kritis pandemi 2020. Sebab, sektor ini tidak goyah sedikitpun ketika sektor lain mengalami kontraksi.
Namun, kita juga tidak bisa melupakan sumbangan PON XX dan Peparnas XVI Papua yang mampu mendorong perekonomian Papua di luar aktivitas tambang, khususnya pada triwulan IV 2021 yang tumbuh sebesar 6,41 persen terhadap triwulan III 2021.
Pertumbuhan terjadi pada hampir semua lapangan usaha kecuali Jasa Keuangan dan Asuransi (-2,62) serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (-3,94 persen). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan (35,15 persen). Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (12,29 persen) dan Konstruksi (8,66 persen).
Jika Papua Tanpa Tambang
Pertambangan menjadi sumber penghasilan utama terbesar di Papua, termasuk penyumbang kontribusi provinsi Papua hingga 36,84 persen. Laju pertumbuhan ekonomi di Papua yang naik hingga 15 persen pada 2021 juga dikatrol oleh pertambangan.
Jika tidak, Papua sama seperti kebanyakan pulau lain yang mengalami pertumbuhan minus 3,40 persen pada 2020 dan tumbuh 2,49 persen pada tahun 2021.
Sekali lagi, jika tanpa tambang, kontribusi PDRB Papua selama dua tahun terakhir disumbang oleh Lapangan Usaha Konstruksi di angka kurang dari 20 persen kemudian Pertanian dan Perdagangan. Hal ini pun barangkali terkait aktivitas pembangunan infrastruktur penunjang penyelenggaraan PON dan Peparnas yang diselenggarakan pada tahun 2021.
Diedit oleh Ananditya Paradhi