HomeCurrent ReportBeda Pandangan Media dan Warganet Sikapi Kenaikan Harga Telur Ayam

Beda Pandangan Media dan Warganet Sikapi Kenaikan Harga Telur Ayam

Published on

Harga kebutuhan pangan pokok yakni telur ayam sempat berada di level tertinggi beberapa waktu yang lalu. Kenaikan yang hampir jarang terjadi ini menarik untuk dicermati lebih dalam lagi. Topik tersebut dapat dipantau melalui pemberitaan di media massa dan perbincangan warganet di linimasa Twitter dengan menggunakan sejumlah tools yang dimiliki Netray Media Monitoring. Pemantauan ini untuk melihat sikap dan respon publik kala menyikapi isu kenaikan harga telur ayam. 

Pemberitaan media massa menjadi pembuka analisis Netray untuk melihat konteks isu kenaikan harga telur secara lebih jernih. Agar mendapatkan berita yang representatif atas topik tersebut, Netray menggunakan kata “telur” dan “ayam” sebagai kata kunci pemantauan. Hasilnya bisa disimak pada gambar berikut.

Gambar 1. Statistik pemantauan kanal news

Pada pemantauan kanal News, Netray Media Monitoring menemukan sebanyak 1.678 artikel telah diterbitkan oleh 111 kantor berita daring selama 2 minggu periode pemantauan, yakni antara tanggal 18 Agustus hingga 31 Agustus 2022. Sejumlah 806 artikel tergolong ke dalam berita dengan kategori kuliner karena mengupas permasalahan bahan pangan.

Sementara 585 berita muncul di kategori finansial karena berhubungan dengan isu ekonomi. Sisa jumlah berita terpantau terbagi ke dalam sejumlah kategori mulai dari pemerintahan hingga hukum.

Gambar 2. Peak Time isu kenaikan harga telur

Sejak tanggal 18 Agustus 2022 atau awal periode pemantauan, pemberitaan yang mengandung kata kunci pemantauan terlihat sudah ramai. Akan tetapi kuantitas perbincangan baru memuncak pada tanggal 24 Agustus dan terhitung cukup signifikan dibanding hari-hari sebelumnya. Selain itu terlihat dari grafik di atas bahwa jumlah pemberitaan dengan topik harga telur terpantau stabil hingga akhir periode pemantauan.

Gambar 3. Tren sentimen pemantauan kanal news

Pemantauan tren sentimen menunjukkan bahwa media massa daring cenderung mengemas berita tingginya harga telur dengan intonasi yang positif. Pada grafik Sentiment Trend tercatat bahwa terdapat 840 artikel yang merupakan berita dengan sentimen positif. Sedangkan Netray hanya menemukan 125 berita saja yang ditulis dengan sentimen negatif.

Tingginya sentimen positif tentu menimbulkan tanda tanya. Berita kenaikan harga kebutuhan pokok semacam ini seharusnya mendatangkan sentimen negatif lebih banyak daripada sentimen yang lain. Keresahan masyarakat menanggapi situasi tersebut seringnya menjadi sudut pandang pemberitaan. Akan tetapi secara umum hal tersebut tidak terjadi.

Gambar 4. Kata Zulhas dan bansos paling sering muncul

Penelusuran isu guna menjawab situasi tersebut dapat dilakukan dengan membaca grafik Word Cloud. Secara sekilas Netray Media Monitoring mendapati sejumlah kata yang menarik untuk ditelisik lebih jauh lagi. Yakni kata “bansos” yang merujuk pada bantuan sosial dari pemerintah dan “mendag” yang merujuk pada sosok Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau yang kerap disapa dengan sebutan Mendag Zulhas.

Kata “bansos” menjadi representasi atas tingginya sentimen positif hasil pemantauan. Sebagian besar artikel dengan sentimen tersebut merupakan berita yang membahas bagaimana pemerintah menjelaskan sumber permasalahan dan kebijakan apa yang akan diterapkan guna mengatasi masalah ini.

