HomeCurrent ReportPemerintahanSkandal Korupsi Pertamax Oplosan: Warganet Kesal Kerugian Negara Fantastis

Skandal Korupsi Pertamax Oplosan: Warganet Kesal Kerugian Negara Fantastis

Published on

Skandal bahan bakar minyak (BBM) Pertamax mencuat setelah Kejaksaan Agung (Kejagung) mengungkap adanya praktik korupsi yang dilakukan oleh oknum di PT Pertamina Patra Niaga. Skandal ini melibatkan dugaan pencampuran (pengoplosan) BBM Pertamax dengan Pertalite, yang berpotensi merugikan negara hingga Rp 193,7 triliun.

Praktik koruptif ini terjadi antara tahun 2018 hingga 2023. Modus operandi yang dilakukan adalah mencampur Pertamax, yang memiliki harga dan angka oktan (RON) lebih tinggi, dengan Pertalite yang lebih rendah dan murah. Dengan mencampurkan kedua jenis BBM ini, pelaku korupsi mendapat untung dari selisih harga BBM dengan kualitas lebih rendah menggunakan harga Pertamax.

Beberapa pejabat telah ditetapkan sebagai tersangka skandal korupsi Pertamax oplosan ini, termasuk Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan. Kejagung masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap pihak-pihak lain yang terlibat.

Pemantau Media Korupsi Pertamax Oplosan

Untuk mengetahui bagaimana media massa melaporkan kasus ini. Netray memantau pemberitaan media online selama tanggal 25 Februari – 2 Maret 2025 menggunakan kata kunci ‘pertamax’. Hasilnya ditemukan 1033 artikel dari total 68 media. Dalam 5 hari pemantauan pemberitaan terkait korupsi ini begitu masif hingga mencapai ratusan berita per harinya. Puncak pemberitaan terjadi pada tanggal 27 Februari 2025. Hari itu pemberitaan dipenuhi dengan penangkapan tersangka baru Maya Kusmaya, serta jumlah kerugian negara akibat korupsi ini mencapai Rp 1 Kuadriliun jika dihitung sejak tahun 2018.

Gambar 1. Statistik pemberitaan kasus pertamax oplosan
Gambar 2. Intensitas pemberitaan kasus pertamax oplosan

Untuk mengetahui topik yang paling mendominasi media massa, Netray menggunakan fitur top words atau kosakata populer. Seperti terlihat pada grafik di bawah nama-nama tersangka tampak mendominasi. Nama yang paling banyak dibahas media massa adalah Riva Siahaan, sang Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, yang telah menjabat sejak Juni 2023. Riva diduga berperan mengarahkan pengoplosan bahan bakar minyak jenis Pertalite (RON 90) menjadi Pertamax (RON 92).

Gambar 3. Jajaran kata populer
Gambar 4. Sampel berita riva

Pertalite yang telah dibeli ini kemudian di-blending di Storage/Depo agar menjadi RON 92. Bersama Sani Dinar Saifuddin menjabat sebagai Direktur Optimasi Feedstock & Produk di PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) dan Agus Purwono sebagai Wakil Presiden Manajemen Feedstock di PT KPI diduga melakukan pengondisian dalam rapat optimasi hilir. Mereka sengaja mengatur jalannya rapat agar keputusan yang diambil mengarah pada impor minyak mentah dan produk kilang. Selain itu mereka menurunkan produksi di kilang minyak secara sengaja, sehingga kebutuhan minyak mentah dalam negeri tidak terserap. Produksi minyak metah dalam negeri oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) pun ikut ditolak dengan alasan tidak memenuhi spesifikasi. Warta ini seperti yang dilaporkan portal Tribun News dan Tribun Tangerang.

Gambar 5. Sampel berita riva

Selain Riva, nama yang banyak dibahas media massa adalah Maya Kusmaya sebagai Direktur Pemasaran PT Pertamina Patra Niaga dan  Edward Corne selaku VP Trading Produk Pertamina Patra Niaga juga terseret dalam pusaran kasus ini. Keduanya diduga membeli bahan bakar berkualitas lebih rendah (RON lebih rendah) tetapi membayarnya seolah-olah setara dengan RON 92, yang menyebabkan kerugian besar bagi negara. Tak hanya itu, mereka juga melakukan blending ilegal, mencampur RON 88 dengan RON 92 di PT Orbit Terminal Merak untuk menghasilkan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik di atas kertas, tetapi tetap tidak sesuai standar.

Gambar 6. Sampel berita maya

Maya Kusmaya dan Edward Corne juga melanggar aturan dengan menggunakan metode pembelian langsung (spot) atau penunjukan langsung yang berlaku saat itu. Padahal, seharusnya mereka menggunakan metode pemilihan langsung dengan perencanaan jangka panjang agar bisa mendapatkan harga yang lebih wajar dan menguntungkan. Kabar ini tampak dituliskan portal Kompas dan Viva.

