Calon legislatif mengalami stres atau depresi akibat tak mampu meraup suara seolah menjadi fenomena 5 tahun sekali selama Pemilu. Mengutip dari dari detik.com, derdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan pada Pemilu 2009 terdapat 7.736 caleg stres karena tak bisa menjadi anggota dewan. Kemenkes juga memprediksi apabila jumlah caleg stres setiap pemilu akan berkisar di angka yang sama.
Apa sebenarnya yang menyebabkan fenomena ini terus berulang. Menurut Pengamat Politik Universitas Brawijaya, Anang Sujoko dilansir dari rri.co.id penyebab utama caleg stres adalah mekanisme pencalegan dari partai politik. Caleg diharuskan memiliki strategi dan cara masing-masing dalam mengumpulkan dukungan tanpa bantuan mesin politik partai.
Untuk menghimpun dukungan tersebut dibutuhkan modal dana yang tidaklah sedikit. Asumsinya apabila para caleg maka mereka memiliki peluang atau kesempatan untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan. Sebaliknya jika tak terpilih tentu yang bersangkutan memiliki beban yang berat sehingga menjadi salah satu faktor caleg stres.
Netray mencoba menangkap berbagai berita yang terjadi usai pemilu selesai terutama yang berhubungan dengan para caleg yang kalah atau pun gagal dalam kontestasi. Dengan menggunakan kata kunci caleg&&depresi, caleg&&gagal, caleg&&kalah serta caleg&&stres selama periode 15 – 21 Februari 2024 ditemukan 398 artikel dari 130 media membahas kata kunci.
Pemantauan Masing-masing Kata Kunci Topik Caleg Stres hingga Depresi
Untuk kata kunci caleg depresi, Netray mendapatkan 113 artikel selama periode pemantauan. Berita yang mengandung kata kunci tersebut banyak yang menyoroti kasus pemilihan legislatif di Cirebon. Puluhan anggota tim sukses calon anggota legislatif Kabupaten Cirebon dikabarkan mengalami stres. Mereka akhirnya menjalani pengobatan alternatif di Padepokan Anti Galau di Desa Sinarancang Kabupaten Cirebon.
Para anggota timses tersebut mengalami gejala suka melamun, berbicara sendiri, hingga sulit tidur. Hal ini disebabkan penghitungan suara dan suara yang diperoleh caleg yang diusung tidak sesuai harapan. Selain itu, para timses ini juga ditagih janji oleh caleg terkait kemenangan.
Tak hanya timses, pendukung caleg yang memberi dana alias donatur juga mengalami depresi karena uangnya habis untuk mendukung seorang caleg. Hal ini terdata di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) Prahardian Priatama, Bogor. Stres dan depresi bahkan juga terjadi pada pemilih. Seorang warga Jakarta berinisial L (42) mengalami depresi karena tidak bisa nyoblos di Sumbawa akibat kehilangan KTP. Ketiga warta tersebut dapat diamati pada gambar di bawah ini.
Kemudian untuk kata kunci caleg stres menyeruak dalam 142 artikel. Pemberitaan dengan kata kunci ini tidak banyak berbeda dengan kata kunci sebelumnya. Seperti berita dugaan caleg stres di Ngawi. Dari sebuah video viral menampilkan seorang pria berteriak-teriak di depan gedung DPRD Ngawi.
Petugas KPPS ternyata juga mengalami kelelahan mental akibat terdampak Pemilu. Seperti yang terdata di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari, Jakarta Barat. Sebanyak 4 anggota KPPS dan 12 anggota menjalani konseling kejiwaan. Gejala yang ditunjukkan antara lain cemas, depresi ringan, overthinking, sulit tidur, gangguan mood, cepat lelah, halusinasi hingga sulit kontrol diri.
Apabila penyebab timses menjalani konseling kejiwaan sebagian besar adalah karena caleg yang diusungnya kalah suara. Sementara, anggota KPPS yang ikut dalam konseling kejiwaan, mengalami stres karena kurang tidur dan proses penghitungan surat suara memakan waktu lama.
Berita terkait caleg stres pun melahirkan narasi hoaks. Seperti seorang caleg di Bengkulu yang diduga stres melalui sebuah video viral. Terduga caleg ini berteriak-teriak di sekitar TPS akan tetapi kebenarannya adalah seorang anak remaja laki-laki berkebutuhan khusus yang kehilangan sandal saat main ke TPS. Maka kemudian ia berteriak meminta sandalnya dikembalikan. Berita- berita di atas seperti yang dituliskan portal Suara, Poskota dan VOA Indonesia pada gambar di bawah.
Sedangkan kata kunci caleg kalah tertuang dalam 182 artikel. Caleg kerap memberi sesuatu kepada pemilih untuk mendapat suara mereka. Akan tetapi caleg yang kalah biasanya akan meminta kembali pemberian mereka. Tak jarang muncul berita caleg meminta kembali amplop serangan fajar hingga mengambil lagi bantuan semen yang telah diserahkan ke masjid.
