Sesuai dengan perkembangan zaman, media sosial memiliki fungsi untuk menciptakan ruang-ruang publik yang memungkinkan orang untuk bebas menyampaikan pendapat atau pandangannya. Namun, keberadaan media sosial kini juga dijadikan sebagai alat propaganda beberapa individu atau kelompok untuk mempengaruhi opini publik. Salah satunya ialah terkait isu beragama. Dalam buku Intoleransi dan Politik Identitas Kontemporer di Indonesia yang diterbitkan oleh LIPI Press, tertulis bahwa media sosial menciptakan ekosistem bagi berkembangnya masyarakat pasca-kebenaran (post-truth society). Yang artinya, kebenaran tidak lagi bersifat tunggal dan pelaku sosial dapat membangun narasi yang terkadang saling menegasikan.
Kebebasan beragama nampaknya belum seratus persen melekat di tengah budaya Indonesia. Meski hidup berasaskan Pancasila, namun sila Ketuhanan Yang Maha Esa sepertinya belum sepenuhnya dijiwai oleh masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari munculnya kasus ataupun fenomena intoleran beragama yang terjadi di tengah masyarakat. Fenomena yang baru-baru ini terjadi ialah viralnya video santri yang menutup telinga saat mendengarkan musik di ruang tunggu vaksinasi.
Video yang merekam aksi santri sedang menutup telinga saat menunggu vaksinasi tersebut menuai sorotan publik. Bahkan cap ‘radikal’ pun dilayangkan oleh warganet yang turut serta berkomentar atas kejadian tersebut. Bukankah ini telah melanggar asas Pancasila tersebut? Ya, benar saja, komentar negatif tersebut pun sontak mendapat balasan dari warganet yang kontradiktif terhadap pandangan tersebut. Hal ini pun lantas memicu perdebatan di dunia maya hingga topik ini mendulang trending Twitter.
Aksi santri tutup telinga yang berasal dari pondok pesantren tahfidz atau penghafal Al-qur’an ini menuai sorotan publik setelah mendapat komentar negatif dari warganet, seperti yang datang dari staf khusus Presiden Diaz Hendropriyono dan pesohor negeri yakni Deddy Corbuzier. Diaz mendapat sorotan dari warganet setelah mengunggah video santri tutup telinga di akun instagramnya dengan memberikan keterangan tentang pendidikan yang salah. Lalu, unggahan ini pun dikomentari oleh Deddy yang notabene merupakan publik figure. Deddy telah dinilai melukai hati para santri karena komentar candaannya tersebut.
Tak hanya menuai sorotan media, kedua sosok ini pun juga mendapatkan perhatian dari warganet Twitter. Deddy yang dinilai sebagai ‘smart people’ pun banjir bullying dari warganet. Selain itu, Deddy yang merupakan seorang mualaf dinilai tidak menghormati dan telah mencela agama yang kini disandangnya. Bahkan warganet yang merupakan penggemar Deddy pun kecewa atas komentar yang telah dilayangkannya di akun Diaz tersebut. Dengan adanya hal ini, media sosial kembali menjadi ajang bagi publik untuk adu argumen terkait fenomena intoleransi dalam beragama.
Intoleransi yang Masih Tinggi
Ragam agama yang ada di Indonesia sepertinya bukan menjadi patokan besarnya toleransi beragama di tengah kehidupan masyarakat. Fenomena intoleransi menggambarkan bahwa adanya relasi mayoritas dan minoritas keagamaan masih diwarnai kesenjangan sehingga memicu konflik. Berdasarkan data dari Setara Institute, sebanyak 422 tindakan pelaggaran kebebasan beragama terjadi di Indonesia pada tahun 2020 dan 62 di antaranya ialah terkait intoleransi.
