Jumlah influencer yang terdata pada salah satu jasa layanan influencer tak kurang dari 9.722 akun. Hampir 100 persen dari pengguna jasa mereka memberikan kesan yang positif. Para Influencer ini dinilai telah mampu meningkatkan penjualan produk dan membawa keuntungan.
Strategi pemasaran menggunakan influencer di media sosial muncul dari adanya tren pemasaran online di era revolusi industri 4.0. Era ini telah membawa bentuk pemasaran baru serta membuat para pebisnis beralih dari pemasaran konvensional. Ketatnya persaingan bisnis di era ini mengharuskan pebisnis menyesuaikan diri dengan terus berinovasi dan lebih kreatif, salah satunya ialah pemanfaatan media sosial.
Pembaharuan yang disuguhkan oleh media sosial juga memberikan pengaruh kepada pengguna. Fitur yang ditawarkan oleh pencipta platform dari tahun ke tahun memberikan dampak signifikan terhadap meningkatnya jumlah pengguna aktif. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, lima media sosial menunjukkan grafik peningkatan dari tahun ke tahun. Kenaikan yang cukup tinggi terjadi di peralihan antara tahun 2020 menuju 2021. Hal ini dinilai sebagai efek dari karantina di beberapa wilayah Indonesia.
Selain efek dari masa pandemi yang meminimalisir mobilisasi, peningkatan penggunaan media sosial di masa ini juga dinilai sebagai hasil perkembangan industri kreatif yang diciptakan oleh masyarakat. Hootsuite sebuah situs penyedia layanan manajemen konten menyebut masyarakat dengan rentang usia 18–34 tahun merupakan masyarakat yang aktif dalam menggunakan media sosial. Dari kelompok usia inilah tercipta profesi-profesi baru, seperti selebgram, youtuber, hingga pebisnis online (online shop).
Mengenal Influencer
Seperti yang telah disinggung dalam Lapsus Tren Endorsement seri 1, pemasaran online di Indonesia saat ini tak lepas dari tren endorsement. Pada era ini, pemanfaatan endorsement sebagai strategi marketing bisnis mulai dilirik dan dikembangkan oleh pemilik bisnis. Dan dalam strategi ini tentu saja dibutuhkan seorang influencer sebagai objek pemasarannya.
Melansir dari laman Binus, influencer merupakan pihak ketiga yang secara signifikan membentuk keputusan pembelian pelanggan, tetapi mungkin pernah ikut bertanggung jawab untuk itu (Brown & Hayes, 2008: 52). Dengan kata lain, influencer dalam marketing bisnis ialah sosok yang dapat memberikan pengaruh kepada khalayak umum.
Mengutip dari jurnal berjudul Memahami Influencer Marketing; Kajian Literatur dalam Variabel Penting Bagi Influencer, Campbell & Farrell (2020) membagi influencer dalam beberapa kategori, yaitu: nano-influencer, micro-influencer, macro-influencer, mega-influencer, dan celebrity influencer.
Influencer Profesi Baru
Untuk melihat seberapa besar jumlah influencer yang ada di Indonesia, salah satu platform yang menyajikan deretan influencer adalah Sociabuzz. Selain menyajikan list influencer, laman ini juga merupakan penyedia jasa yang menghubungkan antara influencer dengan pebisnis. Berdasarkan data yang dapat dihimpun oleh Netray, jumlah influencer yang tergabung di laman ini sebanyak 9.722 akun dengan rincian 2.392 bergender pria dan 5.183 merupakan wanita, sisanya tak menampilkan gender dalam profil mereka.
Sesuai dengan perkembangan teknologi, profesi baru pun tercipta atas adanya industri kreatif yang diciptakan. Dilihat dari jumlah influencer di atas, profesi ini ternyata tak hanya menyasar kepada kaum hawa yang memiliki stigma suka bergaya dan ‘telaten’ mem-branding diri. Namun, di era digital ini ternyata kaum adam juga tertarik dengan bidang tersebut.
Platform ini menyediakan jasa influencer dengan kategori micro dan macro-influencer. Jumlah influencer dengan followers tak lebih dari 250 ribu paling banyak tergabung ke dalam platform ini. Meski influencer tersebut sudah termasuk ke dalam kategori micro yang mana beberapa telah memiliki kemitraan, namun mereka tetap tergabung untuk membesarkan nama mereka.
Selanjutnya, selain dapat melihat profil dari influencer, laman ini juga menampilkan ulasan dari pengguna jasa. Dari data yang diolah oleh Netray, ulasan positif dari pengguna jasa mendominasi sebanyak 94 persen. Ulasan berupa sikap dan tanggung jawab influencer terhadap pekerjaan yang diberikan, disampaikan pengguna ke dalam profil mereka sebagai bahan pertimbangan calon pengguna jasa lainnya.