Gambar 7. Sampel berita edward

Nama Muhammad Kerry Adrianto Riza turut mencuri perhatian media massa dalam kasus ini. Sebagai putra dari Muhammad Riza Chalid, pengusaha yang kerap dijuluki “raja minyak”, Kerry menjabat sebagai pemilik manfaat (beneficial owner) PT Navigator Khatulistiwa dan diduga memainkan peran penting dalam operasi PT Orbit Terminal Merak, yang menjadi lokasi pencampuran bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax oplosan.

Gambar 8. Sampel berita riza

Tak hanya itu, Kerry juga diduga meraup keuntungan besar melalui mark-up biaya transportasi minyak mentah yang dilakukan oleh PT Pertamina International Shipping. Biaya ini dinaikkan secara sistematis hingga 13-15%, dengan kelebihan dana yang mengalir ke perusahaan-perusahaan yang terkait dengannya. Praktik ini semakin memperbesar kerugian negara dan memperlihatkan bagaimana skema ini dijalankan dengan rapi.

Skandal ini bahkan menyeret nama sang ayah, Riza Chalid. Rumah mewahnya di Jalan Jenggala 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, turut digeledah oleh penyidik Kejaksaan Agung, yang berhasil menyita setidaknya 144 bundel dokumen penting. Rumah tersebut diduga juga difungsikan sebagai kantor oleh Kerry. Penggeledahan ini menjadi langkah krusial untuk mengungkap benang merah antara kesaksian para tersangka dengan dokumen-dokumen yang ditemukan—membuka lebih banyak fakta di balik kasus yang mengguncang industri energi nasional ini. Hal ini terlihat dituliskan portal Tribun Surya Malang dan Tribun Warta Kota.

Gambar 9. Sampel berita riza

Menariknya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mantan Komisaris Utama Pertamina, turut bersuara dalam kasus ini. Ahok mengaku sangat mengenal sosok Riva Siahaan, bahkan Riva adalah salah satu Direktur Utama yang pernah memicu kemarahannya. Dalam beberapa kesempatan, Ahok tak segan mengancam akan memecat dan memarahi Riva, meskipun ia tidak memiliki wewenang langsung untuk memberhentikan seorang Direktur Utama.

Gambar 10. Sampel berita ahok

Salah satu ketegangan antara Ahok dan Riva terjadi ketika Ahok menuntut dihilangkannya transaksi tunai di seluruh SPBU. Ia juga mendorong penggunaan alat pengukur (gauges) digital untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi. Namun, alih-alih mengikuti arahannya, pihak terkait justru memilih bekerja sama dengan Telkom untuk mengukur kapasitas tangki.

Keputusan ini membuat Ahok heran. Menurutnya, mengetahui kapasitas tangki tidak terlalu bermanfaat dibandingkan aspek lain yang lebih krusial. Ia menilai bahwa jika bahan bakar hampir habis, pihak SPBU cukup menghubungi pemasok, tanpa perlu menghabiskan dana triliunan rupiah untuk proyek kerja sama dengan Telkom yang dianggapnya kurang relevan.

Gambar 11. Sampel berita ahok

Menanggapi kasus korupsi yang mencuat ini Pertamina Patra Niaga memastikan kualitas Pertamax yang beredar sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pemerintah yakni RON 92. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari menegaskan bahwa produk BBM di terminal Pertamina sudah sesuai dengan RON masing-masing, yakni Pertalite RON 90 dan Pertamax RON 92. Di terminal utama, juga dilakukan injeksi warna untuk membedakan produk serta injeksi aditif guna meningkatkan performa Pertamax.

Gambar 12. Sampel berita pertamina

Media yang paling aktif memberitakan kasus ini selama 5 hari ke belakang adalah Tribun News, yang telah menerbitkan 93 artikel, menjadikannya sebagai portal dengan jumlah pemberitaan terbanyak. Kompas menyusul di posisi kedua dengan 78 artikel, sementara Suara berada di peringkat ketiga dengan 73 artikel. Intensitas pemberitaan yang tinggi dari ketiga media ini mencerminkan besarnya perhatian publik terhadap skandal yang tengah berlangsung.

Gambar 13. Jajaran portal populer

Kekesalan Warganet atas Skandal Pertamax Oplosan

Selain dari media pemberitaan Netray ingin menjaring opini warganet melalui media sosial TikTok dengan menggunakan kata kunci pertama dan pertalite selama 5 hari kebelakang ditemukan 658 unggahan video dari 635 pengguna. Dari total video yang ada telah diputar sejumlah 121,8 juta kali dan dibagikan ulang sebanyak 561,7 ribu kali.