Gambar 5. Top pepole kanal news

Mendag Zulhas menjadi tokoh penting dalam topik ini. Pihaknya menjadi representasi sikap pemerintah kala menanggapi situasi kenaikan harga telur ayam. Melalui pemberitaan-pemberitaan di media massa daring, Mendag Zulhas menjelaskan sejumlah alasan mengapa harga telur sekarang melambung tinggi. 

Salah satunya adalah justru karena kebijakan bansos yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Sosial. Zulhas menuding kebijakan bansos dengan merapel tiga periode pemberian bantuan dalam sekali waktu memicu kenaikan sejumlah bahan pokok. Bantuan tersebut mengharuskan masyarakat membeli kebutuhan dalam jumlah yang banyak sehingga menimbulkan kelangkaan barang.

telur ayam
Gambar 6. Contoh berita isu harga telur
Gambar 7. Contoh berita isu harga telur

Laporan-laporan media massa daring atas langkah-langkah pemerintah mengatasi masalah ini melalui Mendag Zulhas ternyata membuat sentimen pemantauan berita cenderung positif. Suara-suara kritis memang masih terdengar. Terbukti dengan kehadiran berita dengan sentimen negatif. Akan tetapi secara umum dapat dibaca bahwa pemerintah benar-benar menguasai isu ini dan diharapkan dapat menyelesaikan masalahnya secepat mungkin.

Tanggapan Warganet Twitter atas Isu Kenaikan Harga Telur Ayam

Antusiasme yang serupa tetapi tidak sama ditampilkan oleh warganet Twitter. Pemantauan kanal Twitter Netray Media Monitoring selama periode 18 Agustus hingga 31 Agustus 2022 menemukan bahwa 9.285 twit yang diunggah warganet mengandung kata kunci “telur ayam”. Terlihat dari grafik Peak Time bahwa perbincangan mencapai puncaknya pada tanggal 24 Agustus 2022. Puncak yang sama dengan pemantauan kanal News.

Gambar 8. Peak Time kanal Twitter
Gambar 9. Tren sentimen isu kenaikan harga telur

Seperti yang sudah sekilas terlihat di grafik Peak Time, respon warganet dalam waktu yang hampir bersamaan dengan meningkatnya pemberitaan media massa ternyata didominasi twit dengan sentimen negatif. Netray Media Monitoring mendapati sebanyak 5.567 twit diunggah dengan nada bahasa negatif. Sedangkan sentimen positif terhadap isu hanya muncul pada 1.343 twit saja.

Apabila merujuk pada akun-akun yang mendapat impresi terbanyak di grafik Top Accounts, sentimen negatif tentu saja berisi keresahan publik. Hanya saja akun Twitter seperti @bachrum_achmadi dan @Hilmi28 menyampaikan keresahannya dalam bentuk sarkasme. Mereka merasa ketika isu ini diserahkan begitu saja kepada pemerintah hasilnya tidak akan maksimal.

Gambar 10. Twit dari akun @bachrum_achmadi
Gambar 11. Twit dari akun @Hilmi28
Gambar 12. Statistik pemantauan kanal Twitter

Melihat gencarnya sentimen negatif, perbincangan dengan topik tingginya harga telur ayam mendapat impresi sebanyak 97,6 ribu kali dalam bentuk reply,retweet, dan favorites. Twit-twit yang mengandung kata kunci secara potensial dapat menjangkau linimasa 144,5 juta akun Twitter berbahasa Indonesia.

Demikian hasil analisis Netray, simak analisis terkini lainnya melalui https://analysis.netray.id/

Editor: Winda Trilatifah

More like this

Tenggelam dalam Arus Sentimen Negatif, Gus Miftah Akhirnya Mundur

Miftah Maulana Habiburrahman atau yang biasa disebut Gus Miftah menjadi sorotan publik baru-baru ini...

Kebijakan Kenaikan PPN 12%, Gelombang Negatif Penuhi Linimasa X

Jelang akhir tahun 2024, kabar mengejutkan datang dari Menteri Perekonomian Sri Mulyani. Pajak Pertambahan...

Layanan Baru “Lapor Mas Wapres”: Dihujat di X, Didukung di Tiktok

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka membuat terobosan baru di awal kepemimpinannya. Ia resmi membuka...