Penetapan Thomas Trikasih Lembong, atau biasa dikenal dengan sebutan Tom Lembong, sebagai tersangka menghebohkan warganet beberapa waktu terakhir ini. Pasalnya setelah sembilan tahun, mantan Menteri Perdagangan ini diringkus akibat dugaan korupsi terkait kebijakan impor gula yang menyebabkan kerugian negara sekitar Rp 400 miliar. Ia diduga memberi izin untuk impor gula sebanyak 105 ribu ton di saat Indonesia mengalami kelebihan stok gula. Tom Lembong sendiri menjabat sebagai Menteri Perdagangan pada tahun 2015 hingga 2016 semasa periode pertama Presiden Joko Widodo.
Kehebohan opini publik di media sosial terhadap kasus Tom Lembong ini begitu beragam dan menarik untuk diamati. Netray coba menangkap berbagai komentar dan opini tersebut di media sosial X yang cukup menggambarkan reaksi warganet. Pemantauan lini masa X dilakukan tanggal 29 Oktober hingga 2 Oktober 2024. Hasilnya sebagai berikut.
Narasi Pro dan Kontra terkait Dugaan Korupsi Tom Lembong
Sepanjang periode pemantauan, Netray menemukan sebanyak 173,2 ribu unggahan mengandung kata kunci tom && lembong. Perbincangan warganet didominasi oleh sentimen negatif yakni sebanyak 114,1 ribu unggahan atau sebanyak 53,1 persen dari keseluruhan total unggahan. Sedangkan unggahan bersentimen positif muncul sejumlah 31,7 ribu.
Topik ini mampu memperoleh impresi berupa komentar, likes dan repost hingga menyentuh angka satu juta unggahan. Bahkan, unggahan yang ada mampu menjangkau ke kurang lebih 173 juta akun. Penetapan Tom sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung terjadi pada 29 Oktober malam, sehingga perbincangan tentangnya kemudian mulai meningkat sehari setelahnya. Puncak perbincangan terjadi pada 31 Oktober ketika sebanyak 74,2 ribu unggahan menyoroti kasus Tom Lembong ini.
Melalui fitur top words atau kata-kata yang paling sering digunakan oleh warganet dapat dijadikan sebagai representasi topik apa yang banyak diperbincangkan warganet. Selain kata lembong, kasus, gula, dan korupsi terdapat kata yang cukup masif digunakan warganet yakni anies dan abah.
Secara garis besar, warganet menduga terdapat upaya kriminalisasi dari penangkapan Tom oleh Kejaksaan Agung. Dugaan ini bersumber dari hubungan Tom dengan Anies Baswedan, yang memunculkan kata anies dan abah, bahwa ia merupakan mantan Tim Pemenangan Anies-Muhaimin pada masa Pilpres 2024.
Unggahan populer, yang berasal dari akun @abu_waras, menyatakan bahwa Tom Lembong menjadi salah satu inisiator untuk menggulirkan pembentukan partai baru guna menjembatani Anies maju Pemilihan Presiden pada 2029 mendatang. Tetapi sebelum Partai itu terbentuk, tiang pancangnya sudah mulai dirobohkan. Tentu saja melalui kriminalisasi atas kasus impor gula.
Ujaran serupa yang menyebutkan bahwa ini adalah manuver kriminalisasi diutarakan oleh akun @dhemit_is_back dan @footycinephile. Eksistensi kata anies dan abah, yang merujuk pada hubungan Anies dan Tom Lembong, menjadi hal yang hampir terjadi secara alami dalam perbincangan warganet. Hal ini kembali dibuktikan dengan unggahan yang bersifat kontra atas narasi sebelumnya.