Gambar 14. Statistik unggahan TikTok kasus pertamax oplosan

Kasus ini memicu gelombang reaksi dari warganet, yang ramai mengungkapkan kekesalan mereka melalui video singkat di berbagai platform. Salah satu unggahan yang paling viral datang dari akun @alvinz217, yang menyoroti kemarahan para pengguna Pertamax oplosan yang merasa tertipu. Dalam videonya, ia menyindir bahwa Pertamax sebenarnya hanya Pertalite dengan jalur fast track. Unggahan ini mendapat 452,5 ribu likes, 5,8 ribu komentar, dan telah dibagikan ulang sebanyak 53,1 ribu kali, menjadikannya salah satu yang paling populer di media sosial.

Gambar 15. Sampel reaksi warganet

Reaksi lain muncul dari akun @sulisetiyaningrum6, yang mengungkapkan kekecewaannya dengan menulis, “Sebagai rakyat jelata, dari sekian banyak kasus korupsi, baru kali ini ikut jadi korban.” Unggahannya pun menuai perhatian besar dengan 335,6 ribu likes, 10,7 ribu komentar, dan dibagikan ulang sebanyak 38 ribu kali.

Tak ketinggalan, penyanyi Teuku Rizky melalui akun @teukuryzki turut menyuarakan keresahannya lewat sebuah parodi. Dalam videonya, ia mempertanyakan mengapa kebohongan seperti ini bisa terjadi dan sampai merugikan negara. Rizky bahkan membandingkan kasus ini dengan seorang nenek yang dihukum lima tahun penjara hanya karena mencuri kayu bakar, mempertanyakan apakah pelaku korupsi besar akan mendapatkan hukuman setimpal atau justru kebal hukum. Di akhir videonya, Rizky menambahkan sentuhan dramatis dengan menampilkan dirinya seolah menjadi sasaran sniper, menggambarkan betapa sensitifnya membahas kasus semacam ini di Indonesia.

Gambar 16. Sampel reaksi warganet

Bahkan akun Animasi Taarts @taarts_tok, tampak mengunggah dampak menipu dari Ustad Abdul Somad. Ia pun berpendapat sungguh rusak sekali moral para koruptor karena telah memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat untuk menipu. Masyarakat saja tidak bisa membedakan Pertamax dan Pertalite seperti apa.

Sementara itu akun @owner.garasiagan tampak mengeluarkan jokes sarkastik bahwa PERTAMAX adalah PERTALITE yang tidak antri. Akibat dari korupsi pertamina ini warganet @prajurittepar terlihat melaporkan bahwa kini pom bensin milik swasta yaitu Shell terlihat ramai oleh pembeli. Menurutnya shell kini berhasil naik daun karena menjaga kualitasnya sejak dulu. Lalu akun @adrifr70 justru tampak menampilkan bagaimana modus operandi pertamax oplosan yang dilansir dari TVOne. Bahwa tangki untuk Pertamax diisi dengan Pertalite kemudian diisi dengan zat pewarna yang menyerupai Pertamax.

Gambar 17. Sampel reaksi warganet
Gambar 18. Sampel unggahan @prajurittepar

Kasus korupsi Pertamax oplosan di PT Pertamina Patra Niaga merugikan negara hingga Rp 1 kuadriliun sejak 2018. Modusnya adalah mencampur Pertalite dengan Pertamax dan menjualnya dengan harga lebih tinggi. Beberapa pejabat tinggi, termasuk Direktur Utama Riva Siahaan, telah ditetapkan sebagai tersangka.

Pemberitaan media dan reaksi warganet di media sosial sangat masif, dengan banyak yang merasa tertipu dan mempertanyakan keadilan hukum. Skandal ini bahkan juga membuat masyarakat mulai beralih ke SPBU swasta seperti Shell.

Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di website Netray untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.

Editor: Ananditya Paradhi

More like this

Kontroversi Danantara: Warganet Duga Jadi Ladang Korupsi Baru

Presiden Prabowo mengumumkan bahwa pada 24 Februari 2025 mendatang, pemerintah akan meluncurkan lembaga baru...

Kritisi Efisiensi Anggaran, Warganet Pertanyakan Penambahan Stafsus

Prabowo Subianto memerintahkan jajarannya untuk melakukan efisiensi anggaran guna menyokong keberlangsungan program Makan Bergizi...

Film Remake ‘A Business Proposal’ di Mata Warganet: Blunder Abidzar hingga Cancel Culture

Film adaptasi drama Korea “A Business Proposal” yang digarap rumah produksi Falcon Pictures menuai sentimen negatif