Salah satu fasilitas khusus guna mendukung tugas kenegaraan Presiden dan Wakil Republik Indonesia adalah pesawat kepresidenan. Keberadaan fasilitas ini sangat dibutuhkan mengingat wilayah Indonesia sangat luas dan berbentuk kepulauan. Pesawat ini mulai digunakan pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tepatnya sejak 10 April 2014.
Pesawat dengan tanda panggil Indonesia One dengan kode registrasi A-001 ini dimiliki oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) mengoperasikan pesawat ini dan pemeliharaan dilakukan oleh Garuda Maintenance Facility. Model pesawat yang digunakan adalah seri Boeing 737-800 Business Jet 2 dengan warna biru-putih saat pertama kali dioperasikan.
Permasalahan warna cat ini yang sempat membuat gaduh publik dalam negeri. Pasalnya, di tengah situasi pandemi yang membuat hidup masyarakat semakin sulit, pemerintah diketahui membelanjakan anggaran negara untuk mengganti warna cat pesawat kepresidenan menjadi merah-putih. Kontroversi sudah pasti menyelubungi kebijakan ini dalam bentuk persepsi pro dan kontra.
Netray Media Monitoring ingin melihat bagaimana peran media massa dalam membentuk persepsi publik. Netray telah memantau pemberitaan media massa daring dan mencari berita yang membahas wacana penggantian warna cat pesawat kepresidenan. Berikut adalah hasil pemantauan dan analisisnya.
Laporan Statistik Pemantauan Berita Penggantian Warna Cat Pesawat Kepresidenan
Guna memantau topik ini, Netray menggunakan kata kunci cat dan pesawat. Pemantauan dilakukan selama periode 31 Juli hingga 6 Agustus 2021. Sejumlah data statistik berhasil dikumpulkan dan kemudian akan dianalisis lebih lanjut lagi. Informasi data pertama adalah jumlah artikel yang mengandung kata kunci. Netray menemukan bahwa selama periode pemantauan terdapat 446 artikel yang diterbitkan oleh 62 portal berita online baik lokal maupun nasional.
Sebagian besar artikel, atau tepatnya 380 laporan ditulis dalam kategori Transportation. Hanya sejumlah kecil laporan yang masuk ke dalam rubrik lain seperti Politics dan Government. Wacana perubahan warna cat pesawat kepresidenan mulai ramai diangkat ke ranah publik pada tanggal 3 Agustus 2021 lantas mencapai puncaknya sehari kemudian dan secara virtual berakhir pada tanggal 6 Agustus 2021.
Secara konsisten isu ini menghadirkan pro dan kontra yang dapat dibaca melalui grafik Sentiment Trend. Terlihat bahwa jumlah berita yang terindeks dengan sentimen negatif dan positif memiliki jumlah yang tidak kalah banyaknya. Netray mendapati 154 artikel ditulis dengan sentimen positif, sedangkan 197 artikel lainnya memiliki sentimen negatif. Sisa dari total pemberitaan terindeks menawarkan sentimen yang bersifat netral.
Tudingan Berfoya-foya dan Klarifikasi Pemerintah atas Perubahan Warna Cat Pesawat
Informasi penggantian warna cat pesawat kepresidenan seperti datang tanpa ada pertanda sebelumnya. Laman CNBC menyebut progran ini dilakukan secara “diam-diam” kala menulis berita perdana pada pukul 3 pagi di tanggal 3 Agustus 2021. Respons media massa mulai ramai bermunculan pada pagi harinya. Kantor berita dengan cepat membangun narasi di sekitar wacana tersebut dengan mewawancarai sejumlah pihak. Untuk menangkap bagaimana media massa membentuk persepsi publik, Netray akan memanfaatkan fitur Top Entities.
Daftar entitas pertama yang menjadi sorotan adalah Top People. Dari diagram ini dapat diketahui sejumlah figur publik yang paling banyak disinggung oleh media massa. Posisi tertinggi ditempati sosok Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono. Pihaknya menjadi narasumber utama bagi media massa untuk mendapatkan klarifikasi dari pemerintah terkait isu perubahan warna cat pesawat kepresidenan.
Heru menangkis sejumlah tudingan bahwa pemerintah berfoya-foya atas keungan negara di tengah pandemi. Informasi yang ia sampaikan adalah penggantian warna cat ini merupakan bagian dari pemeliharaan pesawat yang sudah direncanakan sejak tahun 2019. Anggaran tersebut sudah dialokasikan ke dalam APBN. Terkait warna merah putih, Heru menyampaikan bahwa pilihan tersebut dilakukan guna menyambut HUT RI ke 75.
Lantas dari mana tudingan tersebut muncul, atau apakah ada dakwaan lain terhadap kebijakan ini? Daftar Top People menunjukan nama pemerhati penerbangan Indonesia yakni Alvin Lie. Ia merinci berapa banyak anggaran negara yang dikeluarkan untuk mengganti warna cat pesawat tersebut. Ia menaksir bahwa untuk pesawat model Boeing 737-800 Business Jet 2 setidaknya memakan anggaran antara 1,4 miliar hingga 2 miliar rupiah. Hal ini yang akhirnya berubah menjadi tudingan foya-foya keuangan negara mengingat belum ada urgensi mengganti warna pesawat.
Kehadiran SBY dan Partai Demokrat dalam Pusaran Isu
Sosok yang kerap muncul dalam pemberitaan adalah Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono. Namanya disinggung-singgung sebagai kritik tandingan ketika berhembus isu bahwa politisi Partai Demokrat tidak suka jika warna pesawat kepresidenan berubah dari nuansa biru menjadi merah seperti saat ini. Politisi tersebut ialah Andi Arief, yang memang kerap berkomentar frontal terhadap pemerintah. Ia mempertanyakan mengapa tidak ada penjelasan yang komprehensif terhadap pemilihan warna merah seperti saat dulu masih berwarna biru.
Counter critique atas pernyataan Andi Arief sendiri datang dari politisi Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan, Arteria Dahlan. Ia balik bertanya mengapa pada zaman kepemimpinan SBY, tidak ada yang protes dengan pilihan warna biru kala pada saat itu sebenarnya bisa saja dipilah warna merah putih seperti lambang negara. Alasannya karena Arteria merasa tidak ada yang salah dengan pilihan warna apapun untuk pesawat kepresidenan. Andi Arief hanya membesar-besarkan masalah saja. Lagi pula pilihan warna yang sekarang ini adalah keputusan legislatif, tempat Partai Demokrat ikut terlibat membuat kebijakan.
Penutup
Jika dilakukan dalam situasi yang berbeda, perubahan warna cat pesawat kepresidenan sepertinya tidak akan memicu polemik seperti saat ini. Tudingan menghabiskan anggaran negara untuk hal yang tidak penting di tengah pandemi Covid-19 tentu tidak bisa dihindarkan. Namun komentar sinis yang dilemparkan politisi Partai Demokrat Andi Arief sepertinya akan tetap muncul karena itu sudah menjadi karakter politik Indonesia. Bagaimana pendapat pembaca terkait isu ini? Silahkan isi di kolom komentar atau balas unggahan sosial media Netray.