Seperti unggahan dari akun @tekarok007, yang secara tersurat memberi pandangan bersentimen negatif dari narasi pendukung Anies atau yang kerap disebut dengan Anak Abah. Menurutnya para pendukung Anies yang yakin Tom tak bersalah itu ironi semata. Ia menganggap bahwa keikutsertaan Tom dalam aksi ‘Peringatan Darurat’ lalu agar perbuatan korupsinya tak terbongkar. Opini akun ini pun tak hanya satu, ia menganggap Tom yang lama tinggal di luar negeri dan tak memiliki aset di Indonesia itu hanya sebagai jalan pintas belaka. Bila tertangkap mudah untuk kabur ke luar negeri.
Narasi warganet tak hanya berkutat pada Anies Baswedan. Nama Joko Widodo juga kerap disebut dalam perbincangan terkait kasus dugaan korupsi Tom Lembong. Melalui kata jokowi dan mulyono, warganet menduga bahwa penangkapan ini terjadi karena dendam Jokowi atas kegagalan anak bungsunya ikut serta dalam kontestasi Pilkada jawa Tengah seperti yang dituliskan @taniaviandra. Akun @Tan_Mar3M pun mengira bahwa kasus ini sebagai langkah untuk menutupi kasus-kasus yang terjadi pada anak-anak Jokowi.
Nama-nama politisi lain yang juga muncul dalam grafik Top Words antara lain seperti airlangga, zulhas, hingga dito. Mereka muncul karena disebut warganet agar dugaan keterlibatan mereka dalam sebuah kasus juga diusut. Seperti yang diungkapkan akun @cingreborn bahwa mantan menteri Airlangga Hartarto diduga terlibat dalam Kasus Korupsi Ekspor CPO, Dito Ariotedjo dalam kasus pengadaan menara BTS, hingga Zulkifli Hasan terkait kasus impor gula. Bahkan akun @Simanjunta9Nico mensiyalir jika Airlangga, Dito dan Zulhas tak tersentuh sampai sekarang karena mereka berada dalam pemerintahan. Sedangkan Tom dianggap sebagai lawan politik.
Dukungan Warganet untuk Tom Lembong
Sebagai rekan, Anies Baswedan langsung membela Tom begitu mendengar kabar penangkapan tersebut melalui unggahan di akun X @aniesbaswedan. Anies mengaku telah mengenal Tom selama 20 tahun dan percaya bahwa Tom merupakan pribadi yang berintegritas tinggi, memprioritaskan kepentingan publik serta memperjuangkan kelas menengah yang terhimpit. Unggahan Anies ini bahkan menjadi yang terpopuler selama periode pemantauan mampu memperoleh impresi hingga 81,9 ribu kali.
Dukungan serupa juga datang dari mantan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Dino Patti Djalal melalui akun @dinopattidjalal. Ia menuliskan bahwa Tom mempunyai intelektualitas tinggi, baik hati, tidak korup, serta idealis. Dia selalu kritis melihat berbagai masalah bangsa. Namun di sisi lain Dino tahu bahwa dia memiliki banyak musuh sejak kembali ke Indonesia.
Bahkan dukungan warganet diwujudkan dalam bentuk tagar #SaveTomLembong. Tagar ini menjadi paling populer dibanding tagar lainnya ketika mampu mencapai angka 3.694 unggahan. Akun @PngAdilnR4kyt tampak sering mengunggah tagar ini sehingga seolah membela Tom. Ia bahkan mengungkapkan fakta dari berita laporan BPK yang tercatat bahwa tidak ada aliran dana masuk ke Tom dan tidak ada kerugian negara.
Dominasi opini warganet menyangsikan bahwa Tom Lembong benar-benar korupsi. Banyak yang menganggap penangkapan ini sebagai bentuk kriminalisasi mau pun politisasi. Bahkan hingga kini Kejagung belum mampu memberikan bukti adanya aliran dana yang masuk ke mantan Mendag tersebut. Pendapat warganet ini membuktikan bahwa kini publik tak bisa dibodohi oleh penangkapan yang semena-mena.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang secara real time kunjungi percobaan gratis di netray.id.
Editor: Ananditya Paradhi