Layanan informasi BI Checking baru-baru ini menjadi bahan perbincangan oleh warganet. Kabarnya ada cerita calon pegawai yang tidak lolos rekrutmen karena memiliki masalah riwayat kredit. Informasi riwayat kreditur yang tersimpan di dalam Sistem Informasi Debitur (SID) kini digadang-gadang menjadi salah satu pertimbangan perusahaan dalam menerima calon karyawannya.
Awalnya publik sangsi karena informasi terkait hal ini masih simpang siur. Namun, kali ini publik dibuat terkejut atas cerita yang dibagikan oleh akun @kawtus dalam sebuah twit. Perusahaan tempatnya bekerja menolak calon karyawan yang masuk ke dalam KOL-5. Dalam BI Checking, KOL-5 berarti kredit macet atau debitur menunggak pembayaran pokok dan/atau bunga lebih dari 180 hari.
Twit dari @kawtuz menarik perhatian publik dan membuka ruang perbincangan baru. Netray Media Monitoring pun turut memantau lini masa Twitter tentang topik ini. Menggunakan kata kunci bi checking, Netray mencari informasi seberapa besar atensi warganet atas kejadian tersebut dan seperti apa perbincangan warganet? Berikut hasilnya.
Dalam periode pemantauan 20-24 Agustus 2023 Netray menemukan sebanyak 2,2 ribu twit yang berkaitan dengan kata kunci. Twit-twit tersebut diunggah oleh lebih dari seribu akun dan bahkan mampu menjangkau 16,3 juta akun. Topik ini menyedot atensi warganet yang dapat dilihat dari jumlah impresi yang mencapai 4,5 juta reaksi.
Intensitas perbincangan warganet tentang kata kunci ini terus merangkak setelah twit dari @kawtus diunggah pada 21 Agustus 2023. Puncak perbincangan warganet terjadi di tanggal 23 Agustus 2023. Pada hari tersebut, perbincangan didominasi dengan topik informasi pengecekan BI Checking.
Isu ini menghadirkan keresahan bagi sebagian warganet. Hal tersebut dapat terlihat dalam jajaran top complaint dari Netray di bawah ini. Kredit macet hingga susah mencari pekerjaan menjadi keluhan yang mendominasi perbincangan warganet pada topik ini.
Kredit macet yang dahulu tidak menjadi pertimbangan bagi calon pelamar kerja, kini dinilai bisa menentukan. Pengaruh tersebut cukup membuat warganet merasa dilema. Seperti yang diungkapkan oleh akun @C4kDeep_ yang sudah pasrah atas kebijakan tersebut.
Berbeda halnya dengan akun @introvertraraa. Raraa menyebut jika kebijakan tersebut justru akan semakin mempersulit publik untuk mencari pekerjaan ketika sebelumnya sudah dinilai banyak yang mengalami kesulitan. Akun tersebut juga berpendapat bahwa seharusnya tidak semua pekerjaan harus mempertimbangan BI Checking pelamar.
Kebijakan yang dinilai dapat mempersulit tersebut membuat warganet merasa kasian kepada para calon pelamar. Seperti yang diungkapkan oleh akun @cinnamongirlc. Bahkan akun tersebut menyebut kebijakan ini merupakan cancel culture. Selain itu, Cinnamon merasa kasihan lantaran kebijakan tersebut justru akan menghambat pelamar yang ingin bekerja untuk melunasi hutangnya.
BI Checking juga dinilai warganet dapat merusak nama kreditur meski hutang-hutang tersebut sudah dilunasi oleh pemilik hutang. Hal tersebut diungkapkan oleh @ennndd yang menyebut bahwa BI Checking berpengaruh besar bahkan dapat merusak nama karena riwayat kredit yang bermasalah.
BI Checking Terkait Pinjol dan Pemilihan Pasangan
Isu BI Checking memiliki korelasi dengan tren pinjol yang sedang ramai disoroti publik. Seperti yang sudah diunggah oleh Netray pada Tren Pinjol Meningkat, Warganet Ingatkan Bahaya, dalam artikel tersebut tertulis Jumlah kredit macet atau tingkat wanprestasi pembiayaan lebih dari 90 hari alias TWP 90 startup pinjol melalui sisi nilai mengalami sedikit kenaikan dari Rp 1,729 triliun menjadi Rp 1,733 triliun karena jumlah outstanding yang meningkat.
Besaran tersebut mengindikasikan banyaknya masyarakat yang terjerah hutang dan masuk ke dalam riwayat kredit macet. Hal inilah yang menjadi salah satu pertimbangan beberapa perusahaan untuk menghindari permasalahan dari karyawan yang dinilai kurang bertanggung jawab atas kewajiban hutangnya tersebut. Seperti yang dikatakan oleh @MafiaWasit yang mengungkapkan bahwa kreditur yang terjebak dalam KOL-4 dan 5 dianggap sebagai orang kurang produktif bahkan dicap sebagai ‘malingan’.
Senada dengan @MAfiaWasit, akun @bebkobeb juga menyebut jika kebijakan tersebut dapat mencegah perusahaan berurusan dengan karyawan yang kurang tanggung jawab. Akun ini juga menceritakan tentang pengalaman teman-teman kantornya yang menjadi korban teror lantaran terdapat karyawan perusahaannya yang terjerat pinjol.
Tak hanya berhubungan dengan pekerjaan, BI checking juga dikaitkan warganet dengan pertimbangan dalam memilih pasangan. Bahkan warganet membuat hal tersebut menjadi guyonan, seperti yang diunggah oleh akun @lagi_mece yang menyebut jika mencari pasangan saat ini tidak hanya dilihat dari bibit, bebet, dan bobot tapi juga BI Checking. Twit tersebut pun menarik perhatian warganet lainnya dan di-retweet sampai 109 kali.
Pertimbangan dalam memilih pasangan yang tidak memiliki riwayat kredit bermasalah juga diungkap oleh @foldramhf. Menurutnya, pasangan yang telah terjerat pinjol bahkan judi slot dinilai berbahaya.
Santernya isu ini pun cukup meresahkan warganet. Oleh karena itu, tak sedikit warganet yang meminta pemerintah turut andil dalam hal ini. Warganet berharap pemerintah dapat segera mencari solusi atau jalan tengah untuk mengatasi kebijakan tersebut.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Ananditya Paradhi