Ardina Safitri istri Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri bikin mars dan hymne untuk komisi anti rasuah. Lagu itu didaftarkan hak cipta dan diluncurkan pada 17 Februari 2022, Ardina kemudian dapat penghargaan dari Ketua KPK yang merupakan suaminya sendiri. Media online lalu meresponsnya sebagai isu konflik kepentingan dan warganet menanggapinya dengan kalimat-kalimat satire.
Untuk mengetahui bagaimana media massa online dan warganet membahas isu itu, Media monitoring Netray melakukan pemantauan Twitter dan media online menggunakan kata kunci “firli bahuri && hymne kpk’ pada 17 sampai 19 Februari 2022.
Hasilnya dari pantauan media online Netray menemukan 88 artikel dari 32 media yang tertarik menyoroti topik peluncuran mars dan hymne KPK. Salah satu media paling semangat membahas isu ini adalah Tribun News dengan total 14 artikel terbit.
Dari total 88 artikel yang terjaring Netray, 50 di antaranya mengandung pembawaan berita negatif, 11 positif, dan sisanya netral. Artinya, selama tiga hari beredar, pemberitaan terkait isu ini lebih banyak disajikan dalam sudut pandang ‘mengkritisi’ ketimbang ‘mengapresiasi’. Kritik yang diangkat media melalui respon dari sejumlah tokoh atau pihak terkait di antaranya adalah soal isu konflik kepentingan dan keganjilan administrasi proses pencatatan hak cipta.
Konflik kepentingan merupakan situasi ketika seorang penyelenggara negara, yang mendapatkan kekuasaan dan kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan, diduga memiliki kepentingan pribadi atas setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya. Hal tersebut dinilai akan dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya.
Dalam kasus ini, publik menggarisbawahi pemberian penghargaan Firli Bahuri terhadap istrinya sendiri, Ardina Safitri yang ‘secara kebetulan’ menjadi pencipta dua lagu kelembagaan; mars dan hymne KPK.
Mantan Ketua WP KPK Yudi Purnomo Harahap salah satunya menghawatirkan potensi konflik kepentingan dalam kasus tersebut mengingat adanya hubungan kekeluargaan yang sangat dekat antara keduanya. Demikian pula yang diungkapkan oleh mantan penyidik KPK Praswad yang mempertanyakan urgensi hymne KPK dan merasa ironis dengan hal ini.
Sentimen Positif Hymne KPK Bernada Satire di Twitter
Netray juga menelusuri pembahasan topik mars dan hymne KPK di media sosial Twitter untuk melihat bagaimana masyarakat yang diwakili warganet menanggapi kejutan dari KPK tersebut. Kata kunci yang digunakan untuk menjaring perbincangan adalah “firli bahuri”, “hymne kpk”, dan “mars kpk” dengan fokus pemantauan pada 17 hingga 19 Februari 2022.
Selama 3 hari terakhir setidaknya ada 3 ribu twit dari seribu akun yang berpartisipasi membahas topik peresmian hymne dan mars KPK Firli Bahuri di Twitter. Puncak perbincangan terjadi pada 18 Februari 2022 ketika isu ini tengah hangat-hangatnya diangkat media dan sampai ke telinga banyak akun.
Namun ada yang menarik dari obrolan warganet di Twitter. Sentimen negatif tidak begitu menunjukkan dominasi yang tinggi terhadap sentimen positif. Keduanya hampir bisa dikatakan imbang. Sebab sama-sama berada di angka seribuan. Apakah ini artinya banyak juga warganet yang mengapresiasi gebrakan Firli Bahuri meresmikan lagu kelembagaan yang selama KPK berdiri belum pernah dibuat sama sekali ini?
Setelah diamati, muatan sentimen negatif yang cukup tinggi dalam perbincangan soal mars KPK dan Firli Bahuri ini memang berisi kalimat-kalimat positif yang seakan-akan mengapresiasi peluncuran dua lagu kelembagaan yang diciptakan sendiri oleh istri Firli. Akun @nksthi dan @paijodirojo bahkan menyelipkan kata ‘keren’ dan ‘luar biasa’ dalam twitnya. Bahkan diksi ‘prestasi terbaik’ juga dipilih untuk merespon hal ini.
Namun, jika diamati lebih dalam twit-twit tersebut sebenarnya merupakan satire yang karena saking halusnya, tanpa konteks perbincangan, hal tersebut akan terlihat positif dan apresiatif. Sementara akun media berita seperti @eradotid dan @TirtoID lebih memilih mengambil sudut pandang perlakuan Firli terhadap sang istri yang dianggap ‘penuh kasih sayang’. Meskipun terlihat menyimpang dari topik yang tengah dibahas, ini juga merupakan bentuk satire lainnya yang coba disuarakan.
Demikian pantauan Netray terkait respon publik menanggapi polemik hymne dan mars KPK yang tengah menjadi perbincangan. Simak analisis topik terkini lainnya di analysis.netray.id atau analisis topik khusus lainnya di medium Netray.
Editor: Irwan Syambudi