Indonesia (kembali) berduka. Untuk kesekian kalinya, teror berupa aksi bom bunuh diri menyasar tempat ibadah dan sekali lagi gereja menjadi targetnya. Pintu gerbang Gereja Katedral di Jalan Kajaolalido, MH Thamrin, Makassar luluh lantak pada Minggu pagi 28 Maret 2021. Pelaku jelas mengincar jemaat gereja yang baru selesai melaksanakan ibadah misa.
Respons publik jelas berupa kecaman atas tindakan tak berperikemanusiaan ini. Tak ada standar moral modern yang membenarkan aksi mencederai manusia atau bahkan hingga menghilangkan nyawa. Hanya saja perdebatan tidak berhenti di sini.
Publik nampaknya sudah sangat lelah dengan aksi teror penuh kekerasan. Mereka merasa ada reaksi atau respons yang salah dalam menanggapi aksi terorisme. Selama ini aksi tersebut hanyalah tindakan tak manusiawi dari pribadi yang tak beragama. Atau bisa dibilang aksi terorisme tidak dilandasi dengan motif ideologis.
Konsekuensinya adalah tidak ada upaya reflektif dari praktik beragama di Indonesia. Keresahan ini yang sempat terpantau hadir di media massa dua hari yang lalu. Publik mempertanyakan apakah tepat melabeli pelaku teroris dengan sosok tak beragama. Atau ada yang salah dengan cara beragama dari pelaku pengeboman.
Netray Media Monitoring ingin menangkap kecemasan tersebut dalam sebuah analisis sosial media. Pertanyaan yang bisa diajukan adalah seberapa luas dan efektif gagasan “teroris tak beragama” dan “teroris beragama” beredar di linimasa Twitter. Simak pemaparannya di bawah ini.
Statistik Pemantauan Respons Warganet untuk Peristiwa Aksi Bom Gereja Makassar
Pemantauan terhadap linimasa Twitter dilakukan selama sepekan ke belakang, yakni dari tanggal 23 Maret hingga 29 Maret 2021. Hasilnya berupa 30,391 cuitan telah diunggah oleh warganet sesuai dengan kata kunci agama, makassar, bom, dan teroris. Cuitan tersebut mendapat reaksi dari warganet sebanyak 123,6 juta kali berupa retweet, replies, dan favorite. Dan secara potensial perbincangan dapat menjangkau 172,7 akun. Jumlah ini tentu sudah tergolong sebagai perbincangan pada level atau skala nasional.
Saat peristiwa pengeboman terjadi, warganet Twitter belum banyak yang terlibat di dalam diskursus agama dan terorisme. Terpantau hanya 2.128 cuitan saja yang muncul pada hari itu, hanya sepersekian dari total volume perbincangan. Aktivitas warganet memuncak keesokan harinya dengan jumlah cuitan mencapai 28,233 cuitan selama satu hari penuh.
Dengan banyaknya ungkapan rasa kecewa terhadap aksi tak manusiawi tersebut, pantas jika secara umum warganet memberikan sentimen negatif terhadap peristiwa ini. Netray menemukan 16.852 cuitan dengan sentimen negatif. Sentimen positif tidak menghilang sama sekali. Masih ditemukan 7.422 cuitan dengan sentimen positif di linimasa. Jumlah ini terhitung masih sangat signifikan. Sehingga perlu ditelisik lebih dalam lagi.
Wacana Teroris Beragama, Siapa Pendukung dan Penentang
Untuk memantau bagaimana wajah perdebatan terkait agama dan pelaku teror aksi bom, Netray akan memanfaatkan fitur Top Accounts. Akun yang mendapat impresi tinggi tentu saja menjadi episentrum pembicaraan. Cuitan dari akun tersebut menjadi representasi pendapat masyarakat terkait dengan topik perbincangan. Akan tetapi, sebelum menganalisis lebih lanjut lagi, perlu dilihat dulu bagaimana perkembangan topik ini hingga menjadi perbincangan nasional.
Tak sampai satu jam setelah kejadian, sejumlah akun berusaha menyebarkan berita dugaan aksi bom bunuh diri. Cuitan dari akun @SupirPete2 mendapat impresi terbanyak dalam upaya diseminasi informasi. Sama-sama membagikan cuitan sebagai informasi awal, akun menfess ini menambahkan video amatir yang merekam kondisi lokasi pengeboman setelah peristiwa.
Setelah dugaan teror aksi bom terverifikasi dengan sendirinya, respons warganet mulai berdatangan. Setidaknya terdapat dua model respons warganet, yakni mereka yang merasa sedih dan berbelasungkawa, seperti yang dilakukan @AlissaWahid dan @timmymalachi. Atau cuitan yang bernada mengecam pelaku teror aksi bom seperti yang diunggah @WidasSatyo dan @Raj4Purwa.
Di waktu yang sama, perdebatan terkait agama dan pelaku teror mulai muncul di linimasa. Dimulai dari akun @WagimanDeep212_ yang membuat cuitan keresahan ketika orang mulai bertanya apa agama pelaku pengeboman. Percik-percik perdebatan mulai menyala ketika sejumlah akun ganti melemparkan wacana teroris tak memiliki agama. Seperti akun @xuma_sa yang mengutip Presiden Rusia bahwa “Terrorism has no nationality or religion.”
Aksi menolak wacana teroris beragama mulai bermunculan mempertahankan wacana yang selama ini telah mampir di benak publik nasional. Seperti cuitan dari @hnurwahid dan @PutraWadapi. Akun milik politisi PKS, Hidayat Nur Wahid menegaskan bahwa agama apapun mengharamkan perilaku teror semacam ini. Sedangkan mantan anggota Komnas Ham, Chirst Wamea menyatakan bahwa teror aksi bom bunuh diri ini tidak ada kaitan dengan agama manapun.
Dampak besar dari wacana penyangkalan ini membuat sejumlah tokoh tak ragu lagi untuk membalasnya. Mereka yang menentang antara lain Alissa Wahid dan Akhmad Sahal di @sahal_AS. Dua orang yang besar di lingkungan NU ini mau mengakui bahwa teroris adalah mereka yang menerima tafsir beragama yang salah. Kaum radikalis nyata ada di dalam Islam, sehingga umat harus mengakuinya untuk selanjutnya mengobati masalah ini.
Gerakan ide yang lahir dari tradisi NU, yakni Jaringan GUSDURian, juga sepakat untuk mengecam wacana melepaskan aksi teror dengan agama mereka. Aksi kekerasan yang ekstrim mendapat justifikasi moral tertinggi, yaitu menjamin pelakunya masuk surga. Terorisme dengan begitu adalah puncak es dari praktik beragama yang penuh kebencian dan merasa paling benar.
Terlepas dari semua perdebatan ini, duka yang mendalam tetap menjadi tema utama di sini. Alasannya tentu bisa dilihat dengan merujuk pada grafik Top Accounts. Pemuncak dalam daftar ini adalah akun milik Habib Husein Ja’far di @Husen_Jafar. Menyikapi aksi bom bunuh diri, Habib kembali mengingatkan bahwa merusak rumah ibadah agama lain adalah haram hukumnya bagi umat Islam.
Jika kali ini gereja diledakkan, Habib mengajak umat Islam membuka masjid mereka untuk dijadikan tempat berlindung tokoh dan umat Kristiani. Pesan positif semacam ini lah yang ingin didengar masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Semoga kedamaian kembali menyelimuti bangsa dan negeri kita ini.