Isu ketidaksejahteraan yang menimpa para buruh ekspedisi online belakangan ramai menghiasi jagat maya. Beberapa waktu lalu, sejumlah kurir yang kerap melayani pengantaran barang dari situs belanja online atau marketplace terkemuka menyampaikan komplain terhadap besaran upah yang dirasa amat mencekik nasib kurir. Aksi unjuk rasa mereka terangkum dalam tagar #ShopeeTindasKurir. Netray pun sempat memantau perkembangan topik tersebut dalam artikel #ShopeeTindasKurir Viral di Twitter, Warganet Beralih pada Tokopedia? di blog Netray.
Tak berselang lama dari isu tersebut, kini marak beredar potret kejadian tidak menyenangkan yang memperlihatkan kekacauan sistem COD yang berimbas pada nasib kurir. Netray kembali tertarik untuk mengulas topik tersebut. Melalui fitur monitoring News, Netray ingin melihat bagaimana media merangkum pemberitaan seputar kurir dan efektivitas sistem COD dalam laporan pemberitaan. Tak luput dari pantauan, Netray juga akan memperlihatkan bagaimana keriuhan media sosial Twitter menjadi wadah untuk menyuarakan isu ini. Bagaimana masyarakat memandang deretan insiden buruk yang dialami para kurir dan seperti apa kesemrawutan sistem COD di dunia marketplace akhir-akhir ini yang sangat meresahkan nasib kurir? Simak hasil pantauan Netray berikut.
Topik Kurir dan Efektivitas Sistem COD dalam Laporan Pemberitaan Daring
Selama periode 1-20 Mei 2021 topik tentang kurir ekspedisi dan sistem COD terangkum dalam 96 artikel dari total 48 media yang menaruh perhatian terhadap isu ini. Sentimen negatif mendominasi pemberitaan dengan paling banyak menyasar pada ranah Hukum. Dari pantauan Netray, hal ini berkaitan dengan maraknya laporan soal kejadian tidak menyenangkan yang dialami kurir ketika mengantar paket COD dengan pelanggan. Sementara sentimen positif yang meski tidak banyak tetap menghiasi pemberitaan di bulan Mei 2021 disumbang oleh lonjakan pesanan paket yang dialami perusahaan ekspedisi di musim lebaran. Berikut adalah sejumlah laporan kejadian yang sempat terekspos media sosial hingga ramai menjadi konsumsi publik.
Dari sejumlah kejadian di atas dapat diamati bahwa permasalahan ini sebenarnya tidak hanya sekadar menyangkut moral pelanggan atau risiko buruk sebagai seorang kurir. Sistem COD (Cash on Delivery) atau bayar di tempat menjadi salah satu yang perlu dikaji ulang. Kejadian ancaman dengan pistol atau memaki-maki kurir karena alasan pesanan tidak sesuai mencerminkan bahwa pelanggan tidak sepenuhnya paham dengan cara kerja sistem ini. Komplain ketidaksesuaian pelanggan seharusnya menjadi tanggung jawab penjual, bukan lagi ditimpakan kepada kurir yang bertugas sebagai pengantar barang. Demikian pula dengan peristiwa seorang pembeli yang kebingungan mencari uang pinjaman untuk membayar paket COD. Ini membuktikan bahwa pembeli tidak begitu paham dengan sistem pembayaran ini.
Di sisi lain, kelemahan sistem COD juga dapat dimanfaatkan oleh sejumlah kurir nakal yang dapat merugikan pembeli dan penjual karena dapat mengurangi kepercayaan pelanggan. Artinya, tidak secara mutlak sistem COD merugikan kurir saja. Apabila salah satu dari ketiga rantai sistem jual-beli ini tidak amanah maka sistem ini tetap merugikan banyak pihak dan bisa saja akan kehilangan peminat nantinya. Pemberitaan kasus-kasus tersebut disertai sejumlah artikel yang berisi ulasan tentang tentang sistem COD meski tidak banyak diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat.
Isu Seputar Permasalahan Sistem COD di Twitter
Media Monitoring Netray kemudian mencoba mengamati perbincangan terkait topik kurir dan sistem COD di Twitter selama beberapa waktu belakangan. Hasilnya adalah sebagai berikut.
