Batas waktu pendaftaran tahap kedua UTBK dan SBNMPTN, dengan cara membuat akun personal di portal Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), telah berakhir pada hari Jumat 12 Maret 2021 lalu. Bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, proses ini menjadi tahap terakhir registrasi agar bisa mengikuti ujian nasional masuk. Tentu saja kondisi semacam ini memberi tekanan tersendiri bagi calon mahasiswa andaikata terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Terlepas dari ada tidaknya permasalahan dalam proses pendaftaran secara daring tersebut, pengalaman semacam ini kerap berakhir di media sosial. Calon peserta UTBK dan SBNMPTN meramaikan perbincangan di Twitter dengan mengungkapkan bagaimana pendapat mereka kala menjalani proses tersebut. Apa yang mereka sampaikan bisa menjadi cerminan bagaimana pengelolaan tes masuk perguruan tinggi kali ini.
Melihat situasi ini, Netray Media Monitoring ingin menangkap perbincangan terkait pengalaman mengikuti pendaftaran UTBK dan SBNMPTN tahap kedua ini. Apa saja yang warganet, diwakilkan oleh calon peserta ujian, rasakan dan alami selama menjalani proses? Topik apa saja yang muncul dalam perbincangan? Hingga bagaimana gambaran pengelolan ujian nasional masuk perguruan tinggi kali ini?
Statistika Perbincangan Pendaftaran Ujian Masuk Universitas
Melalui upaya pemantauan linimasa, Netray menemukan sejumlah data kuantitatif untuk memberi gambaran seberapa besar volume topik perbincangan. Pemantauan tersebut dilakukan sejak 1 Maret hingga 16 Maret 2021. Rentang masa ini dipilih karena akun resmi milik LTMPT di @ltmptofficial memberikan informasi pendaftaran gelombang kedua pada tanggal 2 Maret 2021.
Sejak dimulainya periode pemantauan, Netray menemukan 15,016 total cuitan dari warganet yang terlibat dalam perbincangan. Cuitan yang dirangkum oleh Netray ini mengandung setidaknya satu dari kata kunci “ltmpt” dan “sbmptn”. Interaksi warganet terhadap cuitan tersebut bisa dibilang tinggi, yakni mencapai nilai impresi sebesar 25,4 juta reply, retweet, maupun favorite. Sehingga secara potensial perbincangan dapat menjangkau 74,6 juta akun Twitter.
Yang menarik dari data ini adalah rangkuman sentimen perbincangan. Antara sentimen negatif dan positif terlihat tidak banyak kesenjangan. Yakni antara 1.863 sentimen positif dan 2.232 cuitan dengan sentimen negatif. Kedua sentimen tersebut jelas terlihat kalah banyak jika dibandingkan dengan sentimen ketiga, yaitu sentimen netral. Cukup dihitung dengan kasar saja terlihat hampir sepuluh ribu cuitan yang berhasil dirangkum memiliki sentimen netral. Mengapa bisa terjadi seperti ini? Penjelasannya dapat ditemukan di bawah ini.
Arus Utama Perbincangan, Popularitas Akun Menfess
Kebutuhan akan informasi yang definitif tentang ujian masuk perguruan tinggi mendorong akun Twitter milik calon mahasiswa merespons beberapa akun spesifik secara masif. Dari grafik Top Accounts dapat ditelisik bahwa akun dengan impresi tertinggi adalah akun resmi LTMPT karena sebagian besar cuitan dari akun ini bersifat informatif, maka sentimen yang dihasilkan adalah netral.
Akun LTPMT tidak sendirian dalam menghasilkan sentimen netral dari topik perbincangan. Terdapat juga akun @EdukaSystem, akun yang memberi prediksi topik soal ujian. Jika dilihat dengan analisis SNA (Social Network Analysis), audiens yang dimiliki @EdukaSystem berpotongan dengan audiens milik @LTMPT. Yang artinya warganet biasanya mendapat informasi terkait ujian masuk dari kedua akun tersebut.
Akun lain yang juga ikut menyumbang perbincangan dengan sentimen netral adalah akun @ruangambis. Berbeda dengan kedua akun sebelumnya, dari peta SNA, @ruangambis memiliki audiens yang berbeda dengan akun @ltmpt. Melalui konten yang berisi tautan tentang tips dan soal belajar, akun ini juga ditemani sejumlah akun lainnya seperti @ahmadzakiyudin_ dan @Chemstud12.
Kembali merujuk pada diagram Top Accounts, terlihat akun menfess (mention confession) @sbmptnfess menempel dengan ketat di posisi kedua. Fenomena akun menfess memang meningkat semakin pesat beberapa waktu belakangan. Terutama di kalangan generasi z yang kebetulan saat ini memasuki dunia perkuliahan. Sangat masuk akal akhirnya perbincangan tentang ujian masuk universitas bermuara di akun semacam ini.
Selain @sbmptnfess, terlihat dari grafik tersebut bercokol akun menfess yang lain seperti @utbkfess. Dari akun semacam ini, perbincangan di linimasa Twitter menjadi lebih berwarna. Pendapat, pandangan, pengalaman, hingga keluh kesah calon mahasiswa tertuang di dalam modus interaksi sosial yang hampir anonimus ini.
Lantas apakah pengelolaan seleksi masuk perguruan tinggi kali ini berjalan dengan baik? Dari kolom Top Complaints bisa dilihat apa saja yang dikeluhkan oleh pengguna portal pendaftaran milik LTMPT. Di sana muncul kata susah, error, kecewa, down, dan lemot. Bisa ditebak jika kata keluhan ini tentu saja berkaitan dengan hal teknis, yakni peserta kesusahan melakukan pendaftaran lantaran portal tersebut bermasalah. Permasalahan yang dialami antara lain error, down (server), dan lemot (lambat).
Hanya saja keluhan ini sepertinya bukan menjadi wajah utama pengelolaan pendaftaran tahap kedua SBNMPTN oleh LTMPT. Secara kuantitas, keluhan tidak mendominasi perbincangan dari calon mahasiswa. Akun resmi ini juga tidak menjawab setiap keluhan yang disampaikan via mention. Jadi selama tidak terjadi peristiwa luar biasa, bisa dinilai pengelolaan tahun ini cukup sukses.
Sosial media, seperti Twitter, selalu menjadi medium yang disambangi warganet ketika datang momen semacam ini. Selain sebagai sumber informasi yang valid, jika mendapat sumber resmi, warganet bisa langsung mengungkapkan isi hatinya di tempat yang sama. Preferensi generasi dan perkembangan moda sosial juga sangat berpengaruh dengan pola interaksi warganet. Popularitas akun menfess menjadi bukti bahwa sosial media akan selalu menemukan caranya tersendiri untuk menarik perbincangan ke dalamnya.