HomePemerintahMenggiring Wacana Giring Maju Pilpres 2024

Menggiring Wacana Giring Maju Pilpres 2024

Published on

Anak muda dan politik adalah dua entitas yang kerap berhadap-hadapan. Politik biasanya digambarkan berwajah tuah, statis (penuh manuver tapi ujung-ujungnya kekuasaan), bahkan terkesan konservatif. Sedangkan anak muda berdiri di seberang tepi sungai. Mereka adalah harapan, perubahan, masa depan yang mengandung nilai idealis.

Sehingga membayangkan korelasi antara anak muda dan politik tak ubahnya sebuah cerita tentang utopia penuh mimpi. Barangkali hal ini yang ingin didobrak Partai Solidaritas Indonesia ketika mengumumkan salah satu kadernya, yaitu Giring Ganesha, untuk maju dalam Pemilihan Presiden 2024.

Hanya saja dengan pengalaman Giring yang belum terlalu panjang di dunia politik, banyak pihak menduga bahwa hal ini hanyalah wacana gimik semata. Akan tetapi, sebelum membahas prasangka tersebut, media monitoring Netray akan terlebih dahulu melihat bagaimana kabar ini muncul untuk pertama kali.

Pencalonan Giring; dari Baliho ke Konferensi Pers

Untuk mengetahui kapan berita ini mengemuka, Netray “menyebar jala” hingga tanggal 15 Agustus ke belakang. Sedangkan kata kunci yang digunakan adalah “calon presiden” dan “Giring”. Hasilnya diketahui bahwa pemberitaan di media massa pertama terjadi pada tanggal 16 Agustus pukul 13.00 oleh Jawa Pos (gbr 1).

Dalam liputan tersebut, disebutkan bahwa warganet heboh setelah muncul sebuah baliho besar yang berisikan informasi rencana Giring maju ke Pemilihan Presiden 2024 (gbr 2) . Warganet banyak yang menyangsikan, bukan soal keaslian foto baliho, tetapi niatan Giring maju ke Pilpres (gbr 3).

Sehari kemudian, 17 Agustus, media massa mencoba mencari tahu kebenaran informasi tersebut dengan menghubungi sejumlah narasumber yang dianggap mampu menjelaskan. Yang pertama ditemui adalah istri dari Giring, yakni Cynthia Ganesha. Ia meminta doa restu dari khalayak untuk rencana suaminya tersebut (gbr 4).

Giring sendiri belum bisa dihubungi oleh wartawan pada saat itu. Akan tetapi ia mengunggah postingan di akun Instagram pribadinya yang akhirnya menjadi rujukan atas niatan eks vokalis Nidji tersebut maju ke Pilpres 2024 (gbr 5).

Uniknya, masih di hari yang sama, pemberitaan tentang Giring berubah haluan. Kali ini ia dikabarkan menggantikan posisi Grace Natalie sebagai Ketua Umum PSI dengan status  pelaksana tugas (plt). Grace diketahui tidak dapat mengemban posisinya karena harus melanjutkan sekolah di Singapura (gbr 6).

Setelah itu, pemberitaan terus berkutat pada dua wacana ini hingga muncul terakhir pada tanggal 22 Agustus. Tanggal 24 Agustus, wacana majunya Giring pada Pilpres 2024 kembali mencuat ketika pihaknya secara pribadi membuka pembicaraan dengan media massa terkait kemunculan baliho (gbr 1).

Melalui jumpa pers secara virtual, Giring mengaku siap untuk mencalonkan diri dan hal ini merupakan keputusan partai (PSI) agar mengusung anak muda di Pilpres 2024 (gbr 7).

Selama dua hari, termasuk tanggal 25 Agustus, terdapat 182 artikel yang berhasil dihimpun Netray berdasarkan kata kunci. Agregat ini jauh melampaui jumlah liputan keinginan Giring mencalonkan diri sebagai presiden ketika ia belum menyatakan secara pribadi. Padahal dari data yang dihimpun, sejak tanggal 14 Agustus, Netray mendapatkan 248 artikel dari 61 portal berita (gbr 8). Artinya lebih dari 70 persen pemberitaan terkait kata kunci baru ramai setelah acara jumpa pers virtual.

