Meski sudah lama tidak menginjakkan kaki di Indonesia, Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab masih kerap menjadi sensasi publik dalam negeri. Dan yang paling ditunggu oleh publik adalah rencana kepulangan Imam Besar ke Indonesia setelah upaya pencekalan dari pemerintah tak berlaku lagi.
Untuk mencari tahu sensasi apa yang muncul terkait berita selesainya termin pencekalan terhadap Habib Rizieq, Media Monitoring Netray melakukan pemantauan atas media massa nasional selama periode 6 – 20 Oktober 2020. Dari hasilnya bisa dilihat, kapan pemberitaan mencapai puncaknya dan wacana apa saja yang muncul ke publik?
Pemantauan dilakukan dengan menggunakan kata kunci habib rizieq, revolusi dan akhlak. Dari grafik di atas, terlihat bahwa hampir setiap hari muncul pemberitaan dengan kata kunci. Dengan puncak pemberitan terjadi pada tanggal 14 Oktober 2020. Dari 419 berita, tanggal puncak pemberitaan merangkum 130 total berita.
Rangkuman atas pemberitaan tersebut menghasilkan sejumlah isu yang tergabung dalam beberapa klaster. Karena kata kunci selalu muncul hampir setiap hari, maka dibutuhkan klasterisasi agar dapat melihat isu lebih jelas lagi.
Klasterisasi Isu Kepulangan Habib Rizieq
Selama dua minggu ke belakang, Netray telah mengelompokkan sejumlah pemberitaan terkait Rizieq Shihab menjadi beberapa klaster. Pertama adalah wacana kepulangan Habib Rizieq setelah kabar pencekalannya telah dicabut. Wacana ini muncul saat tiga ormas besutannya yakni Front Pembela Islam, PA 212 dan GNPF Ulama, serta Aliansi Nasional Anti Komunis (ANAK) NKRI melakukan demonstrasi menolak UU Cipta Kerja.
Di tengah aksi massa, seorang orator tiba-tiba menyampaikan informasi bahwa Habib Rizieq akan berpidato melalui pengeras suara di mobil komando secara tak langsung. Dalam pidato tersebut Rizieq mengatakan bahwa dirinya sudah tak lagi dicekal dan dapat kembali ke Indonesia.
Informasi prospek kepulangan Habib Rizieq ini mengantarkan pada klaster kedua yakni seruan revolusi. Diberitakan bahwa ketika sampai ke Indonesia nanti Habib Rizieq akan memimpin revolusi. Kabar ini disampaikan oleh salah satu petinggi FPI di depan massa demonstrasi.
Awalnya tidak dijelaskan apa, bagaimana, atau kapan revolusi tersebut akan dijalankan. Sempat muncul perdebatan ketika dalam pengumuman FPI, yang menggunakan bahasa Arab, terdapat istilah ‘tsaurah’. Istilah ini menjadi klaim revolusi yang akan dipimpin Habib Rizieq oleh FPI.
Dubes RI untuk Arab Saudi tidak sepakat dengan penggunaan istilah ini. Menurutnya istilah ‘tsaurah’ bisa berarti buruk, yakni penggulingan kekuasaan dengan kudeta, pemberontakan, hingga peperangan. Istilah ini dinilai tabu untuk digunakan bahkan di Arab Saudi sendiri.
Rencana revolusi saat Habib Rizieq pulang akhirnya ‘direvisi’. Pihak FPI, melalui Munarman menyebutkan bahwa revolusi yang dipimpin oleh Imam Besar nanti adalah revolusi akhlak. Jika Joko Widodo pernah menyebut revolusi mental, maka HRS nanti akan melakukan revolusi akhlak masyarakat sesuai keteladanan Nabi Muhammad SAW.
Perubahan aksen revolusi ini juga tak steril dari kritik. Seperti yang disampaikan oleh Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily bahwa memulai revolusi akhlak baiknya dari diri sendiri dan lingkungan terlebih dahulu. Banyak cara yang bisa dilakukan dalam merevolusi akhlak diri sendiri.
Sedangkan Kantor Staf Presiden (KSP) menyebutkan bahwa revolusi yang didengungkan oleh Rizieq Shihab adalah sebuah upaya penggulingan kekuasaan. Menurut Donny Gahral Adian sebisa mungkin tidak menggunakan jalan kekerasan saat menjalankan revolusi akhlak nantinya. Dan harus dilakukan dengan benar dan bertujuan memperbaiki moral jika ingin diterima.
Klaster ketiga adalah sikap terhadap masa kepemerintahan Joko Widodo – Ma’ruf Amin yang menginjak usia 1 tahun sekaligus periode kedua beliau memimpin sebagai presiden. Yang dimaksud dengan sikap di sini adalah kritik yang dilayangkan oleh Fraksi PKS melalui Wakil Ketua mereka, yakni Mulyanto.
Meskipun nampak tidak ada hubungan dengan kepulangan Rizieq Shihab, Mulyanto melihat bahwa kinerja buruk pemerintah telah melahirkan sejumlah elemen oposisi, seperti yang dilakukan Habib Rizieq dalam gestur keumatan. Oposisi keumatan ini sekarang melebar dengan adanya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang menggunakan wacana serupa namun dengan gerakan politik yang lebih pragmatis.
Ketiga klaster ini yang menjadi arus perspektif utama media massa di Indonesia ketika memberitakan subjek Rizieq Shihab. Dalam kacamata Netray, sikap media massa cukup berimbang. Sebanyak 145 laporan memiliki sentimen positif, sedangkan 161 berita lainnya bersentimen negatif. Jumlah ini juga tak berbeda jauh dengan sentimen netral senilai 113 liputan dari total 419 berita.
Keberadaan Habib Rizieq dalam peta politik nasional adalah representasi kekuatan massa yang baru pasca reformasi. Islam menjadi sebuah ideologi yang mampu menggerakan rakyat meski absen dalam tataran intelektual. Kesetiaan menjadi fitur khusus yang tak mampu ditandingi ideologi lain. Namun, apakah Islam dengan wajah Habib Rizieq mampu bertransformasi menjadi kekuatan politik yang efektif? Tunggu pemberitaan dan analisis selanjutnya.