Pembicaraan soal perubahan iklim seolah tak ada habisnya. Perserikatan Bangsa-Bangsa mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
Akibat dari perubahan yang terus terjadi, bumi menjadi 1,1°C lebih hangat daripada akhir tahun 1800-an. Bahkan satu dekade terakhir (2011-2020) merupakan rekor suhu terpanas. Adapun konsekuensi yang terjadi antara lain, kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran hebat, naiknya permukaan laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan keanekaragaman hayati.
Netray mengamati ragam pemberitaan media online terkait isu perubahan iklim ini. Dengan menggunakan kata kunci perubahan iklim selama periode 1 Juni hingga 30 Juni 2023 ditemukan sebanyak 3.137 artikel dari 327 media daring menuliskan topik ini. Kategori pemerintahan mendominasi pemberitaan dengan 1086 artikel, disusul kategori bencana sebanyak 605 artikel dan kategori keuangan sejumlah 584 artikel.
Intensitas pemberitaan tampak fluktuatif seperti yang tertera pada Gambar 2 di bawah. Puncak pemberitaan terjadi pada tanggal 6 Juni 2023 sebanyak 155 artikel. Selanjutnya pemberitaan cenderung stabil pada jumlah di atas seratus. Pemberitaan kembali meningkat pada 20 Juni 2023 sebanyak 145 artikel atau hanya selisih 10 artikel dari jumlah tertinggi pemberitaan selama periode pemantauan. Sedangkan media daring yang paling banyak memberitakan topik perubahan iklim (Gambar 3) datang dari portal Kompas dengan 163, selanjutnya Liputan6 sejumlah 140 artikel dan Detik dengan 118 artikel.
Pantauan Isu Pemberitaan Perubahan Iklim per Pekan
Pada pekan pertama bulan Juni yakni tanggal 1-7 Juni 2023 tercatat 757 artikel muncul. Isu yang mendominasi pada awal Juni adalah soal perusahaan yang berusaha turut serta dalam menghadapi perubahan iklim. Hal ini dapat diamati pada kumpulan kata pada Gambar 4, kata perusahaan mendapat porsi paling besar.
Perusahaan yang dimaksud adalah Pertamina yang merupakan BUMN Energi terbesar di Indonesia yang tentu menghasilkan emisi karbon yang tak sedikit. Dengan melakukan implementasi dekarbonisasi, akselerasi green business dan green operation. Hasilnya, Pertamina mampu menurunkan 7,9 juta ton CO2e hingga akhir 2022.
Selain itu, perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia juga mulai bertransformasi dengan menjalankan bisnis hijau (green business). Mengingat pada 2021, Coca-Cola pernah dinobatkan sebagai perusahaan pencemar plastik terburuk di dunia selama empat tahun berturut-turut. Kedua kabar tersebut bisa diamati pada Gambar 6 yang diterbitkan oleh portal Katadata dan Swa.
Kemudian, kata suhu juga cukup mendominasi artikel pemberitaan. Hal ini terkait dengan potensi ancaman El Nino yang melanda dunia termasuk Indonesia. El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya. Tak hanya itu, Indian Ocean Dipole (IOD) terjadi semakin menguat ke arah positif. IOD adalah perbedaan suhu permukaan laut antara Laut Arab (Samudera Hindia bagian barat) dan Samudera Hindia bagian timur di selatan Indonesia. Fenomena ini mengakibatkan penurunan jumlah curah hujan dan memperpanjang musim kemarau di Indonesia.
Sementara itu, pada pekan kedua 8-14 Juni 2023 terpantau lebih banyak berita yang muncul daripada periode sebelumnya. Sebanyak 855 artikel diterbitkan oleh berbagai portal. Isu yang tampak menonjol yakni kata lahan yang mendapat porsi paling besar pada kumpulan kata. Hal ini terkait usaha optimalisasi lahan pertanian.
Pemberitaan ini menjadi masif setelah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghadiri Pekan Nasional (PENAS) Petani dan Nelayan XVI di Padang. Adanya PENAS bertujuan untuk menguatkan ketersediaan bawang merah agar tetap aman di tengah ancaman El Nino atau perubahan iklim global. Kata lahan juga banyak diberitakan dalam lahan pertanian yang berpotensi mengalami kekeringan serta berdampak pada penurunan produksi pangan. Kedua berita ini seperti yang dituliskan oleh Republika dan Kabar Bisnis pada Gambar 10.
Pada pekan ketiga 15-21 Juni 2023, kata kota menjadi sorotan dalam artikel. Periode ini, berita internasional mendominasi pemberitaan terkait badai topan yang menerjang Brasil Selatan hingga menewaskan sedikitnya 13 orang. Hujan deras dan angin kencang menyebabkan kerusakan di puluhan kota negara bagian itu, termasuk ibu kotanya, Porto Alegre.
Tak hanya Brasil, India juga mengalami fenomena cuaca panas ekstrem yang mengakibatkan 34 orang dilaporkan tewas pada Sabtu (17/6/2023). Anomali cuaca akibat perubahan iklim ini tampak diberitakan oleh Jurnas dan Detik.
Pekan terakhir bulan Juni, kata kerja mendominasi pemberitaan periode ini. Hal yang dimaksud adalah kerjasama global seluruh negara di dunia untuk mengatasi dampak perubahan iklim seperti yang disampaikan oleh Sri Mulyani. Pernyataan ini dilontarkannya dalam Paris Summit 2023.
Banyak negara berkembang memiliki keterbatasan dalam pendanaan perubahan iklim termasuk Indonesia. Ia menegaskan diperlukan dukungan sistem keuangan global termasuk bank pembangunan multilateral dalam mengatasi kesenjangan pembiayaan (financing gap) terutama untuk negara berkembang. Paparan ini seperti yang dituliskan portal Bisnis Indonesia.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Winda Trilatifah