Rabbani beberapa kali menarik perhatian warganet lewat konten iklannya. Iklan brand kerudung dan busana muslim ini dinilai sensitif dan cenderung menyudutkan pihak perempuan, khususnya terkait isu pelecehan sosial yang diangkat dalam iklan terbaru Rabbani pada 25 Desember 2022 yang diunggah di kanal Instagram miliknya.
Netray ingin mengetahui bagaimana respons warganet Twitter terhadap Rabbani setelah iklan kontroversial tersebar di jagad maya. Dengan menggunakan kata kunci rabbani dan periode pemantauan 25 Desember hingga 13 Februari 2023 ditemukan sebanyak 2,083 twit dari 847 akun membahas topik Rabbani. Perbincangan ini memperoleh 1,2 juta impresi yang berpotensi menjangkau lebih dari 5,6 juta akun.
Seperti diketahui, iklan-iklan Rabbani kerap memicu kontroversi baik yang berbentuk baliho maupun yang ditampilkan dalam bentuk video di media sosial. Salah satu yang terbaru adalah video yang membahas soal pelecehan seksual dan kaitannya dengan pakaian wanita yang diunggah akun Instagram @rabbaniprofesorkerudung.
Salah satu narasi yang memicu kontroversi adalah ketika membahas pakaian minim perempuan, “Jika dilihat dari sudut pandang perempuan, wanita tidak salah, namun jika dilihat dari sudut pandang pria, wanita yang berpakaian terbuka itu bodoh”.
Sepanjang periode pemantauan, twit dari akun @tanyakanrl menjadi yang paling banyak mendapat impresi dari warganet, yakni sebanyak 28,7 ribu. Konten yang menampilkan kumpulan iklan baliho Rabbani ini menuai berbagai opini dari warganet mulai dari yang pro hingga kontra. Akun @tanyarl, pada 29 Desember 2023 mencuitkan kumpulan iklan lama Rabbani berupa baliho yang juga dianggap mendiskreditkan kaum wanita. Kalimat yang ditampilkan pada baliho adalah “rok makin di atas, prestasi makin di bawah”, “tidak semua wanita berhijab itu polos” dan lain sebagainya.
Akun selanjutnya yang memperoleh impresi tinggi dari warganet berasal dari akun Kalis Mardiasih, aktivis yang berfokus pada isu perempuan. Melalui akunnya, @mardiasih membeberkan soal fakta dan mitos pelecehan seksual dalam sebuah utas. Di akhir utasnya, ia menyimpulkan bahwa iklan misoginis yang ditampilkan Rabbani tidak laku untuk pasar perempuan. Ia menilai bahwa masyarakat sudah semakin teredukasi mengenai mitos dan fakta kekerasan seksual, terlebih di tahun 2023 yang mana UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) sudah sah.
Iklan kontroversial Rabbani juga mendapat kritikan dari kader Partai Solidaritas Indoensia (PSI). Melalui Juru Bicara DPP PSI Mary Silvita, disampaikan bahwa narasi menghubungkan kejahatan seksual dengan pakaian perempuan adalah sebuah kemunduran. Rabbani sebagai brand pakaian Islami mestinya bisa lebih arif dalam menyampaikan narasi. Selain itu, PSI juga menilai bahwa video tersebut akan berdampak buruk bagi proses pemulihan para korban pelecehan seksual.
Komnas Perempuan pun turut andil dalam melawan iklan pelecehan seksual dari Rabbani. Seperti yang tertera pada akun @KomnasPerempuan pada 8 Februari lalu dalam sebuah utas guna memperjelas data tentang kekerasan seksual yang digunakan sebagai rujukan iklan. Selama 20 tahun (2001-2022), mereka menegaskan tidak pernah menyebutkan bahwa pakaian perempuan yang terbuka menjadi pemicu terjadinya kekerasan seksual. Komnas Perempuan menyimpulkan di akhir utas bahwa penyataan dalam iklan Rabbani merupakan tindakan misoginis dan melekatkan stigma bahwa perempuan adalah penyebab terjadinya kekerasan seksual.