Manuver Giring dibaca sebagai sebuah hal yang positif oleh media meskipun tidak lepas dari kritik. Dari pantauan Netray, 137 artikel terindeks memiliki sentimen positif tak sebanding dengan 41 artikel yang mendapat sentimen negatif (gbr 9).

Apa yang dilakukan PSI terhadap kadernya, dianggap sebagai sebuah langkah politik yang bagus untuk kepentingan partai. Ini bisa menjadi strategi pemasaran untuk mendulang simpati masyarakat pada momen-momen politik ke depan. Minimal masyarakat melihat bahwa partai menginginkan perubahan atas praktik politik yang statis.

Warganet Menyanggah Giring Mesti Tabah

Apa yang terjadi di media massa kali ini berbeda di media sosial. Dengan metode yang sama, Netray memasuki pergunjingan di laman microblogging Twitter. Setidaknya terdapat 1.571 cuitan dari warganet sejak 15 Agustus lalu yang meramaikan hiruk-pikuk Twitter Indonesia (gbr 11).

Dari sekian banyak, wacana pencalonan Giring mendapat sentimen negatif 764 kali sedangkan suara positif berjumlah 596 buah (gbr 12). Memang tidak terlalu berat sebelah, tetapi besarnya sentimen negatif bisa berdampak signifikan bagi persepsi publik atas sosok Giring dengan rencana pencalonannya.

Mengapa demikian? Cuitan tersebut berpotensi mencapai lebih dari 55 juta akun Twitter. Lebih akurat lagi, impresi warganet Twitter terhadap topik ini mendekati angka 30 ribu reaksi, baik berupa retweet, reply, maupun favorit. Yang artinya lebih 15 ribu interaksi oleh sekian banyak akun, memandang pencalonan Giring sebagai hal yang negatif.

Banyak argumen yang dilemparkan oleh warganet Twitter untuk menyanggah apa yang Giring lakukan bersama partainya. Sebagian besar mempertanyakan pengalaman Giring dalam berpolitik. Sehingga ia dinilai tergesa-gesa untuk mencalonkan diri sebagai presiden (gbr 14 – 16). Warganet juga menyasar kapabilitas PSI, upaya pencalonan sebagai walikota, serta personal Giring (gbr 17-19).

Akun Twitter Giring sendiri di @Giring_Ganesha ramai mendapat mention dari warganet untuk menyampaikan pendapat mereka. Namun sayang, akun ini sudah lama tidak aktif bercuap-cuap (gbr 20). Warganet juga ada yang mengingatkan bahwa manuver politik semacam ini sudah sering terjadi, dan biasanya tujuannya tidak sama dengan yang sedang diwacanakan (gbr 21).

Terlepas dari pro dan kontra yang dimunculkan oleh warganet, dalam menjaga Indonesia, idealisme semacam ini memang perlu dipupuk. Politik membutuhkan akan selalu membutuhkan generasi muda bahkan sejak peristiwa Rengasdengklok. Mungkin pertanyaan justru perlu dikembalikan ke warganet. Apa yang dimaksud dengan berpengalaman dalam bidang politik? Apakah seseorang itu lihai menjegal lawannya, atau mahir mengatur kekuasaan? Atau berpengalaman berarti paham perumusan kebijakan hingga piawai mengatur organisasi birokrasi? Sungguh pengalaman dalam berpolitik tak pernah tuntas sebagai definisi.

More like this

Tom Lembong Terjerat Kasus Korupsi Impor Gula, Warganet Tak Percaya

Penetapan Thomas Trikasih Lembong, atau biasa dikenal dengan sebutan Tom Lembong, sebagai tersangka menghebohkan...

Tagar #TerimaKasihJokowi Banjiri Sosial Media, Pujian Hingga Cacian Bertebaran

Dalam beberapa waktu terakhir ini, tagar #TerimaKasihJokowi telah menjadi sorotan di berbagai platform media...

Polemik Akun Kaskus Fufufafa, Warganet Yakin Itu Milik Gibran

Kata fufufafa santer menjadi perbincangan warganet X sejak awal bulan September, bahkan sering menjadi...
%d bloggers like this: