Sejak resmi dirilis melalui kanal Youtube Ravacana Films beberapa waktu lalu, film pendek berjudul Tilik terus menjadi perbincangan warganet. Baik di Twitter maupun Instagram keduanya diramaikan dengan dukungan dan perdebatan terkait film pendek yang telah meraih berbagai penghargaan ini. Lalu apa yang menjadi perbincangan warganet? Simak pantauan media monitoring Netray selengkapnya.
Menilik Film Tilik di Twitter
Netray memantau pembahasan topik Film Tilik di Twitter sejak tanggal 16 Agustus 2020 s.d 24 Agustus 2020. Selama periode tersebut ditemukan sebanyak 7,249 cuitan seputar topik ini dengan didominasi oleh cuitan bersentimen positif. Namun, pada kategori gender perbincangan topik ini justru didominasi oleh warganet laki-laki. Hal tersebut dapat dilihat melalui total perbandingan jumlah yang cukup signifikan.
Grafik cuitan terlihat pertama kali muncul pada tanggal 17 Agustus 2020 dan terus memuncak hingga 24 Agustus 2020. Demikian halnya grafik pada Sentiment Trend yang naik turun dan berimbang antara sentimen negatif dan positif, meski hingga pada tanggal 24 Agustus 2020 topik ini didominasi oleh sentimen positif.
Berdasarkan pantauan Netray, terlihat cuitan terkait film pendek ini pertama kali muncul pada 17 Agustus 2020 tepatnya sekitar pukul 09:00. Cuitan tersebut berasal dari akun Twitter Ravacana Films yang mengumumkan film pendek ‘Tilik’ telah resmi dirilis sebagai persembahan memperingati HUT RI pada 17 Agustus lalu. Selang beberapa waktu, cuitan terkait film tersebut pun langsung mencuat sebagai impresi dari penonton yang melayangkan komentar mereka di media sosial Twitter.
Dalam cuitan populer terlihat beberapa akun dengan cuitannya yang disukai maupun dibagikan ulang hingga ribuan kali. Salah satunya cuitan dari sutradara kondang Joko Anwar yang turut mengapresiasi film pendek karya anak bangsa ini.
Film pendek berbahasa Jawa yang berjudul Tilik (Bahasa Indonesia: Menjenguk) ini merupakan film yang diproduksi oleh Ravacana Films bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2018 dan telah memenangkan berbagai penghargaan. Di unggahnya film pendek ini ke kanal Youtube membuat karya dari sutradara Wahyu Agung Prasetyo semakin dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas. Tidak heran kemudian memunculkan apresiasi sekaligus perdebatan dari warganet.
Sebagian warganet mengomentari terkait jalan cerita film pendek ini yang berkisah tentang rombongan ibu-ibu warga desa Kabupaten Bantul yang akan berkunjung ke rumah sakit di wilayah kota Yogyakarta untuk menjenguk lurah mereka yang tengah jatuh sakit. Di tengah perjalanan seorang tokoh bernama Bu Tejo memulai pembicaraan yang mengarah pada seorang warga desa lain yang bernama Dian. Namun, perbincangan tersebut dibantah oleh tokoh lainnya yang bernama Yu Ning, ia menilai pembicaraan Bu Tejo tersebut hanya berasal dari internet dan tidak memiliki sumber yang jelas dan belum tentu kebenarannya.
Sebagian warganet mengkritik jalan cerita tersebut mencerminkan stereotip negatif terhadap perempuan, terutama warga desa yang miskin dan jauh dari pemahaman literasi sehingga dengan mudah mengkonsumsi berita dari internet yang tanpa dasar. Sedangkan sebagian warganet lainnya justru mengapresiasi jalan cerita yang sangat dekat dengan realitas masyarakat saat ini. Terutama tokoh Bu Tejo yang menjadi sangat ikonik pada cerita ini. Warganet yang terhibur dengan karakter tokoh tersebut merasakan kehadirannya cukup menjadi cerminan dari realitas dan menganggap tidak melulu sebuah hiburan harus mendidik dan memuat pesan moral.
Melalui media populer terlihat warganet lain yang mengingatkan kembali karakter Bu Tejo yang sangat dekat dengan realitas. Hal tersebut dapat dilihat dari sebagian warganet yang sibuk mengomentari film pendek ini dengan asumsi dan opininya sehingga mencerminkan karakter Bu Tejo di dunia nyata.
Dalam Top Kategori terlihat akun @jokoanwar dan @whyagungprstyo menjadi Top Account dalam topik ini, diikuti tokoh Bu Tejo dalam karakter film yang juga muncul pada kategori Top People. Selain itu, pada Top Complaints sebagian warganet banyak yang mengeluhkan terkait film yang menurut mereka sulit untuk dipahami dan memiliki alur yang tidak dapat ditebak.
Monitoring Film Tilik di Instagram
Dengan menggunakan kata kunci dan periode pemantauan yang sama, Netray menemukan jumlah postingan dengan #tilik dan #filmtilik sebanyak 2,413 total unggahan dengan didominasi oleh unggahan bersentimen positif.
Berbeda dengan media sosial Twitter, di Instagram unggahan dengan topik ini pertama kali terlihat pada tanggal 19 Agustus 2020 atau selang dua hari setelah terlebih dulu diperbincangkan di Twitter. Sejak tanggal tersebut barulah unggahan dengan tagar tersebut terus memuncak hingga pada 24 Agustus 2020. Berikut unggahan pertama di Instagram berdasarkan pantauan Netray.
Akun @yan.wibisono menjadi akun yang pertama kali mengunggah terkait karakter Bu Tejo yang semakin viral. Dalam caption-nya ia mengapresiasi film pendek ini dengan mengingatkan agar kita tidak mencontoh karakter tersebut. Berikut beberapa unggahan warganet dengan didominasi oleh tokoh ikonik dari film pendek ini, yaitu Bu Tejo.
Terlihat beberapa akun pengguna Instagram mengunggah komentar dan tanggapan mereka terkait tokoh Bu Tejo yang dinilai terlalu nyinyir mengomentari hidup orang lain.
Setelah memantau dua media sosial dengan menggunakan kata kunci dan periode yang sama dapat diketahui topik seputar film pendek “Tilik” lebih dulu berkembang dan menjadi perbincangan di jagat maya Twitter, kemudian merambah pada media sosial Instagram. Hingga saat ini film ini terus menjadi perbincangan, baik melalui jalan ceritanya maupun konflik yang terdapat dalam cerita. Sebagian warganet dapat menerima film tersebut sebagai hiburan dan menerima realitas dari film yang sangat nyata, meski sebagian lainnya juga mengkritik terkait feminisme dan jalan cerita yang kurang memuaskan para pencari amanat dan pesan moral dari sebuah hiburan. Meski tanpa disadari, film ini sebenarnya cukup mampu menggambarkan kehidupan kita sehari-hari, seperti halnya yang dicuitkan oleh beberapa warganet yang dengan lantang menyadari bahwa kita adalah Bu Tejo.