Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak terkait berbagai kebijakan yang diberlakukan saat pandemi Covid-19. Himbauan untuk melakukan aktivitas di rumah, menghindari kerumunan, hingga kebijakan penutupan moda transportasi seperti kereta dan pesawat membuat para pelaku bisnis Online Travel Agent (OTA) kelimpungan. Harapan menjemput momen mudik pun harus terkikis karena pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk tidak mudik mengingat kondisi yang masih belum stabil. Lalu, bagaimana kabar bisnis online travel agent saat ini? Bagaimana mereka bertahan menghadapi krisis ini? Berikut pantauan Netray.
Topik Online Travel Agent di Media
Netray menelusuri pemberitaan terkait topik ‘online travel agent’ di media selama periode 1 April-13 Mei 2020. Berikut hasilnya.
Netray menemukan 738 artikel dari 85 portal media membicarakan online travel agent selama periode 1 April-12 Mei 2020. Sebagian besar pembahasan menyoroti soal Ekonomi (44%) dan Pariwisata (21%).
Traveloka dan Airy menjadi dua entitas yang paling banyak dibahas terkait topik online travel agent selama periode ini. Sementara portal media yang paling banyak menerbitkan artikel terkait adalah Kompas, Detik, dan Republika.
Penjualan Menurun, Pembatalan Pemesanan Meningkat
Grafik penjualan Tiket.com terus menurun sejak wabah Covid-19 pertama kali muncul di China dan berkembang ke negara-negara tetangga pada awal Januari lalu. Masyarakat yang sudah membeli tiket pesawat, tiket konser, hingga paket wisata berbondong-bondong menunda bahkan membatalkan agendanya. Tiket.com mengaku menerima 30 ribu inquiries baik terkait refund maupun reschedule. Hingga saat ini, penurunan penjualan yang terjadi di Tiket.com mencapai 75% sementara permintaan pembatalan pemesanan (refund) mengalami kenaikan 7 kali lipat selama pandemi.
Pihaknya juga terus berupaya untuk dapat membantu semua pengajuan dan pengembalian dana. Namun, karena banyaknya aduan yang harus dilayani Tiket.com meminta pelanggan untuk bersabar dan menghindari pengulangan pembatalan karena dapat menambah panjang antrean. Tiket.com juga telah menyediakan fitur Smart Refund untuk mengatasi permasalahan ini.
Lonjakan penundaan hingga pembatalan pesanan juga meningkat 10 kali lipat di Traveloka. Chief Marketing Officer Traveloka Dionisius Nataiel mengaku lonjakan ini telah terjadi sejak Februari 2020 lalu. Dalam mengambil keputusan ini, Traveloka berpegang pada kebijakan yang dintukan oleh partner.
PHK Karyawan Hingga Gulung Tikar
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Ketenagakerjaan Raden Soes Hidharno menyampaikan bahwa perumahan dan pemangkasan karyawan paling banyak terjadi di sektor pariwisata dan perhotelan. PT OYO Indonesia meminta karyawannya mengambil cuti di luar tanggungan selama 60-90 hari dengan menyesuaikan dengan perkembangan kondisi ke depan. Upaya tersebut dilakukan untuk memastikan para karyawan tidak kehilangan pekerjaan dan berharap berdampak positif bagi kinerja perseroan. Mengutip pemberitaan Tempo, karyawan yang dirumahkan mencapai lebih dari separuh total karyawan OYO. Kendati dirumahkan, karyawan masih tetap mendapat insetif sebesar 1,5 juta beserta THR, jaminan kesehatan, dan jaminan ketenagakerjaan.
Di sisi lain, Traveloka terpaksa harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 100 karyawan atau 10% dari total karyawan yang dimilikinya. Sementara karyawan yang masih tetap bekerja mendapatkan separuh dari gaji reguler mereka. Keputusan serupa juga diambil oleh Pegipegi. Dari pemberitaan yang disampaikan IDN Times PHK diterima oleh 85 karyawan Pegi-pegi sejak pertengahan April lalu.
Airy mengumumkan akan mengakhiri perjanjian dengan mitranya menyusul keputusan perusahaan untuk menghentikan kegiatan operasionalnya secara permanen pada akhir Mei mendatang. CEO Airy Louis Alfonso Kodoatie sempat mencari cara untuk meningkatkan profitnya demi mengatasi dampak pandemi Coivd-19. Namun pada April lalu, Airy dilaporkan telah menghentikan karyawannya hingga 70%.
Keputusan Airy untuk menghentikan kegiatan operasionalnya secara permanen cukup disesalkan oleh Ekonom Bhima Yudhistira. Ia menilai bisnis Airy yang menawarkan hotel dengan budget minimal tersebut sangat bagus.
Strategi Bertahan Online Travel Agent Hadapi Covid-19
Tiket.com mengaku telah mempersiapkan diri sejak awal Januari 2020 lalu ketika Covid-19 merebak di China. Pembatalan penerbangan ke Wuhan dan sekitarnya pada awal Januari diprediksi akan terus meluas apabila Covid-19 masuk ke Asia Tenggara.
Tiket.com kemudian mengubah fokus bisnis, dari fokus berjualan menjadi fokus kepada layanan masyarakat. Pemasaran yang sebelumnya digiatkan kini dialihkan kepada layanan pelanggan (customer care). Hal ini mengingat banyaknya penundaan hingga pembatalan pesanan selama periode pandemi. Tiket.com juga membenahi sistem aplikasinya dengan lebih banyak menampilkan informasi terkait cara refund, reschedulu dan informasi terkini negara dan kota tujuan. Tiket.com pun rela melalukan pemotongan terhadap anggaran marketing hingga mencapai 90% untuk menghindari adanya PHK atau pemotongan gaji terhadap karyawannya.
Tiket.com juga telah menyiapkan strategi untuk mempersiapkan diri menyongsong berakhirnya pandemi Covid-19 dengan menyelenggarakan promo diskon early booking hotel hingga mencapai 75%. Tiket.com semakin optimis setelah melihat adanya kenaikan penjualan menyusul keputusan pemerintah melonggarkan moda transportasi pada 7 Mei lalu.
Demikian pantauan Netray terkait kabar Online Travel Agent di masa pandemi Covid-19 selama periode 1 April-13 Mei 2020. Penurunan penjualan dan kenaikan permintaan pembatalan pemesanan yang harus dirasakan oleh para pelaku bisnis travel agent memaksa mereka untuk mengambil beberapa langkah agar dapat terus bertahan. Sebagian besar travel agent memilih memangkas karyawannya untuk tetap bertahan. Namun, sebagian yang lain tetap berupaya mempertahankan jumlah karyawan dengan melakukan pemotongan besar-besaran terhadap anggaran marketing dan anggaran lain yang tidak mendesak. Selain optimis menyiapkan strategi menyambut berakhirnya pandemi Covid-19, Online Travel Agent saat ini terus berfokus pada layanan pelanggan.