Dewasa ini, fenomena nikah muda marak terjadi. Beragam alasan yang mendasari keputusan tersebut, mulai dari lingkungan, agama, hingga alasan-alasan lain yang mendesak sehingga menjadikan pernikahan di usia muda sebagai sebuah solusi. Kampanye nikah muda pun banyak digaungkan dalam beberapa tahun terakhir dengan sejumlah selebritas atau influencer yang turut mempraktikannya langsung. Keindahan yang dipertontonkan di media menarik muda-mudi milenial untuk turut meniti jalan yang sama. Namun, ketika pernikahan yang dielu-elukan tersebut pada akhirnya gagal, warganet seolah kembali terombang-ambing. Ketakutan untuk menikah berbalik menghampiri. Pada saat-saat tersebut, evaluasi dan edukasi menjadi yang paling dibutuhkan.
Sebenarnya bagaimana sih masyarakat memandang pernikahan muda? Apa alasan mereka memutuskan atau menerima nikah muda? Lalu apa yang menjadi ketakutan sehingga menolak nikah muda? Berikut Netray bagikan sudut pandang masyarakat yang diwakili oleh warganet untukmu.
Perbincangan Topik Nikah Muda di Twitter
Dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang Perkawinan telah diatur bahwa usia minimal kawin perempuan dan laki-laki adalah 19 tahun. Sementara itu, nikah muda yang dimaksud dalam Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah pernikahan yang dilakukan pada usia kurang dari 21 tahun. Jadi, pernikahan tersebut sudah memenuhi batas minimal persyaratan di Indonesia, namun masih tergolong dalam usia muda. Dan pernikahan semacam itulah yang akan Netray bahas di sini. Untuk isu pernikahan anak di bawah usia 19 tahun, Media Monitoring Netray pernah membahasnya di Selayang Pandang tentang Pernikahan Dini hingga Dampak yang Menyertainya.
Selama periode 27 Mei-2 Juni 2021, Netray berhasil menghimpun 34,7 ribu tweet yang membahas kata kunci topik. Ribuan tweet yang didominasi oleh sentimen negatif tersebut disumbang oleh 14 ribu akun yang menaruh perhatian terhadap fenomena nikah muda. Topik ini menciptakan jaringan diskusi besar hingga memperoleh 160,3 juta impresi. Apabila mengamati total Impresi yang jauh lebih besar daripada total Potential Reach dapat ditarik kesimpulan bahwa topik ini menarik perhatian besar justru oleh akun-akun yang tidak begitu potensial atau berpengaruh. Dengan kata lain, isu ini berkembang membentuk banyak jaringan yang padat, bukan satu dua jaringan besar yang terbentuk karena suara akun potensial (influencer atau selebtwit) saja.
Bahkan, akun-akun populer yang mengisi Top Account berdasarkan perolehan impresi terbanyak di urutan 1 dan 2 diisi oleh warganet dengan follower yang tidak begitu banyak. Namun, karena apa yang ia tulis menarik, tweet-nya mendapat banyak impresi dari warganet. Nah, lalu apa sih yang disoroti?
Mengapa Nikah Muda Ramai Dibicarakan?
Grafik Peak Time di bawah menunjukkan bahwa perbincangan topik ini meningkat sejak 31 Mei 2021 hingga memuncak pada 1 Juni 2021. Dari pantauan Netray, hal ini dipicu oleh naiknya kabar perceraian pasangan muda Alvin-Larisa yang pada 31 Mei menduduki trending topik Twitter.
Seperti diketahui, keduanya menikah pada Agustus 2016, ketika berusia 17 tahun (Alvin) dan 20 tahun (Larisa). Keberanian keduanya dalam mengambil keputusan untuk menikah di usia muda saat itu menarik perhatian publik terutama di kalangan anak muda yang kemudian mengidolakan keduanya dan termotivasi untuk melewati jalan yang sama. Maka tidak heran apabila kabar perceraian tersebut mematahkan harapan dan imajinasi warganet akan indahnya nikah muda.
Mengamati Fenomena Nikah Muda Dewasa Ini
Warganet kemudian kembali menarik mundur beberapa nama yang sempat menjadi trending lantaran pernikahan mudanya, seperti Taqy Malik-Salmafina hingga Rizki DA-Nadya. Selain sama-sama mempertontonkan citra religius yang dibangun, ketiganya juga memiliki latar belakang yang sama ketika memutuskan untuk menikah muda, yaitu menghindari zina dan menyegerakan perintah agama. Namun, kegagalan yang mereka temui pada akhirnya membuat publik bertanya-tanya dan kian kritis terhadap permasalahan ini. Dengan beragam alasan yang mendasari, warganet sepakat dan tidak sepakat dengan pernikahan muda. Untuk melihat apa saja yang paling banyak disoroti ketika membahas topik ini, simak Top Words berikut.
Beberapa hal yang digarisbawahi warganet ketika membahas pernikahan di usia muda berkaitan dengan zina (seks), kesiapan mental, kehamilan dan anak, kasus perceraian, hingga urusan agama. Bahkan muncul kata takut dalam deretan Top Words yang menunjukkan bahwa ada keresahan ketika membahas topik ini. Lalu apa saja yang menjadi keresahan tersebut?