Cuitan ini merespons pernyataan Direktur Marketing Rabbani, Ridwanul Karim, yang berkata memiliki data dari Komnas Perempuan dan data pendukung lainnya bahwa salah satu faktor terjadinya pelecehan seksual karena berpakaian terbuka. Ridwanul Karim menyampaikan ini dalam podcast Kasisolusi berjudul “Klarifikasi Video Iklan “Rabbani” Banjir Hujatan Netizen! Usai Sebut: Wanita Tak Berhijab Itu Bodoh”.
Banyak warganet yang kontra terhadap iklan Rabbani. Akun @soemeroe tampak menyalahkan copywriting yang kurang tepat. Ia menilai Rabbani ingin tampak berbeda dari merk hijab yang lain namun yang terjadi malah sebaliknya. Bahkan ada pula warganet yang menjadi malas membeli produk dari Rabbani akibat iklan-iklan kontroversial Rabbani tersebut.
Selain itu ada pula yang membandingkan iklan Rabbani dengan iklan Balenciaga, merk pakaian dan aksesoris mewah asal Spanyol, yang juga sering menuai kontorversi seperti yang tampak dicuitkan oleh @sarilotty. Sebagai pengguna, ia mengaku jika produk Rabbani sebenarnya bagus namun pemasarannya kurang apik. Sementara itu, akun @sains_ips justru menertawakan iklan tersebut dan menarik kesimpulan soal alasan anak sekolah zaman sekarang tidak memilih memakai hijab Rabbani dibandingkan dengan zaman dulu.
Mengingat begitu banyak hujatan hingga kritik dari warganet, tak mengherankan bila perbincangan ini didominasi oleh sentimen negatif. Sebanyak 1.347 twit negatif mendominasi bila dibanding twit positif yang hanya sebesar 347 twit. Puncak perbincangan terjadi pada 30 Desember setelah akun @tanyakanrl membagikan foto baliho iklan Rabbani. Perbincangan yang berawal dari akun ini terus berlanjut hingga melandai pada 11 Januari. Kemudian perbincangan kembali meningkat pada 5 Februari dengan inisiator yang sama membahas video iklan Rabbani terkait pelecehan seksual.
Jajaran keluhan dari warganet seperti, goblok, jelek, dan jelek banget turut menyumbang sentimen negatif dalam perbincangan. Mulai dari menilai iklannya yang jelek, brandnya yang goblok hingga konsumen yang masih memilih produk Rabbani pun dianggap goblok.
Di sisi lain, terdapat sejumlah warganet yang tidak mempermasalahkan iklan kontroversial tersebut. Seperti yang dituliskan oleh akun @vinaamayasari bahwa kalimat dalam salah satu iklan baliho tidak menyinggung pihak manapun. Jika dilihat berdasarkan syariat, memang benar jika berhijab itu wajib sedangkan berkurban adalah sunnah.
Tanggapan lainnya yang berpikir tidak ada yang salah dari iklan Rabbani datang dari akun @adel_leah. Ia menyimpulkan bahwa iklan tersebut ditujukan untuk pasar kaum Muslim. Beberapa copywriting iklan yang dianggap kontroversial pun menurutnya sengaja dibuat untuk menyindir kaum muslim yang tak memakai hijab/kerudung.
Terlepas dari kontroversi iklan tersebut, produk dari Rabbani masih diminati. Sejumlah warganet yang menggunakan produk ini mengaku memiliki pengalaman menyenangkan, seperti nyaman, enak dipakai dan tidak ribet.
Produk memang membutuhkan iklan dan pemasaran agar lebih cepat laku dan meraup untung. Namun, yang terjadi pada Rabbani justru menjadi boomerang bagi merk itu sendiri. Sebab, warganet menilai copywriting iklan brand ini sensitif dan menyudutkan pihak perempuan. Dari pantauan warganet, iklan-iklan kontroversial Rabbani sudah ada sejak dulu. Namun perkembangan informasi yang cepat di media sosial kini membuatnya lebih terekspos sehingga memicu respons yang cepat pula dari publik.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Winda Trilatifah