Hingar-bingar Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 sampai pada tahap Debat Pertama. Debat kali ini mengusung tema “HAM, Korupsi, dan Terorisme.”. Tim Riset Atmatech dengan mengacu data yang diolah dari aplikasi https://netray.id/capres2019/, mencoba menganalisis Real Time Electabilities kedua capres yakni Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandi selama Debat Pertama berlangsung. Analisis berikut akan dipecah menjadi 5 bagian yaitu, Pukul 18.00-20.00 (Pra Debat), Pukul 20.00-21.00 (Segmen I dan II), Pukul 21.00-22.00 (Segmen III, IV, dan V), Pukul 22.00-23.00 (Segmen VI dan Pasca Debat)
Pukul 18.00-20.00 (Pra Debat)
Kurun pukul 18.00-19.00 elektabilitas Jokowi cukup tinggi. Netizen Twitter banyak membahas keberhasilkan Jokowi terkait “Pembangunan Desa”. Sehingga sentimen positif Jokowi menjadi naik. Hal ini karena naiknya sentimen positif Jokowi di Twitter.
Dari sisi Top Twitter Hashtags, keyword “Kemendes2019” mendominasi baik dilihat dari sisi Jokowi maupun Prabowo.
Sedangkan untuk Top News Keywords, kata “debat” mendominasi baik di sisi Jokowi dan Prabowo.
Untuk analisis topik yang dibicarakan, 3 kluster tertinggi dan berdekatan menunjukkan Media Daring sedang membicarakan kedatangan 2 capres di lokasi debat.
Sedangkan pada Media Sosial, dari 7 kluster tertinggi, hampir sebagian besar membicarakan tentang peristiwa debat dan dukungan pendukung terhadap capres pilihannya.
Namun, yang menarik adalah ada kluster yang cukup besar (kluster 2) yang menjauhi topik debat capres dan malah membahas tentang kinerja Jokowi dalam membangun pedesaan. Meskipun kluster ini menjauh, namun cukup signifikan mengerek sentimen positif terhadap Jokowi.
Pukul 20.00-21.00
Pukul 20.00-21.00 elektabilitas Jokowi masih unggul dari Prabowo, meskipun tidak setinggi satu jam sebelumnya. Dalam kurun waktu ini sentimen Media Daring untuk Jokowi dan Prabowo relatif bagus. Namun di Twitter Jokowi lebih unggul daripada Prabowo. Hal ini disebabkan perbincangan netizen Twitter tentang kiprah Jokowi dalam membangun desa pada 1 jam sebelumnya yang ternyata efeknya masih bertahan sampai 1 jam setelahnya. Dari sisi Top Hashtags paling banyak “Kemendes2019” dan “DebatPilpres2019”. Sedangkan untuk Top News Keywords kata “debat” masih menjadi trending.
Untuk peta topik, Media Daring masih membahas tentang peristiwa debat capres saja (kluster 1, 2, dan 5).
Kluster lain (3 dan 4) yang cukup besar membahas perbincangan visi misi debat oleh kedua capres tentang penegakkan hukum, ham, dan korupsi.
Sedangkan untuk Media Sosial, kluster terbesar tetap bahasan tentang peristiwa debat capres (1, 2, 3, dan 4)
21.00-22.00
Pukul 21.00-22.00 Elektabilitas Jokowi relatif lebih tinggi dari Prabowo. Ini disebabkan sentimen positif cukup kuat di Media Sosial untuk Jokowi. Sebenarnya Prabowo memiliki sentimen positif jg di media, tapi sentimen utk Jokowi lbih konsisten. Sumber: https://netray.id/capres2019/. #DebatPilpres2019
Pada kurun waktu ini, Media Daring membahas topik tentang pertukaran ide masing-masing capres tentang bagaimana menangani korupsi (kluster 1 dan 3). Jika kita lihat kedua kluster ini beririsan, ini bisa kita bahwa kata kunci yang digunakan kedua capres sama.
Kluster 2 dan 4 relatif tidak beririsan dan makin terpisah. Kedua kluster ini sedang membicarakan sikap kedua capres untuk penanganan hukum dan ham.
Di Media Sosial. Topik perbincangan masih berkutat pada dukung mendukung antar kedua capres (kluster 1, 3, dan 4).
Kluster 2 yang membicarakan kiprah jokowi untuk pembangunan desa masih bertahan.
Yang menarik kluster 5 cukup besar menarik membahas posisi Maruf Amin yang relatif pasif ketika debat.
22.00-23.00
Pukul 22.00-23.00, elektabilitas Prabowo justruk anjlok. Jika dilihat, tanggapan Prabowo tentang Gerindra yang mencalonkan mantap korupsi membuat netizen Twitter beropini negatif.
Cukup anjloknya elektabilitas Prabowo membuat Partai Gerindra, ICW, KPK menjadi Top Organization.
Dan sontak, nama Prabowo pun menjadi Top News Keywords.
Dari sisi analisis topik Media Daring, perbincangan soal ide-ide kedua capres untuk menyelesaikan masalah Hukum, HAM, dan Korupsi cukup cukup dekat dan tinggi klusternya (kluster 1, 2, 4, dan 5). Karena memang pada kurun waktu ini kedua capres cenderung melontarkan pertanyaan bebas yang tidak masuk dalam kisi-kisi KPU.
Pernyataan Prabowo ketika menjawab pertanyaan Jokowi soal peran perempuan dan caleg Gerindra yang mantan napi korupsi menjadi kluster tersendiri yang cukup besar (kluster 3).
Diranah Media Sosial meskipun debat telah usah netizen masih membincangkan dan membahas lagi visi misi kedua capres (kluster 1 dan 2).
Di kluster lain (3, 4, dan 6) masih-masing kubu melontarkan perang tagar yang seolah ingin menegaskan pasca debat, calon mereka yang lebih baik. Tagar seperti 2019TetapJokowi dan 2019GantiPresiden cukup menjadi kluster yang besar.
Analisis dan Kesimpulan
Jika kita simak dalam kurun waktu 18.00-23.00 atau dari sebelum debat sampai selesai debat, kubu Jokowi masih memimpin secara elektabilitas Media Daring dan Media Sosial. Meskipun kubu Prabowo kadang menyaingi elektabilitas Jokowi, namun Jokowi lebih mudah untuk naik. Salah satu penyebabnya adalah perbincangan tentang kiprah Jokowi ketika membangun pedesaan ternyata mampu mempengaruhi peta di Media Sosial.
Dari data di atas, terlihat grafik elektabilitas kedua capres perubahannya tidak terlalu curam. Tidak ada perang sentimen yang besar selama debat berlangsung. Perubahan grafik yang signifikan terjadi ketika kedua capres masuk pada segmen dimana mereka bisa melontarkan pertanyaan ke lawannya secara bebas. Pertanyaan kejutan seperti ini ternyata mampu membuat lawannya menjawab secara spontan. Seperti apa yang dilakukan Prabowo ketika menjawab pertanyaan Jokowi di atas.
Dari uraian di atas kita bisa melihat ketika memasuki segmen awal, kedua capres cenderung bermain aman dengan tidak melontarkan pertanyaan yang menyita perhatian publik. Ditambah lagi di segmen awal ini pembahasan masih masuk dalam kisi-kisi yang diberikan KPU. Sehingga grafik Media Daring dan Media Sosial tidak ada perubahan signifikan.
Permainan mencari aman kedua capres dan kebijakan kisi-kisi dari KPU tersebut membuat Debat Pertama ini terasa biasa karena tidak ada lontaran pemikiran dari kedua capres yang sifatnya kritis, spontan, dan bernas.