Sikap ramah, responsif, hingga konten yang kreatif mendominasi ulasan positif tersebut. Namun, beberapa influencer juga mendapatkan ulasan negatif dari pengguna jasa.
Memberikan Keuntungan bagi Pemilik Produk
Sosok influencer memiliki peran penting dalam memasarkan produk yang tengah dipromosikannya. Selain jumlah follower dan engagement rate, latar belakang atau kepribadian dari influencer tersebut juga menjadi bahan pertimbangan para pemilik bisnis untuk meraih keberhasilan dari metode marketing endorsement. Keberhasilan dari pemasaran ini tak jarang dibagikan langsung oleh pemilik bisnis dalam official account milik mereka. Salah satu contohnya seperti di bawah ini.
Dalam snapgram yang dibagikan pada akun instagram resmi mereka, kedua brand di atas menampilkan keberhasilan dari jasa endorsement salah satu influencer Indonesia. Dari snapgram tersebut, terlihat pemilik brand mendapatkan hasil memuaskan dari strategi marketing ini, terlebih dengan menggunakan jasa influencer yang telah dipilih dengan tepat. Dari kekuatan promosi yang diberikan influencer inilah turut menaikkan jumlah penjualan serta menambah jumlah follower dari brand tersebut.
Selain dari akun Instagram, keberhasilan strategi marketing endorsement ini juga telah banyak diulas oleh beberapa peneliti ke dalam sebuah jurnal. Fenomena marketing yang terbilang kekinian ini mendapat perhatian dari peneliti, terutama bagi mereka yang tengah mengenyam pendidikan yang berkaitan dengan bidang tersebut. Salah satu penelitian yang menganalisis tentang tren endorsement ini ialah skripsi yang ditulis oleh Cinthya Ryana Sari, Universitas Telkom Bandung.
Selebgram di Mata Warganet
Melalui pantauan Media Monitoring Netray, lebih topik selebgram dan influencer diperbincangkan oleh warganet Twitter ke dalam 15 ribu tweet. Berbeda dengan review dari para pengguna jasa Sociabuzz, topik influencer ini memiliki stigma negatif di mata warganet. Terlihat dari fitur Sentiment Trend Netray di bawah ini, lebih dari 50 persen tweet didominasi oleh tweet bersentimen negatif. Apa yang tengah menjadi perbincangan warganet?
Dalam pantauan Netray bulan Desember 2021, topik ini memiliki puncak perbincangan pada tanggal 14 dan 27 Desember 2021. Dilihat dari infografik peak time di bawah ini, pada tanggal 14 Desember 2021 topik ini dibanjiri dengan perbincangan warganet terkait kasus suap yang dilakukan oleh selebgram Rachel Vennya. Berita yang dirilis oleh Tempo pada 13 Desember 2021 berhasil menyedot perhatian warganet untuk ikut berkomentar terkait keputusan hakim yang tidak memberikan hukuman penjara kepada selebgram tersebut.
Selanjutnya di tanggal 27 Desember 2021, warganet terusik dengan unggahan video yang menunjukkan komplain seorang yang dikenal sebagai selebgram terhadap pelayanan salah satu coffee shop ternama di Indonesia, yakni Starbuck. Aksi yang ditujukan untuk mencari simpati ini justru mendapat kecaman dari warganet lantaran perilaku selebgram Aceh tersebut yang dinilai berlebihan. Maka tak ayal, jika perilaku buruk dari kedua selebgram ini mendapatkan opini negatif dari warganet Twitter.
Potensi Influencer
Strategi endorsement sebagai pemasaran di era ini semakin banyak diminati oleh pemilik bisnis. Selain memberikan keuntungan kepada sebuah produk, tren marketing ini juga telah memberikan peluang bagi pengguna aktif media sosial untuk menciptakan sebuah profesi baru, yakni influencer.
Penggunaan jasa influencer dalam strategi ini dinilai lebih efektif dibanding dengan iklan konvensional. Bahkan untuk mewadahi hal ini, terdapat beberapa platform yang menyediakan deretan influencer yang tentu saja dapat dapat digunakan untuk mendukung pemasaran bisnis, salah satunya ialah Sociabuzz.
Feedback dari penggunaan jasa ini dapat dirasakan signifikan oleh pemilik bisnis yang secara tepat memilih influencer bagi produk mereka. Beberapa brand menunjukkan hasil tersebut ke dalam unggahan media sosial milik mereka. Bahkan, fenomena keefektifan influencer ini juga menjadi sorotan di dunia pendidikan. Seperti halnya, beberapa penelitian dari akademisi telah menganalisis tren marketing ini.
Meski demikian, sosok influencer yang dituntut memiliki citra baik tak selamanya dapat mempertahankan hal tersebut. Beberapa kasus yang menimpa selebgram Tanah Air memberikan sumbangan negatif terhadap citra influencer di Indonesia.
Editor: Irwan Syambudi