Selama periode 1-20 Mei 2021 Netray menemukan 12 ribu akun memperbincangkan topik ini dengan impresi sebesar 1.4 juta yang berpotensi menjangkau 104,5 juta akun di Twitter. Perbincangan terlihat aktif pada minggu kedua Mei dengan puncaknya terjadi pada 16 Mei 2021. Hal ini berkaitan dengan menyebarnya video seorang kurir paket COD yang dimaki-maki oleh pelanggan lantaran merasa barang yang diterima tidak sesuai yang diinginkan si pelanggan. Video seorang emak-emak membuka paket sambil memaki-maki sang kurir ini pun viral di media sosial. Sentimen negatif mendominasi dan turut menemui titik puncaknya pada tanggal tersebut. Berikut adalah gambaran Top Words ,Top Complaints, dan Top Organizations percakapan topik sistem COD dan isu kurir di Twitter.
Dalam perbincangan topik ini terlihat 4 hal yang menjadi fokus pembahasan, yaitu kurir, sistem pembayaran, seller, dan pembeli. Seperti yang kita ketahui, pembayaran menggunakan sistem COD memang melibatkan 3 pihak, yaitu penjual, pembeli, dan pengirim paket atau kurir. Di sini, warganet juga menyoroti ketiganya selain sistem COD itu sendiri. Yang menarik, dalam deretan kata yang paling banyak dibahas muncul kata goblok. Dari pantauan Netray hal ini berhubungan dengan kasus yang menjadi viral dan memuncak pada 16 Mei 2021. Banyaknya komplain dan kata makian warganet ketika membahas topik ini menjadi salah satu alasan mengapa citra COD dan dunia perkuriran negatif dalam beberapa waktu terakhir.
Sejumlah akun official terkait seperti jasa ekpedisi @jntexpressid, @gojekindonesia, @JNE_ID, @GrabID dan marketplace @Shopee dan @LazadaID pun banyak ditandai warganet ketika membahas topik ini. Sementara akun @tubirfess dan @bertanyarl menjadi pemantik sekaligus wadah diskusi warganet dalam hal ini.
Berkaca dari kasus ibu-ibu memaki kurir dan juga kasus-kasus lainnya, warganet mencoba memberikan pendapatnya. Dalam kasus ini warganet menyoroti dua hal. Pertama adalah soal etika atau perilaku ibu-ibu yang dalam hal ini dinilai berlebihan karena membentak dan memaki-maki kurir dengan kata-kata kasar. Kedua adalah soal sistem pembayaran di tempat atau COD yang kurang dipahami sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak kurir. Berikut opini populer soal sistem tersebut selengkapnya.
Dominasi sentimen negatif masih terlihat kala warganet beropini soal sistem COD. Sebagian besar warganet sepakat bahwa sistem ini seringkali bermasalah dan justru merugikan di pihak-pihak tertentu. Tidak hanya di pihak kurir yang kerap mendapat makian dan perilaku tidak menyenangkan dari si pembeli ketika barang pesanan tidak sesuai. Dalam beberapa kasus pembeli juga dapat dirugikan terhadap kasus kurir nakal yang tidak bertanggung jawab atau penipuan yang dilakukan oleh si penjual.
Maraknya fenomena tersebut membuat warganet kecewa sebab ternyata tidak sedikit masyarakat yang belum memahami sistem pembayaran ini sehingga merugikan pihak lain. Warganet pun terlihat beberapa kali mempertanyakan keefektivan sistem ini mengingat sejumlah kasus buruk yang kerap ditemui. Bahkan tidak sedikit yang mengajukan opsi untuk mengahpus sistem ini. Sementara akun @nabiylarisfa menyarankan agar sistem COD yang diterapkan marketplace ditinjau ulang karena memberi beban berat bagi kurir. Ia beropini bahwa di tengah kondisi kurir yang tidak punya hubungan kerja dengan marketplace, penjual, bahkan perusahaan ekpedisinya, kurir sangat minim perlindungan hukum. Demikian pantauan Netray, semoga dapat menjadi evaluasi.