Nikah Muda untuk Menghindari Zina?
Satu dari sekian hal yang paling banyak disoroti warganet baik dalam kasus pernikahan Alvin-Larisa maupun kasus pernikahan muda pada umumnya adalah soal ‘menikah muda untuk menghindari zina’. Dalam pemahaman tersebut menikah di usia muda merupakan bagian dari solusi menghindari zina atau yang dimaksud di sini ialah seks bebas di luar nikah. Harapannya adalah kasus hamil di luar nikah setidaknya dapat dicegah dengan melakukan pernikahan di usia muda, ketika gejolak asmara dan nafsu menjadi godaan hebat kaum muda. Namun, alasan tersebut justru menjadi yang paling banyak dikritik. Mengapa demikian?
Dari sejumlah tweet populer warganet yang mengkritisi alasan nikah muda untuk menghindari zina dapat dilihat bagaimana kegeraman warganet memandang fenomena ini. Warganet beranggapan bahwa alasan tersebut hanyalah tameng untuk melegalkan seks sehingga tidak menjadi zina lagi. Padahal menikah bukan hanya soal ranjang saja. Jika memang tujuannya adalah untuk menghindari zina seharusnya yang dibenahi adalah akar masalahnya. Menurut @Homo_sapiens21 nikah muda dan poligami yang dilakukan karena alasan menghindari zina merupakan solusi yang tidak efektif. Menurutnya yang perlu dibenahi adalah pengendalian nafsu masing-masing individu. Jadi apabila nafsu dapat dikendalikan maka secara otomatis zina pun dapat dihindari.
Kesiapan; Mental dan Tanggung Jawab
Yang menjadi persoalan kedua adalah masalah mental dan tanggung jawab. Menikah adalah menyatukan dua manusia, keluarga, dan latar belakang yang berbeda. Banyak persiapan yang perlu dipikirkan matang-matang. Persiapan yang dimaksud di sini adalah siap secara lahir maupun batin. Oleh karena itu, menikah dengan alasan menghindari zina saja tidak cukup. Menurut warganet kegagalan pernikahan usia muda dewasa ini terletak pada ketidaksiapan mental para pelakunya sehingga tanggung jawab terhadap pasangan dan anak seringkali terbengkalai.
Warganet sepakat bahwa usia muda rentan terhadap ketidakstabilan emosi dan pola pikir. Oleh karena itu, persiapan baik dari segi mental, fisik, maupun tanggung jawab menjadi bekal yang wajib dimiliki. Dengan demikian, depresi, kekerasan dalam rumah tangga, hingga perceraian dapat diminimalisir.
Isu Agama dalam Kampanye Nikah Muda
Seperti yang disingggung di awal, topik nikah muda juga kerap dibicarakan bersama isu agama. Munculnya kembali kegagalan pernikahan muda yang kebetulan memiliki latar belakang citra religius membuat warganet tergelitik untuk membahas persoalan nikah muda dalam ranah agama. Warganet menyayangkan adanya kampanye nikah muda yang kerap disuarakan lantang dengan embel-embel menyegerakan perintah agama atau menghindari zina tanpa menekankankan sejumlah bekal yang perlu dipersiapkan matang-matang. Sehingga banyak anak muda yang kemudian ingin mengikuti jejak dengan membayangkan keindahannya saja tanpa memikirkan persiapan.
Apabila beralasan menyegerakan perintah agama, akun @Greschinov dan @strwbrryh berargumen bahwa agama tidak memerintahkan menikah muda (dengan patokan usia) tetapi memerintahkan menikah jika mampu atau siap (mental dan tanggung jawab). Warganet juga heran dengan perhatian masyarakat yang selalu tinggi terhadap kasus-kasus pernikahan muda dengan latar belakang isu agama yang melekat sementara di luar sana kegagalan atau keberhasilan pernikahan muda juga banyak.
Ketakutan Warganet untuk Menikah
Pada akhirnya, isu-isu negatif tentang pernikahan muda yang dewasa ini berseliweran di media membuat warganet kembali menaruh perhatian terhadap isu ini. Warganet yang sempat termotivasi untuk menikah muda mengikuti rekam jejak selebritas yang memperontonkan keindahan nikah muda kembali berpikir ulang. Ketakutan untuk menikah muncul setelah kasus-kasus kegagalan pernikahan justru marak menimpa pasangan yang sempat getol mengkampanyekan nikah muda di hadapan publik.
Tak hanya anak-anak muda yang menjadi khawatir dan takut untuk melanjutkan impiannya menikah muda, warganet yang sudah cukup umur dan matang pun kembali berpikir ulang untuk tidak buru-buru menikah mengingat sejumlah kasus perceraian yang marak terjadi bukan hanya karena faktor usia saja. Pun demikian, tidak sedikit warganet yang tetap berpikir positif dan menganggap sejumlah kasus kegagalan nikah muda selebriti dan orang-orang di sekitar sebagai sebuah pembelajaran. Demikian pantauan Media Monitoring Netray, semoga menjadi bahan evaluasi.