Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Idham Azis tidak lama lagi akan mencapai akhir masa baktinya atau pensiun. Ia akan pensiun pada tanggal 1 Februari 2021. Agar tidak terjadi kekosongan, pemerintah dengan segera mencari pengganti tampuk kepemimpinan tertinggi pranata umum sipil yang bertugas menjaga ketertiban, keamanan, dan penegakan hukum di seluruh wilayah Indonesia.
Penggantian ini tentu saja harus melalui proses legal yang tertera di dalam undang-undang. Ada beberapa bagian dari proses suksesi tersebut yang biasanya kerap menarik perhatian publik. Yakni saat presiden mengajukan nama calon melalui Surat Presiden (Surpres) dan saat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melakukan uji kepatutan dan kelayakan untuk menentukan sosok Kapolri baru.
Netray Media Monitoring tertarik untuk mencari tahu seberapa besar isu ini berkembang di media massa daring nasional. Hal ini akan menjadi parameter apakah isu pergantian Kapolri mampu menarik perhatian publik secara masif atau tidak? Mengingat memimpin Kepolisian merupakan tanggung jawab yang sangat besar karena lembaga ini mendapat banyak sorotan dari masyarakat terkait kinerja kredibilitas, dan profesionalitas polisi.
Isu Pergantian Kapolri dalam Media Massa
Pemantauan dilakukan selama periode 3 Januari hingga 13 Januari 2021 dengan menggunakan kata kunci nama calon kapolri. Netray berhasil mengumpulkan 1.005 artikel yang diterbitkan oleh 83 media massa daring nasional. Terdapat 4.431 entitas yang muncul dari pemantauan ini. Artinya cukup banyak tokoh atau figur yang dirujuk oleh media kala menulis laporan tersebut. Sebagian besar pemberitaan ditulis dalam sudut pandang politik yakni sebanyak 752 berita. Sisanya merupakan berita yang tergolong dalam kategori pemerintahan (155), hukum (62), dan lainnya.
Beranjak pada analisis diagram peak time yang menunjukan kapan sebuah isu mencapai puncak pemberitaannya. Di sini bisa dilihat bahwa isu pergantian Kapolri selalu muncul tiap hari selama periode pemantauan. Frekuensi kemunculan berita berada di kisaran kurang dari sepuluh artikel hingga lebih dari dua ratus laporan dalam sehari. Berdasarkan fakta ini, bisa disimpulkan bahwa isu pergantian Kapolri saat ini tergolong sebagai newsmaker.
Berita ini ternyata juga menghadirkan polemik dari masyarakat yang kemudian disajikan oleh media massa daring berupa liputan dan pemberitaan. Polemik tersebut menyumbang bobot sentimen ke dalam pemberitaan. Dari sejumlah artikel yang terkumpul, Netray menemukan 414 laporan yang memiliki sentimen positif, sedangkan 335 laporan lainnya memiliki sentimen negatif. Sisanya ditulis dengan sentimen netral.
Akan tetapi analisis sentimen tidak akan banyak menjelaskan mengapa isu pergantian Kapolri menarik untuk dibicarakan. Pasalnya, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa proses suksesi kepemimpinan justru lebih banyak menyedot perhatian publik. Sehingga, analisis bergeser pada diagram Word Cloud yang memberi gambaran terkait subjek-subjek populer. Penyelidikan terkait apa atau siapa yang mencuat di sejumlah besar pemberitaan dapat ditelisik melalui diagram di bawah ini.
Subjek pemberitaan populer pertama adalah wacana bursa nama calon kandidat Kapolri. Publik kerap berspekulasi siapa saja nama yang nanti akan diajukan presiden kepada DPR untuk menjalani tes kelayakan. Sejumlah nama pejabat Kepolisian muncul dalam diagram antara lain Komjen Boy Rafli Amar, Komjen Listyo Sigit Prabowo, dan Komjen Agus Andrianto. Ketiga nama ini acap kali mengisi pemberitaan media massa hingga akhirnya satu nama yang dipilih oleh presiden.
Membaca Liputan Bakal Kandidat Kapolri Baru
Sebagai contoh adalah nama Komjen Boy Rafli Amar. Beliau sempat dianggap sebagai kandidat yang sangat kuat untuk mengisi jabatan Kapolri. Media massa online mulai membuat berita yang isinya memberi gambaran potensi Komjen Boy Rafli. Profil Boy yang dilaporkan media massa memang terlihat sangat menjanjikan. Hanya saja bukan tokoh ini yang akhirnya dipilih oleh Presiden Joko Widodo.
Kandidat kedua yang diliput oleh media massa adalah Komjen Agus Adrianto. Popularitas Komjen Agus memang tidak sementereng Komjen Boy Rafli, tetapi Komjen Agus pernah menangani sejumlah kasus besar yakni kasus dugaan ujaran kebencian yang menempatkan Basuki Purnama atau Ahok sebagai terpidana.
Sejumlah pemerhati dan peneliti justru malah memprediksi bahwa Komjen Agus akan dipilih sebagai sebagai pengganti Kapolri Idham Aziz di atas calon lain yang mungkin lebih kuat. Lagi pula, Komjen Agus merupakan senior yang lulus pada tahun 1989, sedangkan Komjen Listyo sendiri merupakan lulusan angkatan 91. Sehingga ia dinilai sebagai kandidat yang paling pantas.
Naiknya Nama Listyo Sigit Sebagai Kandidat Kapolri
Segala macam spekulasi tentang siapa calon Kapolri tadi ternyata tidak berbuah hasil. Pemberitaan media massa daring segera bergeser pada subjek pemberitaan populer selanjutnya, yakni subjek pemberitaan tentang isi Supres yang akan diterbitkan oleh Presiden. Di dalamnya tersurat siapa nama calon pengganti Kapolri yang diajukan oleh Presiden.
Banyak spekulasi pula yang beredar terkait keberadaan Supres tersebut. Mulai dari kapan surat tersebut akan disampaikan ke DPR hingga berapa banyak kandidat yang akan diajukan oleh Joko Widodo. Akhirnya pada tanggal 13 yang lalu, Presiden Joko Widodo menguak semua teka-teki dan spekulasi publik dengan mengumumkan siapa calon Kapolri baru.
Nama Listyo Sigit Prabowo akhirnya mengemuka dalam wacana pergantian Kapolri. Pejabat Kepolisian dengan pangkat Komisaris Jenderal ini menjadi calon tunggal yang diajukan Joko Widodo. Sebelum terpilih, Listyo Sigit menjabat posisi Kabareskrim Polri. Ia mengaku tak menyangka bahwa dirinya yang akan diajukan oleh Presiden untuk melakukan tes kecakapan.
Tentu saja keberadaan Kapolri baru selalu dinilai sebagai angin segar yang mampu membawa lembaga Kepolisian Indonesia menjadi lebih baik lagi. Harapan besar, yang direpresentasi oleh pemberitaan media massa, seharusnya tak menjadi beban bagi Listyo Sigit Prabowo. Justru hal ini bisa menjadi pendorong semangatnya memperbaiki kinerja dan kredibilitas polisi Indonesia.