Pendidikan merupakan hal terpenting untuk mencerdaskan bangsa. Sistem pendidikan yang berubah-ubah membuat masyarakat segan. Khususnya sistem zonasi yang menuai banyak polemik. Warganet berkeluh kesah atas sistem zonasi tersebut. Mari simak ulasan keluh kesah warganet berikut.
Berikut data hasil pencarian di sosial media monitoring Netray selama dua minggu, mulai 15 Juni 2019 sampai 28 Juni 2019. Dua minggu tersebut dipilih karena masa kelulusan dan pendaftaran peserta didik baru. Pendaftaran dan seleksi murid baru mulai 24 Juni 2019 sampai 26 Juni 2019. Pengambilan data selama dua minggu sudah cukup untuk merepresentasikan kekecewaan serta keluhan warganet mengenai sistem zonasi. Berikut gambar data total keseluruhan cuitan warganet.
Gambar 1. menjelaskan bahwa selama dua minggu pengambilan data pada Netray menghasilkan total cuitan sebanyak 9.558. Cuitan sentimen negatif mengungguli sentimen positifnya, dengan rincian 1.437 sentimen positif dan 4.673 sentimen negatif. Banyaknya sentimen negatif memperlihatkan bahwa warganet sangat kecewa dengan sistem zonasi ini. Berikut gambar kurva pergerakan sentimen cuitan warganet.
Gambar 2. memperlihatkan pergerakan kurva sentimen hasil cuitan warganet. Garis warna merah ialah sentimen negatif lebih unggul daripada garis warna hijau sentimen positifnya. Pergerakan garis sentimen positifnya berada di bawah jauh dari sentimen negatifnya. Puncak tertinggi kurva dengan sentimen negatif yaitu 22 Juni 2019. Hari itu merupakan momen kelulusan sekolah menengah pertama. Oleh sebab itu warganet banyak menumpahkan keluh kesahnya di Twitter. Berikut grafik aktifitas warganet.
Gambar 3. menunjukkan intensitas cuitan warganet selama dua minggu. Awal grafik masih rendah, grafik mulai naik 21 Juni 2019 dengan puncak intensitas tertinggi 22 Juni 2019. Pergerakan grafik kemudian mengalami naik turun.
Gambar 4. merupakan peak time 22 Juni 2019, puncak aktifitas warganet. Puncak intensitas warganet pada hari itu paling sering ialah pukul 8.00 pagi, menjelang pukul 12.00 cuitan semakin intens. Mulai sore pukul 16.00 grafik cuitan mulai menurun, kemudian naik kembali ketika malam hari sekitar pukul 20.00. Berikut data contoh cuitan kekecewaan dan keluh kesah warganet tentang sistem zonasi.
Kualitas pendidikan tidak merata
Warganet mengeluh karena sistem zonasi sudah diterapkan tanpa adanya pemerataan kualitas pendidikan. Harusnya pemerataan segala kualitas, sarana prasarana, dan pendidikan semua sekolah di desa ataupun kota sama. Agar masyarakat yang mempunyai kemampuan mumpuni, nilai bagus bisa mendapatkan kualitas sekolah yang sama mutunya, di desa maupun kota.
Sistem zonasi diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tujuan awalnya untuk menghapuskan adanya predikat sekolah favorit dan bukan. Namun sebelum menerapkan sistem tersebut harusnya memperbaiki seluruh kualitas pendidikan sehingga tidak membuat masyarakat kecewa karena nilai bagus dan tidak bisa masuk ke sekolah yang bagus sebab kalah dengan anak lain yang rumahnya dekat sekolah atau sesuai zonasi.
Menyepelekan sekolah dan malas belajar
Asumsi lain warganet bahwa sistem zonasi justru mendukung anak untuk malas belajar. Hal itu membuat anak menyepelekan pelajaran sehingga muncul prinsip tidak harus nilai bagus agar bisa diterima di SMP atau SMA bagus karena rumahnya dekat dengan sekolah tersebut.
Membatasi hak untuk mendapatkan sekolah layak
Asumsi warganet lainnya bahwa sistem zonasi malah membatasi hak masyarakat untuk bersekolah di sekolah yang layak. Hal itu sebab lokasi rumah tidak sesuai dengan zonasi sekolah yang akan dituju.
Gambar 10. keluhan warganet berupa sindiran bahwa sistem zonasi membatasi hak untuk bisa menuntut ilmu yang jauh karena terhalang oleh zonasi.
Sistem ini memang perlu dievaluasi
Sistem zonasi ini memang harus dievaluasi. Warganet keluhkan beberapa kecurangan terjadi karena adanya sistem ini, seperti cuitan yang ditulis oleh akun @Rarafifa1 di bawah ini. Cuitan lain menuliskan bahwa Presiden Joko Widodo sudah memberikan arahan Menteri untuk mengevaluasi sistem ini.
Beberapa akun di atas yang menuliskan cuitan dengan menandai akun seperti @jokowi, @muhadjir_ef, @Kemdikbud_RI, dan @BPJSKesehatanRI dan lain-lain, akan membentuk suatu jaringan percakapan. Jaringan tersebut akan memperlihatkan siapa saja selain akun di atas yang terlibat di dalamnya. Berikut gambar data jaringan percakapan.
Gambar 13. menunjukkan bahwa warganet yang terlibat cuitan tersebut akan membentuk lingkaran percakapan. Jaringan terbesar dalam percakapan ialah Kemendikbud RI nyambung dengan Jokowi, Ganjar Pranowo, dan Muhadjir Efendi. Warganet menandai akun tersebut karena dianggap orang berpengaruh dengan sistem zonasi. Kemudian lingkaran jaringan terbesar kedua ialah Educationfess. Akun yang peduli pendidikan tersebut menurut warganet dapat mempengaruhi adanya perubahan sistem. Berikut gambar data frekuensi kemunculan keyword percakapan warganet.
Gambar 14. merupakan frekuensi kemunculan keyword percakapan warganet perkata. Sebanyak 30 keyword tersebut, frekuensi penggunaan paling sering oleh warganet ialah keyword “sistem”, “zonasi”, dan “sekolah”. Keterikatan cuitan warganet berdasarkan frekuensi penggunaan keyword dapat dilihat melalui diagram. Frekuensi penggunaan keyword yang paling sering terlibat dalam cuitan warganet yakni diagram 21, 10, 14, dan 16. Diagram lainnya terlihat sangat padat dan saling keterikatan satu sama lain.
Kesimpulannya sistem zonasi membutuhkan evaluasi
Sistem zonasi pendidikan membutuhkan evaluasi lagi. Pasalnya memang banyak permasalahan yang timbul karena sistem zonasi tersebut. Memang sudah seharusnya apabila ingin menerapkan sistem zonasi terlebih dahulu diadakan pemerataan kualitas pendidikan. Pemerataan kualitas tenaga pengajar, sarana prasarana sekolah sehingga mutu kualitasnya sama dengan sekolah yang sudah berlabel “favorit” sejak awal.