Seperti yang diberitakan Bisnis Bandung dari sebuah video viral memperlihatkan salah seorang timses caleg meminta kembali amplop serangan fajar kepada warga usai caleg dukungannya diduga kalah. Diketahui orang itu video tersebut merupakan timses salah seorang paslon di DPRD Dapil 3 Erenkang, Desa Pana, Kecamatan Alla, Sulawesi Selatan.
Sementara itu kejadian caleg mengambil semen berasal dari Nusa Tenggara Barat oelh caleg berinisial BSR. Kades setempat menanggapi bahwa ia merasa kasihan dengan caleg itu. Namun di lain sisi, ia juga prihatin karena ini kerap terjadi setiap Pemilu.
Kelakuan tak kalah mencengangkan menyeruak di Donggala, Sulawesi Tengah. Seorang caleg membongkar makam dari keluarga tidak mencoblosnya saat pemilu 2024, Rabu (14/2/2024) lalu. Lahan makam tersebut kabarnya merupakan tanah caleg kalah tersebut sudah diwakafkan di Kabonga Besar, Banawa, Donggala, Sulawesi Tengah.
Terkhir kata kunci caleg gagal, tampak dalam 236 artikel. Meski tak semua caleg gagal mengalami stres atau depresi, rerata mereka pasti mengeluarkan biaya besar untuk kampanye. Para artis hingga publik figur yang mengikuti kontestasi Pileg 2024 diindikasi kalah ternyata mengerahkan modal tak sedikit. Salah satunya Dede Sunandar. Ia maju sebagai caleg DPRD Kota Bekasi Dapil 5 Bekasi Barat dan Pondok Gede dari Partai Perindo. Meski telah merelakan dua mobil sebagai modal kampanye, hasil perhitungan menunjukan ia hanya memperoleh 10 suara.
Lain lagi kisah dari Calon anggota legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur Erfin Dewi Sudanto. Ia merupakan mantan kades Bataan yang rela menjual ginjalnya untuk kampanye. Meski begitu perolehan suaranya hanya berasal dari warga desanya.
Jika dilihat berdasarkan kata yang sering digunakan media massa ternyata fasilitas kesehatan seperti rsud, kesehat, jiwa, pasien, rumah, sakit menjadi kosakata yang mendominasi selama periode pemantauan. Hal ini berkaitan dengan banyaknya fasilitas kesehatan seperti rumah sakit hingga puskesmas yang sudah bersiap siaga menyediakan layanan kesehatan jiwa untuk caleg stres hingga bahkan mengalami depresi. Seperti yang disediakan oleh di Mataram, Cilacap, hingga Malang. Bahkan DKI Jakarta sudah menyediakan 25 puskesmas dan 13 RSUD untuk melayani caleg maupun petugas KPPS. begitu pula Bogor telah memiliki 132 fasilitas kesehatan terdiri atas 101 puskesmas serta 31 rumah sakit milik pemerintah dan swasta.
Respons Warganet terhadap Caleg Stres Karena Kalah
Selain menghimpun artikel dari media massa daring. Netray coba memantau respons warganet terhadap caleg stres karena kalah. Melalui sosial media Twitter (X) dengan periode serta kata kunci yang sama ditemukan sebanyak 870 unggahan dari 631 akun membahas topik ini. Melalui unggahan yang ada mampu memperoleh reaksi dari warganet sebanyak 3.687 impresi serta menjangkau ke kurang lebih 80,6 juta akun.
Intensitas warganet dalam membicarakan kata kunci pada awal periode pemantauan hanyak tampak sekitar puluhan unggahan. Barulah menjelang akhir periode pemantauan yakni 20 Februari unggahan mulai menanjak signifikan dan puncaknya terjadi pada 21 Februari sebanyak 725 unggahan memperbincangkan topik ini.
Perbincangan warganet didominasi sentimen negatif ketimbang positif. Salah satu yang memperoleh banyak impresi berasal dari akun @yudiharahap46. Ia beropini adanya fenomena caleg meminta uangnya kembali justru membuka fakta bahwa politik uang merupakan kejahatan yang terus terjadi semasa pemilihan. Komentar serupa datang dari @brajageni666 yang beropini bahwa Pemilu layaknya ajang judi.
Sementara itu, akun @RaraLovie11 beranggapan bahwacaleg yang meminta uangnya kembali adalah hal yang memalukan. Begitu juga opini dari @AiraNtieReal mengatakan bahwa caleg tersebut siap menang namun tidak siap kalah.
Selain itu tampak warganet lain berspekulasi bahwa caleg DPR petahana yang gagal lolos mengaku kalah banyak modal dibanding caleg-caleg baru yang kaya seperti dari akun @cenderoeng serta @abulmuzaffar10. Ternyata spekulasi tersebut datang dari artikel pemberitaan yang bersumber dari portal detik.
Lalu untuk media yang diunggah warganet yang menjadi populer datang dari akun @feedemady yang memparodikan orang dengan gangguan jiwa. Selanjutnya, video dari akun @RagilSemar yang mengupload seorang caleg gantung diri juga cukup mendapat banyak reaksi dari warganet. Ia juga meminta agar para caleg yang gagal untuk bersabar dan jangan berpikiran pendek.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Ananditya Paradhi