Berita tentang aturan baru yang dikeluarkan oleh WhatsApp menyita perhatian publik dan menjadi perbincangan. Kebijakan tersebut meminta pengguna menerima persetujuan privasi data untuk integrasi dengan Facebook. Seperti diketahui WhatsApp merupakan aplikasi pesan instan milik Facebook Inc. Perubahan privasi pengguna yang dimaksud ialah tentang bagaimana aplikasi memproses data pengguna. Selain itu, akun bisnis dapat menggunakan layanan hosting Facebook untuk menyimpan serta mengelola obrolan WhatsApp mereka.
Seperti apa tanggapan warganet tentang kebijakan baru tersebut? Apakah warganet antusias atau justru tidak mendukung? Netray melakukan pemantauan untuk melihat keramaian warganet dalam membahas kebijakan baru Whatsapp ini. Simak selengkapnya.
Selama satu minggu pemantauan pada 5-11 Januari 2021 melalui #whatsappnewpolicy dan aturan baru whatsapp sebagai kata kunci, Netray berhasil menemukan impresi sebanyak 11,3 K dengan potential reach mencapai 8,1 M.
Hasilnya, kebijakan privasi baru dari WhatsApp telah diperbincangkan sebanyak 370 cuitan. Terlihat dari grafik peak time puncak perbincangan terjadi pada tanggal 8 Januari 2021 sebanyak 146 cuitan. Dengan garis sentimen negatif lebih menonjol daripada sentimen positifnya. Sentimen ini disumbang oleh perbincangan warganet yang menanggapi kebijakan baru dari aplikasi WhatsApp dengan mengungkapkan kekecewaanya. Termasuk di dalamnya adalah narasi untuk pindah menggunakan aplikasi pesan lain yang serupa dengan WhatsApp.
Pada kumpulan kata-kata di atas terlihat bahwa kata whatsapp, whatsappnewpolicy, telegram, aturan, data, pengguna, dan pindah memiliki ukuran lebih besar daripada kata lainnya. Hal itu memperlihatkan bahwa perbincangan warganet tidak jauh dari ungkapan rasa kekecewannya atas kebijakan baru yang dikeluarkan oleh WhatsApp.
Munculnya brand aplikasi pesan Telegram dalam jajaran Word Cloud juga menunjukkan bahwa isu ini melebar pada wacana yang lebih luas lagi, yakni meninggalkan WhatsApp dan beralih menggunakan Telegram. Berikut pembahasan selengkapnya.
Kecewanya Warganet Atas Kebijakan Baru WhatsApp
Kebijakan yang dikeluarkan oleh WhatsApp membuat penggunanya merasa kesal. Beberapa tanggapan warganet menuliskan bahwa aplikasi WhatsApp terlalu dominan karena tidak memberi pilihan lainnya. Dengan kata lain, memaksa pengguna untuk menyetujui kebijakan baru ini. Warganet merasa aplikasi WhatsApp menjadi berbeda dan seakan tidak ada privasinya, seperti cuitan dari @charinsela3 berikut ini.
Selain itu, warganet merasa bingung akan kebijakan baru. Minimnya informasi membuat pengguna semakin takut akan dampak terbaginya data pengguna pada Facebook.
Beralih ke Aplikasi Pesan Lain
Munculnya kebijakan tersebut membuat warganet memilih opsi lain untuk meninggalkan WhatsApp dan beralih menggunakan aplikasi pesan instan lainnya. Mulai dari ingin kembali ke LINE, pindah ke aplikasi Signal, lalu mengunduh MiChat hingga menggunakan Telegram.
Akan Tetapi, banyak warganet yang ingin beralih menggunakan pesan instan Telegram. Tidak sedikit pula cuitan yang membandingkan WhatsApp dengan Telegram. Tindakan berupa ancaman warganet ini membuat aplikasi Telegram menjadi lebih banyak diunduh dan didaftari oleh banyak pengguna baru.
Seperti cuitan dari @Ryaantz yang menuliskan bahwa semenjak adanya #whatsappnewpolicy di media sosial, membuat pemberitahuan Telegram miliknya ramai dengan pengguna baru. Artinya beberapa pengguna WhatsApp mulai beralih dengan mengunduh dan mendaftarkan diri sebagai pengguna Telegram. Hal itu diperkuat dengan cuitan dari @subhanmhmad yang menuliskan pendapat serupa. Banyaknya cuitan warganet yang ingin beralih pada aplikasi Telegram, disambut oleh CEO Telegram.
Pavel Durov, pendiri Telegram memberikan tanggapan bahwa jutaan pengguna marah karena perubahan dalam persyaratan layanan WhatsApp terbaru yang mengharuskan pengguna berbagi semua data pribadi ke mesin iklan Facebook. Hal itu membuat pengguna WhatsApp beralih ke Telegram dengan sekitar 500 juta pengguna dan terus berkembang. Telegram telah menjadi masalah utama bagi perusahaan Facebook. Bahkan, Durov mengklaim bahwa Facebook tidak dapat bersaing dengan Telegram terkait kualitas dan privasi yang menyebabkan WhatsApp nampaknya beralih ke pemasaran terselubung, yakni menggunakan bot berbayar. Itulah tanggapan yang disampaikan oleh pendiri Telegram yang disampaikan @CNNIndonesia pada pemberitaan yang diterbitkannya.
Selain portal CNN Indonesia, pada puncak grafik 8 Januari 2021 juga terdapat beberapa akun media pemberitaan lain yang memberikan informasi seputar kebijakan baru WhatsApp.
Pada tanggal tersebut, akun media pemberitaan menyebutkan agar warganet lebih memahami dan tidak tergesa-gesa menerima persetujuan kebijakan privasi baru WhatsApp tersebut. Selain itu, media juga memberitakan apabila pengguna tidak menyetujui kebijakan tersebut, secara otomatis akun WhatsApp akan terhapus .
Berdasarkan cuitan @wartakotalive di atas, apabila pengguna akan menghapus akun WhatsApp atau akunnya terhapus langsung dari aplikasi, itu tidak berarti bahwa data pengguna juga telah terhapus. Itulah salah satu isi kebijakan yang tertulis pada kebijakan privasi baru WhatsApp. Berikut gambaran media populer dari unggahan warganet.
Ilustrasi beberapa gambar dari media populer unggahan warganet tersebut juga berisikan ketidaksetujuan, serta ucapan selamat tinggal kepada WhatsApp dan selamat bergabung ke Telegram. Jadi kalian pilih mana? Bertahan pada WhatsApp atau ingin beralih ke media chat lainnya?
Demikian pantauan Netray terkait tanggapan warganet seputar aturan baru WhatsApp. Semoga dapat menjadikan informasi yang bermanfaat.