Perdebatan Toleransi atas Video Santri Tutup Telinga
Topik ini semakin ramai setelah Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachamn memberikan pernyataan bahwa semua agama itu benar. Bahkan Ketua MUI Cholil Nafis pun ikut bersuara dan menanggapi pernyataan tersebut. Dalam tweet-nya Cholil mengatakan bahwa pernyataan semua agama benar merupakan pandangan beragama dalam hidup berasaskan pancasila, tetapi dalam keyakinan setiap pemeluk agama yang benar hanyalah agamanya. Sehingga dalam kehidupan sosial di Indonesia dilarang untuk menyalahkan apalagi menodai sebuah agama karena toleransi ialah memaklumi dan bukanlah menyamakan.
Toleransi beragama menjadi perbincangan warganet kala menanggapi fenomena ini. Pada tweet dengan filter keyword toleransi, Netray menemukan pembahasan yang merujuk kepada pendapat tentang toleransi dari kacamata warganet. Dari kejadian ini warganet menilai bahwa sikap toleransi dapat ditunjukkan dengan menghargai apa yang tengah diupayakan oleh santri dalam video tersebut. Warganet juga berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh santri tersebut merupakan salah satu sikap menghargai keadaan sekitar yang dinilai tak sesuai dengan prinsip hidupnya, yakni keyakinan jika musik haram bagi islam.
Tak hanya mendapat sanggahan dari warganet, video ini juga mencuri perhatian putri Gus Dur, yakni Yenny Wahid. Cap radikal yang disematkan publik menyentil Yenny untuk memberikan tanggapannya terhadap hal ini. Menurut Yenny, aksi tutup telinga yang dilakukan santri ini merupakan suatu hal yang wajar dilakukan oleh seorang santri saat mereka harus difokuskan untuk menghafal Al-qur’an. Lebih lanjut, putri sulung Gus Dur tersebut meminta semua pihak untuk bersikap bijaksana dalam menanggapi suatu fenomena atau peristiwa sehingga tidak mudah memberikan cap radikal dan kafir terhadap seseorang.
Trending Aksi #GerakanTutupKuping
Topik ini kembali memuncak setelah munculnya #GerakanTutupTelinga. Siapa yang menginisiasi tagar tersebut? Dan siapakah sosok yang meramaikannya? Berikut pantauan mendalam dari Media Monitoring Netray.
Dari hasil pantauan Netray dengan menggunakan fitur oldest tweet, ditemukan akun @DJ__07__ yang membawakan #GerakanTutupKuping dalam sejumlah tweet-nya. Akun dengan jumlah followers mencapai 6 ribu orang ini mengusung #GerakanTutupKuping dengan mengaitkan suatu kejadian yang berkaitan dengan fenomena santri tutup telinga tersebut. Salah satu yang paling banyak mendapat impresi ialah tweet yang berisikan gambaran Imam Syafi’i yang menyumpal telinga saat pergi ke masjid karena beliau tak ingin hafalan hadistnya tercampur dengan apa yang didengarkan selama perjalanan.
Statistik Perbincangan
Dengan kata kunci yang dibubuhkan, ditemukan sebanyak 83 ribu tweet yang mencatut kata kunci tersebut. Dari 30 ribu akun yang membahas topik juga ditemukan beberapa akun yang paling banyak mendapat impresi bahkan hingga mencapai 27 ribu impresi dalam sebuah akun. Dari jajaran akun di atas, terdapat beberapa contoh tweet dari tiga akun teratas yang paling menuai sorotan netizen. Bahkan tweet gurauan terkait pacaran perbedaan agama pada topik ini pun berhasil menyita perhatian hingga mencapai 14 ribu likes. Hmm, netizen butuh bercandaan juga ya.
Dengan adanya fenomena ini patut menjadi pembelajaran bagi kita semua yang tinggal di Indonesia, yakni menjunjung tinggi toleransi terutama dalam beragama. Keyakinan yang diambil oleh seorang individu patutlah kita hargai sebagai bentuk saling menghormati sesama atau antar agama. Demikian pantauan Media Monitoring Netray, simal ulasan isu terkini lainnya hanya di https://analysis.netray.id/