“Indonesia itu Big Data”. Bagaimana bisa sebuah kalimat sederhana ini mendatangkan sensasi di media sosial beberapa waktu belakangan? Jawabannya adalah karena kalimat tersebut ditulis oleh Budiman Sudjatmiko, anggota DPR dari Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia yang cukup aktif dengan akun Twitternya.
Bulan Januari lalu, tepatnya pada tanggal 17, Budiman membuat sebuah utas di Twitter yang di dalamnya menyebut kalimat tersebut. Butuh waktu satu bulan lebih hingga cuitan tersebut mendapat perhatian lebih dari warganet. Yakni saat praktisi teknologi informasi, Teguh Aprianto dengan akunnya @secgron membuat cuitan yang menyindir Budiman. Budiman pun membalasnya.
Singkat cerita, aksi saling sahut cuitan ini memicu perbincangan yang lebih luas lagi. Warganet akhirnya ikut berkomentar terhadap topik pembicaraan yang sebagian besar berkutat di wacana teknologi informasi. Netray Media Monitoring ingin melihat seperti apa perbincangan tersebut berjalan dan berkembang di masyarakat atau pengguna Twitter. Untuk itu Netray telah melakukan pemantauan linimassa dan hasilnya bisa dilihat di bawah ini.
Laporan Statistika Topik Big Data
Pemantauan wacana big data kali ini dilakukan selama periode 27 Februari hingga 6 Maret 2021. Pemilihan waktu ini dipengaruhi oleh keberadaan cuitan dari @secgron yang diunggah pada tanggal 3 Maret 2021. Netray ingin melihat apakah di antara hari cuitan tersebut diunggah sudah muncul perbincangan? Dan bagaimana perkembangannya?
Terlihat dalam diagram di atas bahwa sebelum tanggal 3 Maret, hampir tidak ditemukan kuantitas perbincangan yang signifikan. Bahkan di tanggal tersebut hanya ada 696 cuitan saja. Itu pun baru mulai muncul pukul 5 sore dan mulai menanjak hingga malam hari. Bisa disimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh @secgron terbukti memicu perbincangan tentang big data yang lebih luas lagi.
Total cuitan yang berhasil dirangkum oleh Netray tidak banyak terpaut dengan data pada tanggal 4 Maret, yakni sebesar 9.742 cuitan saja. Data impresi yang menunjukan seberapa aktif warganet merespons topik perbincangan terindeks sebanyak 12,4 juta kali sedangkan potential reach terlihat sebesar 15,6 juta.
Hal ini berarti warganet terhitung sangat aktif mengikuti topik tersebut melalui reply, likes, atau retweet alih-alih membuat cuitan baru yang mengandung kata kunci. Untuk membuktikan data hasil pemantauan ini, satu-satunya cara adalah dengan membaca konten perbincangan warganet. Simak pembahasan selanjutnya.
Dari Buzzword Menjadi Meme
Aksi yang dilakukan oleh @secgron ini menarik banyak perhatian dari warganet. Beberapa akun besar juga ikut terlibat dalam mengangkat topik ini. Melalui daftar Top Accounts, bisa disimak akun mana saja yang mendapat respons terbanyak saat menyinggung topik kata kunci. Salah satunya adalah akun @ainunnajib milik seorang praktisi teknologi informasi lainnya bernama Ainun Najib.
Najib sempat membalas cuitan dari Budiman pada tanggal 3 Maret, di waktu yang sama @secgron mulai mengangkat topik ini. Di dalam cuitannya, Najib menjelaskan bahwa ada perbedaan yang mendasar antara “big data” dengan “data science” dalam kerangka pembenahan negara. Yang dibutuhkan sebenarnya adalah “master data” atau informasi dan data yang akurat dan spesifik yang selanjutnya diolah melalui “data science”. Penggunaan big data untuk kasus ini terhitung tidak penting.
Sehari setelahnya @ainunnajib juga kembali membuat serangkaian cuitan yang menjelaskan tentang istilah big data. Baginya istilah tersebut hanyalah buzzword yang sedang hype saja. Istilah ini banyak disalahpahami dan perlu pelurusan. Big Data tidak menjelaskan secara tepat karakter sebuah entitas, namun akan menilainya secara probabilitas melalui sebuah analisis.
Kembali lagi, untuk membuat kebijakan dalam konteks ketatanegaraan, administrasi, hingga kesejahteraan yang efektif justru yang dibutuhkan adalah Master Data. Sebuah dataset penduduk Indonesia yang akurat dan spesifik. Bukan model estimasi statistik ala “Big Data”. Begitu menurut Ainun Najib dalam meluruskan pandangan umum yang kerap keliru.
Dan yang menjadikan topik ini semakin ramai di linimasa Twitter adalah saat akun @litgatekeeper mengubahnya menjadi meme. Melalui sebuah postingan gambar yang sudah digubah, akun tersebut menganggap pembicaraan Budiman Sudjatmiko tak terstruktur atau semrawut. Termasuk menambah caption berupa kalimat yang tak masuk akal.
Cuitan meme ini tentu mendapat respons yang sangat besar dari warganet hingga menempatkannya ke urutan keempat dari daftar Top Account. Menyampaikan pendapat menggunakan meme terasa sangat alamiah dalam topik pembicaraan ini mengingat tidak banyak yang bisa diseriusi dari pendapat Budiman pada mulanya.
Akun @ardiwilda mencoba menangkap ketidakseriusan ini dengan melempar lelucon bahwa ia curiga dengan orang-orang berumur yang membicarakan topik semacam ini pasti tidak memiliki pekerjaan yang kongkrit. Atau secara tidak langsung menyebut Budiman hanya jargonal saja.
Perbincangan tentang big data ini memang tak berlangsung lama. Setelah ramai di tanggal 4 Maret 2021 lantas segera meredup sehari kemudian. Meski begitu topik ini masih menarik untuk diikuti karena sangat dekat dengan dunia digital. Pertama, masih banyak pihak yang belum memahami betul istilah dalam dunia digital yang justru malah membuatnya menyimpang. Kedua, internet melalui media sosial selalu memiliki caranya tersendiri dalam menanggapi sebuah perbincangan. Tak selamanya sebuah topik menjadi trending, kecuali memiliki keunikan misterius yang tak semua orang memahaminya.